Gelar Forum Bisnis, Kemendag Pacu Perdagangan RI-AS
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) di awal pekan ini memfasilitasi pertemuan pelaku usaha Indonesia dan AS dalam forum bisnis dan one on one business matching di KBRI Washington DC, Amerika Serikat (AS).
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari misi dagang Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk menjaga keseimbangan hubungan dagang dengan AS, yang merupakan salah satu pasar ekspor utama Indonesia.
"Sebagai mitra dagang utama Indonesia, tidak hanya hubungan antara pemerintah saja yang perlu didorong. Hubungan antarpelaku usaha dari dua negara juga perlu didorong dan ditingkatkan. Forum bisnis ini diadakan untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS di tengah persaingan bisnis dunia yang ketat," jelas Mendag dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/7/2018).
Forum bisnis dan business matching tersebut, kata dia, merupakan bagian dari upaya mendorong peningkatan kerja sama dagang Indonesia dan AS dari sektor swasta, selain lewat upaya bilateral antarpemerintah.
Forum Bisnis dan one on one business matching itu menghadirkan 32 perusahaan Indonesia untuk menjajaki berbagai peluang kerja sama di Washington DC. Delegasi bisnis dari Indonesia terdiri atas Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Eksportir Buah dan Sayur Segar Indonesia (Aseibssindo), dan Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI)/Gabungan Importir Nasional Indonesia (Ginsi).
Sementara itu, pelaku usaha dari Indonesia yang turut serta antara lain produsen ban mobil, minyak kelapa sawit, produk pertanian dan hortikultura, perikanan, baja, aluminium, tekstil dan produk tekstil, makanan dan minuman, produk susu, serta consumer goods.
"Para pelaku usaha Indonesia yang memiliki mitra dagang di AS siap meningkatkan transaksi dagang business to business dengan para pelaku usaha AS. Hal ini terbukti dengan adanya penandatanganan kerja sama perdagangan antarpelaku usaha kedua negara," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, total perdagangan Indonesia dan AS tahun 2017 sebesar USD25,91 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia mencapai USD17,79 miliar dan impor Indonesia sebesar USD8,12 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus terhadap AS sebesar USD9,67 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke AS antara lain udang, karet alam, alas kaki, ban kendaraan, dan garmen. Sementara impor utama Indonesia dari AS antara lain kedelai, kapas, tepung gandum, tepung maizena, serta pakan ternak.
Total perdagangan Indonesia-AS tahun 2017 meningkat 10% dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar USD23,44 miliar. Adapun tren perdagangan pada periode tahun 2013-2017 tumbuh positif 0,39%.
Sementara itu, nilai perdagangan kedua negara untuk periode Januari-Mei 2018 telah mencapai USD11,85 USD. Nilai ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD10,65 miliar.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari misi dagang Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk menjaga keseimbangan hubungan dagang dengan AS, yang merupakan salah satu pasar ekspor utama Indonesia.
"Sebagai mitra dagang utama Indonesia, tidak hanya hubungan antara pemerintah saja yang perlu didorong. Hubungan antarpelaku usaha dari dua negara juga perlu didorong dan ditingkatkan. Forum bisnis ini diadakan untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS di tengah persaingan bisnis dunia yang ketat," jelas Mendag dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/7/2018).
Forum bisnis dan business matching tersebut, kata dia, merupakan bagian dari upaya mendorong peningkatan kerja sama dagang Indonesia dan AS dari sektor swasta, selain lewat upaya bilateral antarpemerintah.
Forum Bisnis dan one on one business matching itu menghadirkan 32 perusahaan Indonesia untuk menjajaki berbagai peluang kerja sama di Washington DC. Delegasi bisnis dari Indonesia terdiri atas Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Eksportir Buah dan Sayur Segar Indonesia (Aseibssindo), dan Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI)/Gabungan Importir Nasional Indonesia (Ginsi).
Sementara itu, pelaku usaha dari Indonesia yang turut serta antara lain produsen ban mobil, minyak kelapa sawit, produk pertanian dan hortikultura, perikanan, baja, aluminium, tekstil dan produk tekstil, makanan dan minuman, produk susu, serta consumer goods.
"Para pelaku usaha Indonesia yang memiliki mitra dagang di AS siap meningkatkan transaksi dagang business to business dengan para pelaku usaha AS. Hal ini terbukti dengan adanya penandatanganan kerja sama perdagangan antarpelaku usaha kedua negara," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, total perdagangan Indonesia dan AS tahun 2017 sebesar USD25,91 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia mencapai USD17,79 miliar dan impor Indonesia sebesar USD8,12 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus terhadap AS sebesar USD9,67 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke AS antara lain udang, karet alam, alas kaki, ban kendaraan, dan garmen. Sementara impor utama Indonesia dari AS antara lain kedelai, kapas, tepung gandum, tepung maizena, serta pakan ternak.
Total perdagangan Indonesia-AS tahun 2017 meningkat 10% dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar USD23,44 miliar. Adapun tren perdagangan pada periode tahun 2013-2017 tumbuh positif 0,39%.
Sementara itu, nilai perdagangan kedua negara untuk periode Januari-Mei 2018 telah mencapai USD11,85 USD. Nilai ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD10,65 miliar.
(fjo)