China dan Uni Eropa Saling Balas, BRICS Serukan Lawan Sanksi Barat

Rabu, 26 Juni 2024 - 22:21 WIB
loading...
China dan Uni Eropa...
BRICS menegingatkan apabila perang dagang antara UE dengan China terjadi dipastikan akan mengancam perdagangan global. FOTO/iStock
A A A
JAKARTA - Beijing menginginkan Uni Eropa menghapus tarif yang dijatuhkan atas mobil listrik China paling lambat pada 4 Juli mendatang. Jika Uni Eropa (UE) tidak menghapusnya China telah mengindikasikan akan membalas UE. Ini bisa menjadi sinyal awal meletusnya perang dagang China dengan UE.

BRICS menegingatkan apabila perang dagang antara UE dengan China terjadi dipastikan akan mengancam perdagangan global. China mengatakan ketidakpuasannya terhadap keputusan UE yang mengenakan tarif pada kendaraan listrik China.

Juru Bicara Kementerian Perdagangan China memperingatkan tindakan tersebut dapat memicu perang dagang tanggung jawabnya sepenuhnya berada di pihak Eropa. Pernyataan tersebut muncul setelah UE mengusulkan tarif tinggi terhadap impor kendaraan listrik dari China, dengan alasan bahwa mereka mendapatkan manfaat dari subsidi tidak adil yang mendistorsi persaingan.

Baca Juga: Diancam Rusia Akan Dibalas atas Serangan di Crimea, Ini Respons AS

Beijing mengkritik langkah-langkah tersebut dan menyebutnya berlebihan dan menekankan bahwa tindakan tersebut dapat secara serius mengganggu hubungan ekonomi antara kedua blok.

Uni Eropa membenarkan usulannya dengan mengklaim bahwa kendaraan listrik China membanjiri pasar dengan harga yang sangat rendah berkat subsidi besar-besaran dari negara China, sehingga menciptakan persaingan tidak sehat bagi pabrikan Eropa.

Posisi ini telah ditolak dengan tegas oleh China, yang melihatnya sebagai upaya proteksionisme terselubung. Akibatnya, ketegangan perdagangan antara kedua raksasa ekonomi ini semakin meningkat, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan tidak hanya terjadi pada sektor kendaraan listrik dan berdampak pada seluruh perdagangan China-Eropa.

Respons BRICS

Menanggapi meningkatnya ketegangan dengan Uni Eropa dengan China, anggota BRICS lainnya menyerukan untuk melawan sanksi Barat. Inisiatif yang paling menonjol adalah dedolarisasi yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar AS dengan mengutamakan penggunaan mata uang lokal untuk transaksi internasional.

Strategi tersebut dipandang sebagai cara untuk memperkuat kemandirian ekonomi mereka dan melindungi perekonomian mereka dari fluktuasi pasar Amerika Serikat (AS). Potensi dampak konfrontasi ini sangat besar.

Baca Juga: Meski Dihujat, Ini 3 Alasan Thailand Ingin Gabung BRICS dalam Waktu Dekat

Jika perang dagang pecah, hal ini tidak hanya dapat mengganggu sektor kendaraan listrik, tetapi juga seluruh perdagangan ekonomi antara China dan UE. Melansir Contribune, dunia usaha di Eropa dapat menghadapi pembalasan dalam bentuk tarif atau pembatasan perdagangan, sehingga memperburuk situasi perekonomian beberapa industri yang sudah rapuh.

Selain itu, percepatan upaya dedolarisasi dapat mengubah dinamika perdagangan internasional, dan mendorong negara-negara lain untuk bergabung dalam inisiatif ini guna mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1137 seconds (0.1#10.140)