Arah Teknologi di Sektor Energi Terbarukan
A
A
A
JAKARTA - Energi baru terbarukan (EBT) bisa menjadi skala ekonomi yang tinggi tergantung dari teknologi karena EBT menjadi pengganti dari energi fosil yang lebih bersih dan efisien.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Heru Dewanto mengatakan, penggunaan teknologi di sektor energi mengarah untuk semakin maju terkait data RUEN menyebutkan, porsi batu bara sebagai energi primer tahun 2015 adalah 27% dan naik sedikit meniadi 30% tahun 2025.
Sementara, porsi batu bara sebagai energi untuk pembangkitan listrik berdasar data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) memang akan menurun dari 56% tahun 2015 dan 50% tahun 2025.
"Fakta ini mendorong kita untuk memanfaatkan batu bara secara lebih efisien dan bersih melalui," ujarnya di Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Menurutnya, program pemerintah mencapai tahun 2027, dan mulai sekarang menjadi tantangan bagi EBT untuk bisa capai target 23% dari sisi fuel share.
"Sekarang persoalannya nah kita asumsi 50% share batu bara bisa dicapai, 25% EBT dan 25% gas," katanya.
Dia mengungkapkan, ada tantangan pembiayaan karena tidak ada perbankan yang bisa mendanai batu bara, hanya tersisa Jepang, Korea dan China.
"Dari pembiayaan domestik, tapi tidak kompetitif dan bersedia. Kalau pembiayaan terbatas, mencapai 50% bisa jadi menantang dalam waktu 10 tahun," pungkasnya.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Heru Dewanto mengatakan, penggunaan teknologi di sektor energi mengarah untuk semakin maju terkait data RUEN menyebutkan, porsi batu bara sebagai energi primer tahun 2015 adalah 27% dan naik sedikit meniadi 30% tahun 2025.
Sementara, porsi batu bara sebagai energi untuk pembangkitan listrik berdasar data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) memang akan menurun dari 56% tahun 2015 dan 50% tahun 2025.
"Fakta ini mendorong kita untuk memanfaatkan batu bara secara lebih efisien dan bersih melalui," ujarnya di Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Menurutnya, program pemerintah mencapai tahun 2027, dan mulai sekarang menjadi tantangan bagi EBT untuk bisa capai target 23% dari sisi fuel share.
"Sekarang persoalannya nah kita asumsi 50% share batu bara bisa dicapai, 25% EBT dan 25% gas," katanya.
Dia mengungkapkan, ada tantangan pembiayaan karena tidak ada perbankan yang bisa mendanai batu bara, hanya tersisa Jepang, Korea dan China.
"Dari pembiayaan domestik, tapi tidak kompetitif dan bersedia. Kalau pembiayaan terbatas, mencapai 50% bisa jadi menantang dalam waktu 10 tahun," pungkasnya.
(ven)