Prihatin Bencana di Sulteng, Aprindo Juga Sesalkan Penjarahan
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan prihatin atas peristiwa gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala serta menyampaikan rasa duka cita sedalamnya kepada keluarga korban yang kehilangan anggota keluarganya. Dampak bencana ini juga mengakibatkan kerugian materil dan nonmateril yang sangat besar.
Aprindo mencatat kerugian sekitar Rp450 miliar yang dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern (Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi) di Poso, Palu dan Donggala (Sulteng).
Kerugian ini meliputi kerusakan bangunan, pajangan barang dagangan dan stok barang di gudang serta sedikitnya 5 orang korban jiwa dari para penjaga toko akibat gempa dan tsunami.
"Sampai saat ini gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum beroperasi dikarenakan masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat, " ujar Ketua Umum DPP Aprindo Roy N Mandey dalam keterangan tertulisnya, Minggu (30/9/2018).
Roy juga menyayangkan pernyataan sikap pemerintah melalui menteri dalam negeri yang terkesan arogan memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko ritel yang ada di Palu dan Donggala tanpa berkoordinasi lebih dahulu dengan para pemilik usaha atau manajemen maupun menghubungi Aprindo sebagai asosiasi pengusaha toko modern.
Keputusan ini, tegas Roy, sangat tidak mendidik masyarakat. Di samping itu pemerintah seolah-olah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika, multitafsir dan kurang berbudaya terhadapperitel. Padahal, peritel modern telah turut pula selama ini memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi serta selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa di Lombok, Jogja, Padang, Aceh dan lainnya.
Perkembangan terakhir, kata dia, sampai saat ini telah terjadi pengambilan barang oleh masyarakat di 40 gerai Alfamart dan satu gerai Hypermart di Kota Palu.
Aprindo mencatat kerugian sekitar Rp450 miliar yang dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern (Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi) di Poso, Palu dan Donggala (Sulteng).
Kerugian ini meliputi kerusakan bangunan, pajangan barang dagangan dan stok barang di gudang serta sedikitnya 5 orang korban jiwa dari para penjaga toko akibat gempa dan tsunami.
"Sampai saat ini gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum beroperasi dikarenakan masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat, " ujar Ketua Umum DPP Aprindo Roy N Mandey dalam keterangan tertulisnya, Minggu (30/9/2018).
Roy juga menyayangkan pernyataan sikap pemerintah melalui menteri dalam negeri yang terkesan arogan memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko ritel yang ada di Palu dan Donggala tanpa berkoordinasi lebih dahulu dengan para pemilik usaha atau manajemen maupun menghubungi Aprindo sebagai asosiasi pengusaha toko modern.
Keputusan ini, tegas Roy, sangat tidak mendidik masyarakat. Di samping itu pemerintah seolah-olah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika, multitafsir dan kurang berbudaya terhadapperitel. Padahal, peritel modern telah turut pula selama ini memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi serta selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa di Lombok, Jogja, Padang, Aceh dan lainnya.
Perkembangan terakhir, kata dia, sampai saat ini telah terjadi pengambilan barang oleh masyarakat di 40 gerai Alfamart dan satu gerai Hypermart di Kota Palu.
(fjo)