Angkie Yudistia Sociopreneur, Menembus Keterbatasan
A
A
A
JAKARTA - Angkie Yudistia sudah dikenal khalayak. Publik melihatnya sebagai sosok yang mampu menembus keterbatasan. Ya, keterbatasan justru telah membuatnya melesat jauh demi memberikan manfaat. Bukan cuma untuk diri sendiri, melainkan juga sesama kaum disabilitas dan perempuan Indonesia pada umumnya.
Belum lama ini, Angkie dianugerahi penghargaan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk kategori Tokoh Literasi Komunikasi Sosial. Lagi-lagi, wanita tunarungu ini mampu menembus keterbatasan dalam hal berkomunikasi.
Berkat kemampuannya, negara pun merasa perlu memberikan apresiasi. Apa makna penghargaan tersebut bagi Angkie? Berikut penuturan ibu dua anak itu kepada KORAN SINDO.
Selamat atas penghargaan yang telah Anda raih. Bagaimana kesan Anda?
Saya dipilih sebagai Tokoh Literasi Komunikasi Sosial. Perjalanan panjang untuk menjadi profesional di industri komunikasi tidaklah mudah bagi seorang perempuan berkebutuhan khusus.
Pendidikan saya Komunikasi S-1 dan S-2 di London School of Public Relations, itu adalah langkah panjang lima tahun belajar secara teori, dan diimplementasikan hingga delapan tahun, menjadikan saya bisa berkarya dan berdaya. Saya sangat bangga dengan pencapaian ini, sangat berterima kasih atas apresiasi ini. Sebagai penyandang disabilitas pendengaran, saya telah membuktikannya.
Anda membuat Social Enterprise, Thisable, sejak 2011. Bagaimana perkembangannya?
Alhamdulillah, Thisable Enterprise semakin berkembang dibandingkan beberapa tahun lalu. Sekian lama mencari formula yang tepat, butuh waktu bertahuntahun. Hingga saat ini, Thisable Enterprise berkembang menjadi agent recruitment untuk tenaga kerja disabilitas agar mandiri secara ekonomi.
Sudah berapa banyak penyandang disabilitas yang dibina?
Kami telah melakukan asesmen sebanyak 1.500 lebih data penyandang disabilitas, dibantu oleh Daya Dimensi Indonesia sebagai lembaga konsultan asesmen agar dapat mengetahui kemampuan dari setiap disabilitas. Tujuannya adalah agar calon tenaga kerja ini dapat di-placement sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Apa program Thisable yang terbaru dan bekerja sama dengan siapa?
Dari jumlah asesmen itu, hasilnya adalah 65% kemampuan disabilitas di vokasi dan 35% di profesional/formal. Maka untuk pekerja vokasi/informal, Thisable Enterprise telah bekerja sama sebagai business partner dengan GOLIFE (sister company GO-JEK) untuk penempatan tenaga kerja tunanetra di GO-MASSAGE, tunarungu di GOAUTO dan GO-CLEAN. Lalu untuk pekerja profesional/formal, tunadaksa dan tunanetra ditempatkan di beberapa perusahaan seperti CIMB Niaga, Rabobank, dan PGN MAS.
Bagaimana Anda melihat saudara-saudara disabilitas sekarang dibandingkan pada 2011 saat Anda baru merintis Thisable?
Semakin berkembang mandiri dari tahun ke tahun. Generasi muda semakin muncul dengan kepercayaan diri mereka. Tentu saya bangga. Bahkan, ada talent yang mampu mandiri hingga berhasil membangun rumah tangga dan memiliki rumah sendiri.
Sekarang Anda menjadi sociopreneur yang sukses. Apa kiat sukses Anda?
Kata sukses mungkin masih jauh dari sempurna bagi saya. Setiap hari saya masih menemukan trial-error karena tidak ada benchmarks setiap saya menyusun formula social enterprise yang saya bangun selama tujuh tahun ini.
Bagaimana Anda melihat sociopreneur di Indonesia saat ini, khususnya dari kalangan anak muda?
Saya pun melihat perkembangan sociopreneur makin melejit sekarang, bahkan lebih hebat dengan kepintaran masing-masing.
Untuk sociopreneur dari kalangan disabilitas, apa komentar dari para penerus Anda itu dan pernah berkolaborasi dengan siapa saja?
Sociopreneur disabilitas semakin banyak dibandingkan saat awal Thisable hadir. Kami pun terbuka untuk berkolaborasi dengan banyak teman sociopreneur di isu disabilitas.
Adakah program atau rencana Thisable yang ingin dibuat?
Saat ini Thisable sedang melakukan ekspansi di luar Jabodetabek. Kota-kota berikutnya adalah Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Denpasar. Semoga semua berjalan lancar. Tim yang bekerja semakin bertambah dan tentu saja pekerja disabilitas juga kian banyak.
Apa pesan Anda untuk temanteman disabilitas?
Tetap percaya bahwa setiap jalan kehidupan ada hikmahnya. Dengan kita mencintai diri apa adanya, kita bakal merasakan kalau hidup ini penuh makna.
Menyeimbangkan Peran di Rumah dan Pekerjaan
Perempuan yang berkarier atau pekerja konon dapat dikatakan sukses jika mampu menyeimbangkan antara tugas di dalam dan luar rumah.
Begitu juga dengan Angkie, yang bertambah kesibukannya di urusan domestik setelah hadir anak kedua. Ibunda Kayla Almahyra dan Aleea Kinandari ini bercerita bagaimana aktivitasnya seharihari. Angkie berusaha selalu punya waktu untuk anak-anak yang masih dalam pengawasan tumbuh kembangnya.
“Pagi-pagi saya masih bisa menyempatkan diri menemani anak pertama sekolah, masih menyusui anak bayi, dan tentu saja menyelipkan waktu dengan suami. Lalu siang hari, saya memantau kantor Thisable,” ungkapnya.
Hari-hari Angkie kini juga diwarnai dengan aktivitas sebagai public speaker pada beberapa perusahaan hingga konferensi. Semua itu dijalani wanita cantik ini dengan riang gembira. Yang terpenting adalah support system .
Menurut Angkie, tidak mungkin ia dapat mengerjakan semua sendiri. Maka itu, ia tak pernah menolak bantuan yang datang. “Dengan begitu, level stres bisa lebih berkurang dan saya menjalani kehidupan apa adanya,” imbuh Angkie.
Ketika ditanya mengenai impiannya, ternyata itu masih berhubungan dengan keluarga kecil Angkie, yakni ingin berlibur bersama. Berhubung Angkie dan suami selalu bekerja tanpa mengenal waktu, maka jadilah impian terdekat mereka yaitu menghabiskan waktu bersama.
“Sepele sih ya, tapi memang belum terwujud. Kami mau ajak pergi anak-anak,” ucapnya sembari tertawa. Angkie kerap diundang menjadi pembicara dalam forum-forum yang berkenaan dengan pemberdayaan wanita. Ia juga sering didaulat menjadi penyemangat bagi perempuan lain.
Menurut Angkie, perempuan sebaiknya saling mendukung satu sama lain, bukan malah saling menjatuhkan. Tetaplah berdiri tegak seperti di atas hak tinggi ketika badai datang, dan tetaplah rendah hati ketika dikelilingi indahnya kehidupan. (Ananda Nararya)
Belum lama ini, Angkie dianugerahi penghargaan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk kategori Tokoh Literasi Komunikasi Sosial. Lagi-lagi, wanita tunarungu ini mampu menembus keterbatasan dalam hal berkomunikasi.
Berkat kemampuannya, negara pun merasa perlu memberikan apresiasi. Apa makna penghargaan tersebut bagi Angkie? Berikut penuturan ibu dua anak itu kepada KORAN SINDO.
Selamat atas penghargaan yang telah Anda raih. Bagaimana kesan Anda?
Saya dipilih sebagai Tokoh Literasi Komunikasi Sosial. Perjalanan panjang untuk menjadi profesional di industri komunikasi tidaklah mudah bagi seorang perempuan berkebutuhan khusus.
Pendidikan saya Komunikasi S-1 dan S-2 di London School of Public Relations, itu adalah langkah panjang lima tahun belajar secara teori, dan diimplementasikan hingga delapan tahun, menjadikan saya bisa berkarya dan berdaya. Saya sangat bangga dengan pencapaian ini, sangat berterima kasih atas apresiasi ini. Sebagai penyandang disabilitas pendengaran, saya telah membuktikannya.
Anda membuat Social Enterprise, Thisable, sejak 2011. Bagaimana perkembangannya?
Alhamdulillah, Thisable Enterprise semakin berkembang dibandingkan beberapa tahun lalu. Sekian lama mencari formula yang tepat, butuh waktu bertahuntahun. Hingga saat ini, Thisable Enterprise berkembang menjadi agent recruitment untuk tenaga kerja disabilitas agar mandiri secara ekonomi.
Sudah berapa banyak penyandang disabilitas yang dibina?
Kami telah melakukan asesmen sebanyak 1.500 lebih data penyandang disabilitas, dibantu oleh Daya Dimensi Indonesia sebagai lembaga konsultan asesmen agar dapat mengetahui kemampuan dari setiap disabilitas. Tujuannya adalah agar calon tenaga kerja ini dapat di-placement sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Apa program Thisable yang terbaru dan bekerja sama dengan siapa?
Dari jumlah asesmen itu, hasilnya adalah 65% kemampuan disabilitas di vokasi dan 35% di profesional/formal. Maka untuk pekerja vokasi/informal, Thisable Enterprise telah bekerja sama sebagai business partner dengan GOLIFE (sister company GO-JEK) untuk penempatan tenaga kerja tunanetra di GO-MASSAGE, tunarungu di GOAUTO dan GO-CLEAN. Lalu untuk pekerja profesional/formal, tunadaksa dan tunanetra ditempatkan di beberapa perusahaan seperti CIMB Niaga, Rabobank, dan PGN MAS.
Bagaimana Anda melihat saudara-saudara disabilitas sekarang dibandingkan pada 2011 saat Anda baru merintis Thisable?
Semakin berkembang mandiri dari tahun ke tahun. Generasi muda semakin muncul dengan kepercayaan diri mereka. Tentu saya bangga. Bahkan, ada talent yang mampu mandiri hingga berhasil membangun rumah tangga dan memiliki rumah sendiri.
Sekarang Anda menjadi sociopreneur yang sukses. Apa kiat sukses Anda?
Kata sukses mungkin masih jauh dari sempurna bagi saya. Setiap hari saya masih menemukan trial-error karena tidak ada benchmarks setiap saya menyusun formula social enterprise yang saya bangun selama tujuh tahun ini.
Bagaimana Anda melihat sociopreneur di Indonesia saat ini, khususnya dari kalangan anak muda?
Saya pun melihat perkembangan sociopreneur makin melejit sekarang, bahkan lebih hebat dengan kepintaran masing-masing.
Untuk sociopreneur dari kalangan disabilitas, apa komentar dari para penerus Anda itu dan pernah berkolaborasi dengan siapa saja?
Sociopreneur disabilitas semakin banyak dibandingkan saat awal Thisable hadir. Kami pun terbuka untuk berkolaborasi dengan banyak teman sociopreneur di isu disabilitas.
Adakah program atau rencana Thisable yang ingin dibuat?
Saat ini Thisable sedang melakukan ekspansi di luar Jabodetabek. Kota-kota berikutnya adalah Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Denpasar. Semoga semua berjalan lancar. Tim yang bekerja semakin bertambah dan tentu saja pekerja disabilitas juga kian banyak.
Apa pesan Anda untuk temanteman disabilitas?
Tetap percaya bahwa setiap jalan kehidupan ada hikmahnya. Dengan kita mencintai diri apa adanya, kita bakal merasakan kalau hidup ini penuh makna.
Menyeimbangkan Peran di Rumah dan Pekerjaan
Perempuan yang berkarier atau pekerja konon dapat dikatakan sukses jika mampu menyeimbangkan antara tugas di dalam dan luar rumah.
Begitu juga dengan Angkie, yang bertambah kesibukannya di urusan domestik setelah hadir anak kedua. Ibunda Kayla Almahyra dan Aleea Kinandari ini bercerita bagaimana aktivitasnya seharihari. Angkie berusaha selalu punya waktu untuk anak-anak yang masih dalam pengawasan tumbuh kembangnya.
“Pagi-pagi saya masih bisa menyempatkan diri menemani anak pertama sekolah, masih menyusui anak bayi, dan tentu saja menyelipkan waktu dengan suami. Lalu siang hari, saya memantau kantor Thisable,” ungkapnya.
Hari-hari Angkie kini juga diwarnai dengan aktivitas sebagai public speaker pada beberapa perusahaan hingga konferensi. Semua itu dijalani wanita cantik ini dengan riang gembira. Yang terpenting adalah support system .
Menurut Angkie, tidak mungkin ia dapat mengerjakan semua sendiri. Maka itu, ia tak pernah menolak bantuan yang datang. “Dengan begitu, level stres bisa lebih berkurang dan saya menjalani kehidupan apa adanya,” imbuh Angkie.
Ketika ditanya mengenai impiannya, ternyata itu masih berhubungan dengan keluarga kecil Angkie, yakni ingin berlibur bersama. Berhubung Angkie dan suami selalu bekerja tanpa mengenal waktu, maka jadilah impian terdekat mereka yaitu menghabiskan waktu bersama.
“Sepele sih ya, tapi memang belum terwujud. Kami mau ajak pergi anak-anak,” ucapnya sembari tertawa. Angkie kerap diundang menjadi pembicara dalam forum-forum yang berkenaan dengan pemberdayaan wanita. Ia juga sering didaulat menjadi penyemangat bagi perempuan lain.
Menurut Angkie, perempuan sebaiknya saling mendukung satu sama lain, bukan malah saling menjatuhkan. Tetaplah berdiri tegak seperti di atas hak tinggi ketika badai datang, dan tetaplah rendah hati ketika dikelilingi indahnya kehidupan. (Ananda Nararya)
(nfl)