PLN Gelar Roadshow Tawarkan Global Bond ke Sejumlah Negara

Rabu, 23 Mei 2018 - 14:08 WIB
PLN Gelar Roadshow Tawarkan Global Bond ke Sejumlah Negara
PLN Gelar Roadshow Tawarkan Global Bond ke Sejumlah Negara
A A A
JAKARTA - PT PLN (Persero) gencar melakukan roadshow ke sejumlah negara untuk menawarkan obligasi global atau global bond. Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, I Made Suprateka mengatakan, rencananya surat utang tersebut akan diterbitkan pada semester I/2018.
Menurut dia, obligasi yang belum terbit ini sudah diminati empat negara yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, Hong Kong dan Singapura. Respons terbesar menurutnya datang dari Amerika, disebabkan karena nilai tukar rupiah yang tengah melemah terhadap dolar AS.
"Peminatnya banyak, kemarin itu New York karena dengan kondisi sekarang ini rupiah lagi down ini murah banget sebenarnya," kata dia, di Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Dia mengatakan, obligasi global yang akan dijual PLN tidak mencapai USD1 miliar dengan tenor 10 tahun. Adapun dana obligasi global ini akan digunakan untuk mendanai proyek program 35.000 MW yang menjadi jatah BUMN tersebut sebesar 10.000 MW. Untuk mendanai itu, PLN harus merogoh kocek sebesar Rp585 triliun baik untuk membangun pembangkit, transmisi dan gardu induk.

Tidak hanya itu, global bond tersebut juga akan digunakan untuk membayar utang jangka panjang PLN yang memiliki suku bunga tinggi.
"Angka sebesar Rp585 triliun itu 65%-nya dipenuhi dari pinjaman. Jadi kami cari dana untuk program 35.000 MW ini totalnya hanya Rp385 triliun. Ini untuk pembangkit, transmisi dan gardu induk," kata dia.

Made juga mengatakan, bunga dari obligasi tersebut akan mengacu ke harga pasar. Tujuannya untuk mempermudah memantau nilai dari bunga tersebut karena sifat proyeknya jangka panjang dengan waktu 4-5 tahun. "Market price saja sehingga mudah dimonitor," jelasnya.

Namun di sisi lain, kata Made, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) yang semakin tinggi akan menurunkan keuntungan PLN. Pasalnya jika mengacu ke dua indikator tersebut sebagai penentu dari harga dasar listrik, seharusnya tarif listrik mengalami kenaikan.

"Seharusnya tarif listrik sudah naik. Tapi komitmen pemerintah dan PLN kepada masyarakat juga perlu dijaga," kata dia.

Sementara ini, untuk menekan dampak pelemahan rupiah, Made mengatakan bahwa PLN melakukan antisipasi dengan upaya lindung nilai (hedging). Selain itu, PLN juga melakukan upaya menekan biaya pokok penyediaan lsitrik dengan efisiensi. Hal itu merupakan komitmen PLN untuk tidak menaikkan tarif lsitrik.

"Ini merupakan komitmen untuk menjaga tarif listrik. Kami selalu mencari cara bagai tarif ini tetap terjaga," tegasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6233 seconds (0.1#10.140)