Rupiah Lemah Akibat Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan

Rabu, 09 Mei 2018 - 21:12 WIB
Rupiah Lemah Akibat Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan
Rupiah Lemah Akibat Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan
A A A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang sudah menembus level Rp14.000 per USD masih didominasi faktor eksternal. Dimana sentimen pasar mendukung permintaan dolar AS jelang keputusan Presiden AS terkait perjanjian nuklir dengan Iran. Jika AS menarik diri dari perjanjian akan berpotensi meningkatkan ketegangan geopolitik serta mendorong kenaikan harga minyak dunia.

Sementara, kenaikan harga minyak dunia akan berpotensi membebani negara yang notabene adalah net importir minyak, antara lain India, Indonesia dan Filipina.

"Selain itu, penguatan dolar terhadap mata uang negara maju dan negara berkembang juga dipengaruhi rilis data Euro Zone yang relatif menurun, seperti laju inflasi Euro Zone, serta laju factory order Jerman yang melambat. Sehingga mendorong ekspektasi bahwa bank sentral Eropa diperkirakan akan menunda melakukan pengurangan stimulus moneter sehingga memberi tekanan pada nilai tukar Euro," papar Josua di Jakarta, Rabu (9/5/2018).

Sementara dari domestik, pergerakan rupiah juga turut dipengaruhi oleh ekspektasi pelebaran defisit transaksi berjalan pada tahun 2018, seiring tren laju impor yang lebih cepat dari laju ekspor.

Selain itu, permintaan dolar AS yang meningkat di dalam negeri juga dipengaruhi kebutuhan pembayaran dividen yang cukup besar dari perusahaan multinasional di dalam negeri.

Dia melanjutkan, di tengah tren penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia termasuk rupiah, BI selalu berada di pasar melakukan langkah stabilisasi rupiah dengan melakukan intervensi di pasar valas dan pasar SBN. Ini erindikasi dari kenaikan kepemilikan BI pada SBN dalam 1-2 bulan terakhir ini.

Langkah-langkah stabilisasi rupiah tersebut berimbas pada penurunan cadangan devisa April. Penurunan cadangan devisa dikonfirmasi juga oleh tren keluarnya dana asing di pasar keuangan, baik di pasar saham dan pasar obligasi.

"Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar USD750 juta, sementara kepemilikan investor asing pada SBN juga turun sekitar USD1,15 miliar yang mendorong pelemahan rupiah," papar dia.

Ke depannya, BI diperkirakan masih akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah melalui first line of defense dalam rangka menekan volatilitas nilai tukar rupiah.

Volatilitas rupiah diperkirakan akan cenderung menurun pada semester II tahun ini, seiring normalnya kembali permintaan dolar di dalam negeri serta sentimen eksternal yang mulai mendukung, khususnya setelah FOMC Juni. The Fed diperkirakan memberikan outlook terkini terkait arah suku bunga AS dalam jangka pendek ini.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6705 seconds (0.1#10.140)