Diginesia Ajak Jadikan Era Digital Peluang Buka Usaha Baru
A
A
A
GARUT - Para generasi muda diajak jeli melihat peluang di era digital lewat acara Diginesia 2018 yang berlangsung di Universitas Garut (Uniga) dengan mengusung tema "UMKM Prospect and Challenges in Millennial Era". Lebih dari 300 mahasiswa Uniga mengikuti acara yang digelar SINDOnews bekerja sama dengan SBM serta didukung Suzuki Indomobil, PT PLN (Persero), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Diginesia merupakan rangkaian acara yang terdiri atas workshop, coaching, serta kompetisi. Diginesia merupakan upaya untuk memajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia melalui workshop entrepreneur kepada generasi muda.
Pembicara yang juga CEO Smartplus Accelerator Bezia Galih Manggala mengatakan, perkembangan era digital mestinya menjadi peluang untuk membuka usaha baru. Berbagai aplikasi bisa diciptakan untuk membuka usaha baru. "Sekarang eranya digital. Bagaimana kita menjadi bagian dari perkembangan digital ini, dengan menciptakan usaha baru," kata dia.
Dihadapan ratusan mahasiswa, dia bercerita bagaimana pendiri Tokopedia, awalnya jualan dari warnet, kemudian memiliki banyak konsumen. Saat ini, Tokopedia, menjadi salah satu marketplace yang mampu menggeser ratusan toko ritel.
Dia pun bercerita, ketika berusia 19 tahun, telah memimpin radio yang siaran di 32 negara. Ide munculnya radio online diawali ketika ada kebutuhan masyarakat Indonesia yang ada di luar negeri untuk mendengarkan siaran Indonesia.
Menurut dia, perkembangan bisnis sangat pesat. Kalau tidak dimulai dari sekarang, nanti akan ketinggalan. Dia memperkirakan, pada 2020 nanti sudah establis. Usaha harus dimulai saat ini, minimal buka akun Instagram mulai jualan.
"Sekarang tanpa modal, sudah bisa jualan. Misalnya buka jasa cuci motor dengan konsep mendatangi konsumen. Dan masih banyak sekali peluang membuka usaha lainnya," jelas dia.
Diakui dia, memulai usaha tidaklah susah. Langkah pertama adalah mencari masalah. Setelah menemukan masalah, kemudian mencari solusinya. Solusi itu yang kemudian diciptakan menjadi peluang usaha. Caranya, memanfaatkan semua fasilitas digital.
Pembicara kedua yang juga owner dan CEO PT JHD Randol Visi Utama Danu Sofwan mengatakan, menjadi pengusaha tidaklah mudah. Perlu kerja keras dan keikhlasan agar usaha yang kita rintis bisa menjadi besar. "Berhasil bukan hanya mau bekerja keras, tetapi berhasil akan diberikan bagi mereka yang ikhlas," kata dia.
Menurutnya, ada beberapa tantangan bagi pengusaha pemula agar usahanya sukses. Pertama, kutuan atau jangan kurang pengetahuan. Pengusaha harus tahu apa usaha yang sedang digeluti. Kedua, jangan kurang disiplin atau anget-angetan. Biasanya pengusaha pemula hanya semangat di awal.
"Ketiga, kurang mengerti yang dilakukan. Nggak tahu siapa target market, bisnisnya bagaimana. Dengan tahu target pasar, kita bisa berinovasi produk dan membuat perencanaan marketing," kata dia.
Menurut dia, kreativitas menjadi kunci utama. Misalnya sekarang muncul bakso besar. Itu dilakukan agar ada rebranding. Sarung yang awalnya dijual murah, setelah dikemas bisa dijual lebih mahal. Semua adalah upaya kreativitas untuk menjaga bisnis tetap berjalan.
Sambung dia menerangkan kesuksesan merupakan akumulasi dari yang kita lakukan kemarin dan sekarang. "Saya dulu tidak malu ngamen dan ngambil pasir. Ketika temen yang lain main, saya cari uang. Kini saya tidak menyangka bisa membangun bisnis dari cendol," jelas Danu.
Lebih lanjut dia becerita, bagaimana dia membangun usaha es cendol. Danu bercerita, bagaimana usaha bukan ingin kaya, tetapi bagaimana keluarga bisa berobat dan tak risau kelak mau makan apa. "Saya lahir dari keluarga yang jatuh dan bangkrut. Saya lamar kerja ijazah SMA nggak ada yang mau nerima. Saya memilih usaha," beber dia.
Langkah dalam membuka usaha, dimulai dengan jualan berbagai macam produk. Dia mulai usaha dengan jualan sepatu, karena waktu itu hobi koleksi sepatu. Hingga akhirnya menciptakan usaha es cendol. Tapi untuk cendol, dia bertransformasi berpikir menjadi pengusaha.
"Cendol yang dulunya dianggap sebelah mata, saya pakaging dan branding agar naik daun. Sekarang saya punya 60 pekerja, semua anak yatim. Karena saya tahu bagaimana mereka sulit. Mungkin karena itu, 4 tahun berjalan saya punya 800 aoutlet," imbuhnya.
Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan Unigar Gugun Geusan Akbar mengatakan, saat ini dunia memasuki revolusi industri keempat. Bagaimana semua elemen termasuk perusahaan harus menyesuikan diri dengan perkembangan teknologi.
"Di satu sisi ini adalah peluang. Bagaimana berwirausaha tidak perlu modal besar dan tempat yang besar. Tetapi hanya perlu menguasai teknologi. Unigar sangat konsen mendorong munculnya jumlah wirausaha baru," kata dia.
Diakui dia, salah satu upaya Unigar mendorong tumbuhnya wirausaha baru adalah mengadakan mata kuliah wirausaha yang wajib diikuti semua mahasiswa. Dia berharap, lulusan Uniga mampu menciptakan lapangan kerja. "Silahkan ambil manfaatnya, terutama bagi mahasiswa yang serius menjadi pengusaha," jelas dia.
Acara perdana di Kampus Uniga, Garut, diikuti mahasiswa Uniga dan umum. Rencananya, acara ini akan digelar di 10 kampus di 10 kota. Di antaranya Garut, Bandung, Bogor, Jakarta, Tanggerang, Surabaya, Malang, Sidorarjo, Palembang, dan Bali.
Diginesia merupakan rangkaian acara yang terdiri atas workshop, coaching, serta kompetisi. Diginesia merupakan upaya untuk memajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia melalui workshop entrepreneur kepada generasi muda.
Pembicara yang juga CEO Smartplus Accelerator Bezia Galih Manggala mengatakan, perkembangan era digital mestinya menjadi peluang untuk membuka usaha baru. Berbagai aplikasi bisa diciptakan untuk membuka usaha baru. "Sekarang eranya digital. Bagaimana kita menjadi bagian dari perkembangan digital ini, dengan menciptakan usaha baru," kata dia.
Dihadapan ratusan mahasiswa, dia bercerita bagaimana pendiri Tokopedia, awalnya jualan dari warnet, kemudian memiliki banyak konsumen. Saat ini, Tokopedia, menjadi salah satu marketplace yang mampu menggeser ratusan toko ritel.
Dia pun bercerita, ketika berusia 19 tahun, telah memimpin radio yang siaran di 32 negara. Ide munculnya radio online diawali ketika ada kebutuhan masyarakat Indonesia yang ada di luar negeri untuk mendengarkan siaran Indonesia.
Menurut dia, perkembangan bisnis sangat pesat. Kalau tidak dimulai dari sekarang, nanti akan ketinggalan. Dia memperkirakan, pada 2020 nanti sudah establis. Usaha harus dimulai saat ini, minimal buka akun Instagram mulai jualan.
"Sekarang tanpa modal, sudah bisa jualan. Misalnya buka jasa cuci motor dengan konsep mendatangi konsumen. Dan masih banyak sekali peluang membuka usaha lainnya," jelas dia.
Diakui dia, memulai usaha tidaklah susah. Langkah pertama adalah mencari masalah. Setelah menemukan masalah, kemudian mencari solusinya. Solusi itu yang kemudian diciptakan menjadi peluang usaha. Caranya, memanfaatkan semua fasilitas digital.
Pembicara kedua yang juga owner dan CEO PT JHD Randol Visi Utama Danu Sofwan mengatakan, menjadi pengusaha tidaklah mudah. Perlu kerja keras dan keikhlasan agar usaha yang kita rintis bisa menjadi besar. "Berhasil bukan hanya mau bekerja keras, tetapi berhasil akan diberikan bagi mereka yang ikhlas," kata dia.
Menurutnya, ada beberapa tantangan bagi pengusaha pemula agar usahanya sukses. Pertama, kutuan atau jangan kurang pengetahuan. Pengusaha harus tahu apa usaha yang sedang digeluti. Kedua, jangan kurang disiplin atau anget-angetan. Biasanya pengusaha pemula hanya semangat di awal.
"Ketiga, kurang mengerti yang dilakukan. Nggak tahu siapa target market, bisnisnya bagaimana. Dengan tahu target pasar, kita bisa berinovasi produk dan membuat perencanaan marketing," kata dia.
Menurut dia, kreativitas menjadi kunci utama. Misalnya sekarang muncul bakso besar. Itu dilakukan agar ada rebranding. Sarung yang awalnya dijual murah, setelah dikemas bisa dijual lebih mahal. Semua adalah upaya kreativitas untuk menjaga bisnis tetap berjalan.
Sambung dia menerangkan kesuksesan merupakan akumulasi dari yang kita lakukan kemarin dan sekarang. "Saya dulu tidak malu ngamen dan ngambil pasir. Ketika temen yang lain main, saya cari uang. Kini saya tidak menyangka bisa membangun bisnis dari cendol," jelas Danu.
Lebih lanjut dia becerita, bagaimana dia membangun usaha es cendol. Danu bercerita, bagaimana usaha bukan ingin kaya, tetapi bagaimana keluarga bisa berobat dan tak risau kelak mau makan apa. "Saya lahir dari keluarga yang jatuh dan bangkrut. Saya lamar kerja ijazah SMA nggak ada yang mau nerima. Saya memilih usaha," beber dia.
Langkah dalam membuka usaha, dimulai dengan jualan berbagai macam produk. Dia mulai usaha dengan jualan sepatu, karena waktu itu hobi koleksi sepatu. Hingga akhirnya menciptakan usaha es cendol. Tapi untuk cendol, dia bertransformasi berpikir menjadi pengusaha.
"Cendol yang dulunya dianggap sebelah mata, saya pakaging dan branding agar naik daun. Sekarang saya punya 60 pekerja, semua anak yatim. Karena saya tahu bagaimana mereka sulit. Mungkin karena itu, 4 tahun berjalan saya punya 800 aoutlet," imbuhnya.
Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan Unigar Gugun Geusan Akbar mengatakan, saat ini dunia memasuki revolusi industri keempat. Bagaimana semua elemen termasuk perusahaan harus menyesuikan diri dengan perkembangan teknologi.
"Di satu sisi ini adalah peluang. Bagaimana berwirausaha tidak perlu modal besar dan tempat yang besar. Tetapi hanya perlu menguasai teknologi. Unigar sangat konsen mendorong munculnya jumlah wirausaha baru," kata dia.
Diakui dia, salah satu upaya Unigar mendorong tumbuhnya wirausaha baru adalah mengadakan mata kuliah wirausaha yang wajib diikuti semua mahasiswa. Dia berharap, lulusan Uniga mampu menciptakan lapangan kerja. "Silahkan ambil manfaatnya, terutama bagi mahasiswa yang serius menjadi pengusaha," jelas dia.
Acara perdana di Kampus Uniga, Garut, diikuti mahasiswa Uniga dan umum. Rencananya, acara ini akan digelar di 10 kampus di 10 kota. Di antaranya Garut, Bandung, Bogor, Jakarta, Tanggerang, Surabaya, Malang, Sidorarjo, Palembang, dan Bali.
(poe)