Pemerintah Dorong Inovasi Produk Industri Kayu Ringan
A
A
A
SOLO - Pemerintah terus mendorong inovasi produk Kayu Sengon guna mendukung industri kayu ringan di Indonesia. Peluang sebagai produsen terbesar sangat terbuka karena Kayu Sengon paling bagus tumbuh di tanah air.
Direktur Jenderal (Ditjen) Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ir Arlinda MA mengatakan, pihaknya terus memfasilitasi agar ekspor produk kayu ringan nasional terus meningkat. Di antaranya dengan mengikutkan para pengusaha kayu ringan dalam pameran-pameran.
“Mereka diperkenalkan kepada buyer buyer agar lebih bisa mengenal produk kayu ringan dari Indonesia,” kata Arlinda di sela-sela pembukaan International Lightwood Cooperation Forum (ILCF) ke-3 di Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/10/2018).
Sementara, ILCF ke-3 merupakan hasil kerja sama Asosiasi Indonesian Lightwood Association (ILWA) bersama dengan Kemendag, Swiss Import Promotion Desk (SIPPO), dan Fairventures, dan Import Promotion Desk (IPD) Germany. Diungkapkannya, kebutuhan pasokan kayu Sengon di dunia mencapai 50 juta meter kubik/tahun. Sedangkan Indonesia baru bisa memenuhi 3-5 juta meter kubik/tahun.
Saat ini, telah dilaksanakan penanaman satu miliar pohon Sengon/tahun. Untuk satu pohon Sengon menghasilkan satu meter kubik kayu. Sehingga dengan satu miliar pohon diharapkan menghasilkan satu miliar kubik. Dengan demikian, pada tahun 2025 mendatang diproyeksikan kebutuhan kayu Sengon dapat terpenuhi dari Indonesia.
Sebab untuk satu pohon Sengon pada usia 5-7 tahun sudah bisa dipanen. Penanamannnya juga mudah, bisa di pekarangan hingga lahan yang kosong. Selama ini, kayu Sengon dari Indonesia banyak yang dijual ke Cina dalam bentuk setengah jadi.
Sementara dari Cina diproses kembali hingga nilai jualnya menjadi dua kali lipat. Ketua Umum Indonesian Lightwood Association (ILWA) Sumardji Sarsono mengatakan, kayu Sengon sebagai salah satu kayu ringan utama yang banyak dikenal masyarakat, sekarang mayoritas hanya diproduksi sebagai Barecore (bahan setengah jadi) yang diekspor sebagian besar ke China dan Taiwan.
“Permintaan Sengon meningkat pesat dan pabrik Barecore jumlahnya meningkat tajam dalam sepuluh tahun terakhir,” tandas Sumardji Sarsono.
Faktor kecepatan penanaman pohon Sengon dan kemudahan teknologi Barecore menjadi penyebab utama perkembangan industri ini. Namun, dalam tiga tahun terakhir telah terjadi over supply produk Barecore di pasar internasional sehingga harga komoditas turun tajam. ILWA sebagai kumpulan asosiasi pebisnis kayu ringan Indonesia, bersama dengan berbagai pihak di Pemerintahan dan lembaga internasional berinisiatif untuk menyelamatkan industri kayu ringan.
Melalui ILCF, dilakukan diskusi terkait peluang inovasi produk dan pasar baru produk kayu ringan. Hadir para pakar tentang kayu ringan dari pengurus asosiasi dan pakar kayu dari wakil lembaga internasional Eropa– Fairventures dan IPD Germany. Juga diadakan sesi Business to Business (B2B) yang mempertemukan para pebisnis dengan para buyer dari Eropa yang dibawa oleh buying mission IPD.
Direktur Jenderal (Ditjen) Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ir Arlinda MA mengatakan, pihaknya terus memfasilitasi agar ekspor produk kayu ringan nasional terus meningkat. Di antaranya dengan mengikutkan para pengusaha kayu ringan dalam pameran-pameran.
“Mereka diperkenalkan kepada buyer buyer agar lebih bisa mengenal produk kayu ringan dari Indonesia,” kata Arlinda di sela-sela pembukaan International Lightwood Cooperation Forum (ILCF) ke-3 di Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/10/2018).
Sementara, ILCF ke-3 merupakan hasil kerja sama Asosiasi Indonesian Lightwood Association (ILWA) bersama dengan Kemendag, Swiss Import Promotion Desk (SIPPO), dan Fairventures, dan Import Promotion Desk (IPD) Germany. Diungkapkannya, kebutuhan pasokan kayu Sengon di dunia mencapai 50 juta meter kubik/tahun. Sedangkan Indonesia baru bisa memenuhi 3-5 juta meter kubik/tahun.
Saat ini, telah dilaksanakan penanaman satu miliar pohon Sengon/tahun. Untuk satu pohon Sengon menghasilkan satu meter kubik kayu. Sehingga dengan satu miliar pohon diharapkan menghasilkan satu miliar kubik. Dengan demikian, pada tahun 2025 mendatang diproyeksikan kebutuhan kayu Sengon dapat terpenuhi dari Indonesia.
Sebab untuk satu pohon Sengon pada usia 5-7 tahun sudah bisa dipanen. Penanamannnya juga mudah, bisa di pekarangan hingga lahan yang kosong. Selama ini, kayu Sengon dari Indonesia banyak yang dijual ke Cina dalam bentuk setengah jadi.
Sementara dari Cina diproses kembali hingga nilai jualnya menjadi dua kali lipat. Ketua Umum Indonesian Lightwood Association (ILWA) Sumardji Sarsono mengatakan, kayu Sengon sebagai salah satu kayu ringan utama yang banyak dikenal masyarakat, sekarang mayoritas hanya diproduksi sebagai Barecore (bahan setengah jadi) yang diekspor sebagian besar ke China dan Taiwan.
“Permintaan Sengon meningkat pesat dan pabrik Barecore jumlahnya meningkat tajam dalam sepuluh tahun terakhir,” tandas Sumardji Sarsono.
Faktor kecepatan penanaman pohon Sengon dan kemudahan teknologi Barecore menjadi penyebab utama perkembangan industri ini. Namun, dalam tiga tahun terakhir telah terjadi over supply produk Barecore di pasar internasional sehingga harga komoditas turun tajam. ILWA sebagai kumpulan asosiasi pebisnis kayu ringan Indonesia, bersama dengan berbagai pihak di Pemerintahan dan lembaga internasional berinisiatif untuk menyelamatkan industri kayu ringan.
Melalui ILCF, dilakukan diskusi terkait peluang inovasi produk dan pasar baru produk kayu ringan. Hadir para pakar tentang kayu ringan dari pengurus asosiasi dan pakar kayu dari wakil lembaga internasional Eropa– Fairventures dan IPD Germany. Juga diadakan sesi Business to Business (B2B) yang mempertemukan para pebisnis dengan para buyer dari Eropa yang dibawa oleh buying mission IPD.
(akr)