Ekonomi Kreatif dan Pemimpin Inovatif Dorong Perekonomian Nasional
A
A
A
JAKARTA - Kepemimpinan Airlangga Hartarto dinilai memberikan terobosan bagi pengembangan industri kreatif di Tanah Air. Airlangga juga dinilai menjadi sosok yang pas dalam menghadapi tantangan era industri dan teknologi informasi.
Hal ini disampaikan Ketua DPP Partai Golkar Bidang Inovasi Sosial Dito Ariotedjo yang menerangkan pentingnya kehadiran pemimpin yang memahami perkembangan serta kebutuhan kekinian. Apalagi, menurut Dito, saat ini Indonesia sudah berada di era revolusi industri 4.0 dan siap-siap menyambut periode bonus demografi yang akan didominasi oleh anak muda serta angkatan kerja produktif.
"Sosok yang tepat yang memahami persoalan tersebut adalah Ketua Umum Golkar Ir Airlangga Hartarto", ujar Dito dalam diskusi publik dengan tema ‘Ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan’ yang dilaksanakan di Diskusi Kopi, Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Dalam hal pengembangan industri dan ekonomi kreatif, Dito yang menyatakan tak banyak institusi politik dan pemimpin yang memahami isu krusial tersebut. Menurut Dito yang juga aktif di sektor kewirausahaan kreatif ini mengembangkan ekonomi kreatif juga membutuhkan upaya penggalian potensi daerah dan kearifan lokal. Serta, melakukan pemberdayaan bagi UMKM dengan memperluas jangkauan teknologi.
“Partai Golkar kebetulan adalah penggerak utama RUU Kewirausahaan. Itu untuk me-support majunya ekonomi nasional dan RUU inovasi. Fraksi Golkar ini yang pertama kali yang membuat penggondokan kajian tentang inovasi. Mengundang inovator-inovator muda,” jelasnya Dito.
Sementara pembicara lainnya, aktivis Koperasi dan Coop Start Up Firdaus Putra, HC, menimpali, era industri 4.0 yang disampaikan Airlangga sebagai Menteri Perindustrian RI saat ini telah terdengar sampai ke daerah. Menurut Firdaus, program Airlangga dapat berkontribusi mendorong ekonomi lokal dengan kearifan lokal khususnya warga pedesaan jika juga didukung pula dengan teknologi.
“Mainstream ekonomi digital atau Industri 4.0 sudah merambah di daerah. Tapi butuh penajaman dan model yang dapat menjadi contoh yang dapat diterapkan di daerah lain oleh anak-anak muda lokal,” tutur Firdaus.
Firdaus memberikan contoh dimana kayu-kayu yang awalnya hanya dijadikan kayu bakar, mampu dijadikan kesenian kreatif. Dari harga kayu bakar satu ikatnya dihargai hanya Rp15.000,- akhirnya dijual menjadi seni yang nilainya menjadi Rp100.000,- “Seperti di tempat saya di Banyumas itu ada Banyumas kreatif,” lanjutnya. Saat ini produk-produk ini tinggal diperkuat pengemasan dan pemasarannya melalui akses-akses teknologi informasi yang terarah.
Kelompok Industri
Pembicara lainnya yakni Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih, mengatakan terdapat 16 kelompok industri kreatif yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Namun sementara ini hanya empat bidang yang disupport oleh Kemenperin, yakni kuliner, fesyen, games dan aplikasi.
“Kalau fesyen, kita ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat muslim fesyen in the world, Indonesia nomor tiga di dunia. Di dalam fesyen itu masing-masing harus tercipta ekosistemnya. Antara customer, desainer, dan pelakunya. Antara manusia, mesin, dan datanya. Masing-masing ekosistem itu dibangun datanya.,” lanjutnya.
Selain itu, masih dari penuturan Gati, pihaknya sudah mengeluarkan salah satu produk unggulan bernama e-Smart. Di sini usaha kecil menengah (UKM) tidak hanya berjualan saja, UKM yang tidak sukses juga akan dibina penjualannya. Ia menyebut pendorong kebijakan soal ekonomi kreatif di Kementerian Perindustrian saat ini tak bisa dipungkiri adalah sosok Airlangga Hartarto.
Hal ini disampaikan Ketua DPP Partai Golkar Bidang Inovasi Sosial Dito Ariotedjo yang menerangkan pentingnya kehadiran pemimpin yang memahami perkembangan serta kebutuhan kekinian. Apalagi, menurut Dito, saat ini Indonesia sudah berada di era revolusi industri 4.0 dan siap-siap menyambut periode bonus demografi yang akan didominasi oleh anak muda serta angkatan kerja produktif.
"Sosok yang tepat yang memahami persoalan tersebut adalah Ketua Umum Golkar Ir Airlangga Hartarto", ujar Dito dalam diskusi publik dengan tema ‘Ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan’ yang dilaksanakan di Diskusi Kopi, Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Dalam hal pengembangan industri dan ekonomi kreatif, Dito yang menyatakan tak banyak institusi politik dan pemimpin yang memahami isu krusial tersebut. Menurut Dito yang juga aktif di sektor kewirausahaan kreatif ini mengembangkan ekonomi kreatif juga membutuhkan upaya penggalian potensi daerah dan kearifan lokal. Serta, melakukan pemberdayaan bagi UMKM dengan memperluas jangkauan teknologi.
“Partai Golkar kebetulan adalah penggerak utama RUU Kewirausahaan. Itu untuk me-support majunya ekonomi nasional dan RUU inovasi. Fraksi Golkar ini yang pertama kali yang membuat penggondokan kajian tentang inovasi. Mengundang inovator-inovator muda,” jelasnya Dito.
Sementara pembicara lainnya, aktivis Koperasi dan Coop Start Up Firdaus Putra, HC, menimpali, era industri 4.0 yang disampaikan Airlangga sebagai Menteri Perindustrian RI saat ini telah terdengar sampai ke daerah. Menurut Firdaus, program Airlangga dapat berkontribusi mendorong ekonomi lokal dengan kearifan lokal khususnya warga pedesaan jika juga didukung pula dengan teknologi.
“Mainstream ekonomi digital atau Industri 4.0 sudah merambah di daerah. Tapi butuh penajaman dan model yang dapat menjadi contoh yang dapat diterapkan di daerah lain oleh anak-anak muda lokal,” tutur Firdaus.
Firdaus memberikan contoh dimana kayu-kayu yang awalnya hanya dijadikan kayu bakar, mampu dijadikan kesenian kreatif. Dari harga kayu bakar satu ikatnya dihargai hanya Rp15.000,- akhirnya dijual menjadi seni yang nilainya menjadi Rp100.000,- “Seperti di tempat saya di Banyumas itu ada Banyumas kreatif,” lanjutnya. Saat ini produk-produk ini tinggal diperkuat pengemasan dan pemasarannya melalui akses-akses teknologi informasi yang terarah.
Kelompok Industri
Pembicara lainnya yakni Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih, mengatakan terdapat 16 kelompok industri kreatif yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Namun sementara ini hanya empat bidang yang disupport oleh Kemenperin, yakni kuliner, fesyen, games dan aplikasi.
“Kalau fesyen, kita ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat muslim fesyen in the world, Indonesia nomor tiga di dunia. Di dalam fesyen itu masing-masing harus tercipta ekosistemnya. Antara customer, desainer, dan pelakunya. Antara manusia, mesin, dan datanya. Masing-masing ekosistem itu dibangun datanya.,” lanjutnya.
Selain itu, masih dari penuturan Gati, pihaknya sudah mengeluarkan salah satu produk unggulan bernama e-Smart. Di sini usaha kecil menengah (UKM) tidak hanya berjualan saja, UKM yang tidak sukses juga akan dibina penjualannya. Ia menyebut pendorong kebijakan soal ekonomi kreatif di Kementerian Perindustrian saat ini tak bisa dipungkiri adalah sosok Airlangga Hartarto.
(akr)