Wall Street Turun Karena Krisis Keuangan Turki Hantui Pasar Global
A
A
A
NEW YORK - Pasar saham Amerika Serikat alias Wall Street pada perdagangan Jumat waktu setempat ditutup jatuh karena krisis keuangan di Turki menghantui pasar global. Perang dagang yang dilancarkan oleh Presiden AS Donald Trump membuat mata uang di sejumlah negara berkembang, seperti Turki, anjlok parah.
Melansir dari CNBC, Sabtu (11/8/2018), kekhawatiran pasar global membuat indeks Dow Jones ditutup turun 196,09 poin menjadi 25.313,14 karena saham Intel menurun. Indeks S&P 500 turun 0,7% menjadi 2.833,28 karena melemahnya saham perbankan dan material. Nasdaq juga mundur 0,7% menjadi 7.839,11, menghentikan laju kemenangan beruntun delapan hari.
Saham perbankan memimpin pelemahan di AS seperti Bank of America, Goldman Sachs dan Morgan Stanley, dimana kesemuanya turun sekitar 1%. Pun demikian dengan saham teknologi seperti Facebook, Alphabet dan Amazon.
"Ini adalah reaksi naluriah klasik di pasar. Masalah mata uang di pasar negara berkembang, seperti Turki, bukanlah hal baru. Tapi jika semakin parah dan bank-bank sentral global tidak mengambil tindakan untuk mencegah situasi di tempatnya maka ini akan mengkhawatirkan pasar global," ujar Quincy Krosby, kepala strategi pasar di Prudential Financial.
Dia pun menilai bahwa bank-bank sentral global harus mengambil tindakan untuk mencegah situasi menjadi lebih buruk demi meminimalkan kerusakan collateral.
Lira Turki turun 20% ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat, setelah Presiden Donald Trump menggandakan tarif masuk bagi logam Turki. Pernyataan Trump membalas ucapan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang meminta warganya untuk "mengubah euro, dolar AS, dan emas yang disimpan di bawah bantal Anda ke lira Turki demi perjuangan nasional".
Pasar global kini khawatir atas meningkatnya perang dagang Amerika Serikat dengan China, dimana yang terbaru, kedua pemerintahan mengumumkan kemungkinan memberlakukan tarif tambahan pada barang-barang senilai USD16 miliar.
Melansir dari CNBC, Sabtu (11/8/2018), kekhawatiran pasar global membuat indeks Dow Jones ditutup turun 196,09 poin menjadi 25.313,14 karena saham Intel menurun. Indeks S&P 500 turun 0,7% menjadi 2.833,28 karena melemahnya saham perbankan dan material. Nasdaq juga mundur 0,7% menjadi 7.839,11, menghentikan laju kemenangan beruntun delapan hari.
Saham perbankan memimpin pelemahan di AS seperti Bank of America, Goldman Sachs dan Morgan Stanley, dimana kesemuanya turun sekitar 1%. Pun demikian dengan saham teknologi seperti Facebook, Alphabet dan Amazon.
"Ini adalah reaksi naluriah klasik di pasar. Masalah mata uang di pasar negara berkembang, seperti Turki, bukanlah hal baru. Tapi jika semakin parah dan bank-bank sentral global tidak mengambil tindakan untuk mencegah situasi di tempatnya maka ini akan mengkhawatirkan pasar global," ujar Quincy Krosby, kepala strategi pasar di Prudential Financial.
Dia pun menilai bahwa bank-bank sentral global harus mengambil tindakan untuk mencegah situasi menjadi lebih buruk demi meminimalkan kerusakan collateral.
Lira Turki turun 20% ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat, setelah Presiden Donald Trump menggandakan tarif masuk bagi logam Turki. Pernyataan Trump membalas ucapan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang meminta warganya untuk "mengubah euro, dolar AS, dan emas yang disimpan di bawah bantal Anda ke lira Turki demi perjuangan nasional".
Pasar global kini khawatir atas meningkatnya perang dagang Amerika Serikat dengan China, dimana yang terbaru, kedua pemerintahan mengumumkan kemungkinan memberlakukan tarif tambahan pada barang-barang senilai USD16 miliar.
(ven)