Ekspor Florikultura USD20 Juta, Asosiasi Minta Keringanan Fiskal
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) yang beranggotakan pelaku di industri bunga saat ini masih menantikan kebijakan pemerintah terutama keringanan fiskal agar budidaya bunga (florikultura) di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang.
"Mungkin pemerintah dapat meniru kebijakan pemerintah Thailand dan Vietnam untuk menumbuh kembangkan florikultura mulai subsidi di sektor pajak sampai kepada bantuan pupuk," kata Wakil Ketua Asbindo, Hesti Widayani di Jakarta, Sabtu (21/7/2018).
Hesti mengakui salah satu hal yang memberatkan di sektor perpajakan adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk penjualan bunga. "Jadi ketidakkonsistenan di sini kalau bunga yang dijual eceran tidak kena PPN, tetapi kalau sudah dalam bentuk rangkaian atau beberapa tangkai dikenakan PPN sebesar 10 persen. Usulan kami diseragamkan saja jadi 1 persen," ujar dia.
Persoalan lain yang seharusnya menjadi perhatian agar sektor florikultura ini berkembang adalah dukungan penyediaan lahan melalui sewa serta ketersediaan air, bahkan aspek lingkungan. "Pernah petani kami di lereng Gunung Pangrango mengalami kerugian setelah lahan bunganya tersapu banjir akibat tidak adanya pengendalian lingkungan dari pemerintah daerah setempat," jelas Hesti.
Atik Setyawati, Kepala Bidang Organisasi Asbindo menambahkan, untuk menghadapi tantangan tersebut melakukan inovasi mulai dari hulu ke hilir. Melalui inovasi dan teknologi produk Florikultura dari hulu ke hilir, industri florikultura mampu mempercepat pertumbuhan pasar domestik maupun peluang ekspor, dapat membantu menekan biaya produksi dan lebih ekonomis bagi para petani florikultura.
Atiek yang juga Manager Export Import di PT East West Seed Indonesia (Ewindo) mengatakan, Ewindo menyediakan dan mendorong budidaya florikultura melalui benih karena lebih efisien dan memberikan hasil lebih besar kepada petani. "Kami menyadari pasar tanaman hias di Indonesia mulai mengalami kenaikan. Untuk itu kami siap memberikan dukungan dengan menyediakan teknologi dan benih unggul," ujarnya.
Anggota Asbindo, Damayani Sabini menambahkan, potensi florikultura berdasarkan pengalaman di Vietnam dan Thailand sangat besar terutama dalam memberikan kontribusi bagi devisa, data terakhir menunjukan nilai konsumsi Florikultura dunia mencapai sekitar USD150 Milliar dengan nilai ekspor asal Indonesia USD20 Juta.
Teresa M Ineke Turangan, Floral Designer Asbindo mengatakan, kreativitas menjadi salah satu tuntutan membuat produk-produk florikultura makin menarik dan berfungsi ganda, sebagai antipolutan tetapi juga menciptakan suasana asri, sekaligus meningkatkan pertumbuhan usaha Florikultura.
Dalam rangka mendukung acara Expo Urbanscape & Greenery 2018 dan mempromosikan produk Florikultura, Asbindo ikut berpartispasi dalam pameran dan mengadakan Seminar "Healthy life through Green Eco Environtment" pada Sabtu 21 Juli 2018, memberikan inspirasi dan ide kreatif hidup sehat dilingkungan hijau diruangan tertutup maupun untuk ruang terbuka, khususnya kepada kaum Urban yang tinggal di kota kota besar dengan lahan sempit.
"Mungkin pemerintah dapat meniru kebijakan pemerintah Thailand dan Vietnam untuk menumbuh kembangkan florikultura mulai subsidi di sektor pajak sampai kepada bantuan pupuk," kata Wakil Ketua Asbindo, Hesti Widayani di Jakarta, Sabtu (21/7/2018).
Hesti mengakui salah satu hal yang memberatkan di sektor perpajakan adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk penjualan bunga. "Jadi ketidakkonsistenan di sini kalau bunga yang dijual eceran tidak kena PPN, tetapi kalau sudah dalam bentuk rangkaian atau beberapa tangkai dikenakan PPN sebesar 10 persen. Usulan kami diseragamkan saja jadi 1 persen," ujar dia.
Persoalan lain yang seharusnya menjadi perhatian agar sektor florikultura ini berkembang adalah dukungan penyediaan lahan melalui sewa serta ketersediaan air, bahkan aspek lingkungan. "Pernah petani kami di lereng Gunung Pangrango mengalami kerugian setelah lahan bunganya tersapu banjir akibat tidak adanya pengendalian lingkungan dari pemerintah daerah setempat," jelas Hesti.
Atik Setyawati, Kepala Bidang Organisasi Asbindo menambahkan, untuk menghadapi tantangan tersebut melakukan inovasi mulai dari hulu ke hilir. Melalui inovasi dan teknologi produk Florikultura dari hulu ke hilir, industri florikultura mampu mempercepat pertumbuhan pasar domestik maupun peluang ekspor, dapat membantu menekan biaya produksi dan lebih ekonomis bagi para petani florikultura.
Atiek yang juga Manager Export Import di PT East West Seed Indonesia (Ewindo) mengatakan, Ewindo menyediakan dan mendorong budidaya florikultura melalui benih karena lebih efisien dan memberikan hasil lebih besar kepada petani. "Kami menyadari pasar tanaman hias di Indonesia mulai mengalami kenaikan. Untuk itu kami siap memberikan dukungan dengan menyediakan teknologi dan benih unggul," ujarnya.
Anggota Asbindo, Damayani Sabini menambahkan, potensi florikultura berdasarkan pengalaman di Vietnam dan Thailand sangat besar terutama dalam memberikan kontribusi bagi devisa, data terakhir menunjukan nilai konsumsi Florikultura dunia mencapai sekitar USD150 Milliar dengan nilai ekspor asal Indonesia USD20 Juta.
Teresa M Ineke Turangan, Floral Designer Asbindo mengatakan, kreativitas menjadi salah satu tuntutan membuat produk-produk florikultura makin menarik dan berfungsi ganda, sebagai antipolutan tetapi juga menciptakan suasana asri, sekaligus meningkatkan pertumbuhan usaha Florikultura.
Dalam rangka mendukung acara Expo Urbanscape & Greenery 2018 dan mempromosikan produk Florikultura, Asbindo ikut berpartispasi dalam pameran dan mengadakan Seminar "Healthy life through Green Eco Environtment" pada Sabtu 21 Juli 2018, memberikan inspirasi dan ide kreatif hidup sehat dilingkungan hijau diruangan tertutup maupun untuk ruang terbuka, khususnya kepada kaum Urban yang tinggal di kota kota besar dengan lahan sempit.
(akr)