Industri Lokal Didorong Tingkatkan Nilai Tambah Bahan Baku Impor
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong industri di dalam negeri agar semakin meningkatkan nilai tambah dari bahan baku yang diimpor. Upaya hilirisasi ini guna meningkatkan manfaat bagi perekonomian nasional, misalnya dari hasil kegiatan ekspor.
“Misalnya di industri tekstil, kita masih impor kapas dari Amerika Serikat, tetapi kita kembalikan ke sana lagi dengan produk jadi garmen. Itu yang lebih baik,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (28/9/2018).
Menperin menyampaikan, pihaknya tengah memacu peningkatan ekspor produk manufaktur nasional ke Negeri Paman Sam, yang antara lain meliputi komoditas pakaian, tekstil, dan sepatu. “Untuk itu, kami ikut mengakselerasi penyelesaian perundingan kerja sama bilateral yang komprehensif,” ujarnya.
Salah satu yang ingin disepakati dengan Amerika Serikat, yakni tarif bea masuk untuk ketiga komoditas manufaktur Indonesia tersebut bisa dihapuskan atau nol persen. “Kami meyakini, langkah menggenjot ekspor ini, tentu akan mendongkrak produktivitas dan penyerapan tenaga kerja industri,” imbuhnya.
Kemenperin mencatat, neraca perdagangan RI dengan AS mengalami surplus pada dua tahun terakhir. Pada 2016, surplus sekitar USD8,47 miliar, sedangkan di 2017 surplus sebesar USD9,44 miliar. Sementara itu, total nilai ekspor nonmigas RI ke AS mencapai USD15,68 miliar pada 2016 dan naik di tahun 2017 menjadi USD17,14 miliar.
Di samping itu, lanjut Airlangga, pihaknya aktif mengajak pelaku industri AS agar melakukan ekspansi dan investasi baru di Indonesia. “Selama ini mereka banyak investasi di sektor industri ekstraktif. Nah, kali ini, kami mendorong di sektor yang siap memasuki era industri 4.0 atau digital economy,” jelasnya.
Sejalan hal tersebut, Kemenperin bersama pemangku kepentingan terkait sedang fokus menciptakan Indonesia menjadi basis ekosistem digital guna mendukung tumbuhnya investasi di sektor industri 4.0. “Berdasarkan Making Indonesia 4.0, ada lima sektor yang akan menjadi pionir, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika,” sebutnya.
Airlangga optimistis, pembentukan ekosistem digital dapat pula menjadi solusi untuk menumbuhkan usaha rintisan (startup) hingga sektor industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri. “Kami ingin champion dari AS, seperti Google, Apple, dan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley. Ini yang mesti kita tarik minatnya ke Indonesia,” paparnya.
Salah satu contoh, yakni Apple telah merealisasikan komitmen investasinya dengan membangun Apple Developer Academy di Tangerang sebagai pusat inovasi di Tanah Air. “Mereka juga akan membuka di Surabaya dan Batam, yang rencananya meluluskan 400 orang dalam program satu tahun,” tuturnya.
Bahkan, Kemenperin tengah mendorong adanya kerja sama pelaku industri RI-AS di bidang ekonomi berkelanjutan. Ini sebagai bagian langkah strategis menerapkan peta jalan Making Indonesia 4.0.“Sebab satu di antara 10 prioritas nasional pada inisiatif Making Indonesia 4.0, yaitu mengakomodasi standar-standar keberlanjutan,” terangnya.
Menurut Airlangga, Indonesia melihat konsep ekonomi keberlanjutan sebagai peluang meningkatkan pertumbuhan dan daya saing sektor manufaktur. Upaya yang dilakukan, misalnya melalui pelestarian lingkunganserta peggunaan teknologi bersih, biokimia, dan energi terbarukan.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan menekankan komitmen AS untuk terus menjalin kerja sama ekonomi dengan Indonesia dan wilayah Indo-Pacific. Kontribusi AS ini diharapkan dapat membawa kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui kemitraan dengan sektor swasta.
“Banyak upaya yang dilakukan untuk mencapai kemitraan, di antaranya dengan perdagangan yang adil dan saling timbal balik, lingkungan investasi yang terbuka, serta perjanjian antar negara yang transparan dan konektivitas lebih baik,” ungkapnya.
Tercatat investasi AS ke RI sepanjang tahun 2016 sampai semester I-2018 sebesar USD3,8 miliar dengan sebanyak 1.881 proyek. Capaian AS ini menempati peringkat keenam untuk penanaman modal asing di Indonesia. Guna lebih banyak lagi menarik investor AS menggelontorkan dananya di dalam negeri, Pemerintah Indonesia bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui penerbitan paket kebijakan ekonomi dan pemberian insentif fiskal, serta memberikan kepastian hukum.
“Misalnya di industri tekstil, kita masih impor kapas dari Amerika Serikat, tetapi kita kembalikan ke sana lagi dengan produk jadi garmen. Itu yang lebih baik,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (28/9/2018).
Menperin menyampaikan, pihaknya tengah memacu peningkatan ekspor produk manufaktur nasional ke Negeri Paman Sam, yang antara lain meliputi komoditas pakaian, tekstil, dan sepatu. “Untuk itu, kami ikut mengakselerasi penyelesaian perundingan kerja sama bilateral yang komprehensif,” ujarnya.
Salah satu yang ingin disepakati dengan Amerika Serikat, yakni tarif bea masuk untuk ketiga komoditas manufaktur Indonesia tersebut bisa dihapuskan atau nol persen. “Kami meyakini, langkah menggenjot ekspor ini, tentu akan mendongkrak produktivitas dan penyerapan tenaga kerja industri,” imbuhnya.
Kemenperin mencatat, neraca perdagangan RI dengan AS mengalami surplus pada dua tahun terakhir. Pada 2016, surplus sekitar USD8,47 miliar, sedangkan di 2017 surplus sebesar USD9,44 miliar. Sementara itu, total nilai ekspor nonmigas RI ke AS mencapai USD15,68 miliar pada 2016 dan naik di tahun 2017 menjadi USD17,14 miliar.
Di samping itu, lanjut Airlangga, pihaknya aktif mengajak pelaku industri AS agar melakukan ekspansi dan investasi baru di Indonesia. “Selama ini mereka banyak investasi di sektor industri ekstraktif. Nah, kali ini, kami mendorong di sektor yang siap memasuki era industri 4.0 atau digital economy,” jelasnya.
Sejalan hal tersebut, Kemenperin bersama pemangku kepentingan terkait sedang fokus menciptakan Indonesia menjadi basis ekosistem digital guna mendukung tumbuhnya investasi di sektor industri 4.0. “Berdasarkan Making Indonesia 4.0, ada lima sektor yang akan menjadi pionir, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika,” sebutnya.
Airlangga optimistis, pembentukan ekosistem digital dapat pula menjadi solusi untuk menumbuhkan usaha rintisan (startup) hingga sektor industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri. “Kami ingin champion dari AS, seperti Google, Apple, dan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley. Ini yang mesti kita tarik minatnya ke Indonesia,” paparnya.
Salah satu contoh, yakni Apple telah merealisasikan komitmen investasinya dengan membangun Apple Developer Academy di Tangerang sebagai pusat inovasi di Tanah Air. “Mereka juga akan membuka di Surabaya dan Batam, yang rencananya meluluskan 400 orang dalam program satu tahun,” tuturnya.
Bahkan, Kemenperin tengah mendorong adanya kerja sama pelaku industri RI-AS di bidang ekonomi berkelanjutan. Ini sebagai bagian langkah strategis menerapkan peta jalan Making Indonesia 4.0.“Sebab satu di antara 10 prioritas nasional pada inisiatif Making Indonesia 4.0, yaitu mengakomodasi standar-standar keberlanjutan,” terangnya.
Menurut Airlangga, Indonesia melihat konsep ekonomi keberlanjutan sebagai peluang meningkatkan pertumbuhan dan daya saing sektor manufaktur. Upaya yang dilakukan, misalnya melalui pelestarian lingkunganserta peggunaan teknologi bersih, biokimia, dan energi terbarukan.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan menekankan komitmen AS untuk terus menjalin kerja sama ekonomi dengan Indonesia dan wilayah Indo-Pacific. Kontribusi AS ini diharapkan dapat membawa kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui kemitraan dengan sektor swasta.
“Banyak upaya yang dilakukan untuk mencapai kemitraan, di antaranya dengan perdagangan yang adil dan saling timbal balik, lingkungan investasi yang terbuka, serta perjanjian antar negara yang transparan dan konektivitas lebih baik,” ungkapnya.
Tercatat investasi AS ke RI sepanjang tahun 2016 sampai semester I-2018 sebesar USD3,8 miliar dengan sebanyak 1.881 proyek. Capaian AS ini menempati peringkat keenam untuk penanaman modal asing di Indonesia. Guna lebih banyak lagi menarik investor AS menggelontorkan dananya di dalam negeri, Pemerintah Indonesia bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui penerbitan paket kebijakan ekonomi dan pemberian insentif fiskal, serta memberikan kepastian hukum.
(akr)