Dorong Hilirisasi Industri Manufaktur, Sektor Ini Jadi Prioritas

Sabtu, 24 November 2018 - 19:05 WIB
Dorong Hilirisasi Industri Manufaktur, Sektor Ini Jadi Prioritas
Dorong Hilirisasi Industri Manufaktur, Sektor Ini Jadi Prioritas
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) konsisten mendorong jalannya program hilirisasi sektor manufaktur di dalam negeri. Salah satu yang mendapat prioritas dalam pengembangannya adalah sektor berbasis sumber daya alam, seperti industri makanan dan minuman.

“Pemerintah masih fokus untuk memperkuat industrialisasi, karena dinilai penting memberi efek yang luas bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku dan penyerapan tenaga kerja lokal, serta penerimaan devisa dari ekspor,” ujar Menperin dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (24/11/2018).

PT GGP merupakan perusahaan penghasil produk nanas dalam kaleng ketiga terbesar di dunia. Bahkan, menjadi terbesar di dunia dalam hal produksi yang terintegrasi dengan lahan pertanian nanas milik sendiri.

“Ini salah satu industri yang berbasis ekspor dan semua bahan bakunya dari lokal. Industri hortikultura ini harus terus didorong karena dapat meningkatkan nilai tambah tinggi dan menyerap tenaga kerja besar. Industri ini yang juga mempunyai daya saing kuat,” papar Menperin.

PT GGP saat ini memiliki kapasitas produksi nanas dalam kaleng sebesar 200.000 ton per tahun, dengan nilai investasi sudah mencapai Rp500 miliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 20.000 orang. PT. GGP juga telah menerapkan manajemen zero waste production dan membentuk ekosistem rantai pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir di seluruh rantai nilai usahanya.

Produk yang dihasilkan PT GGP meliputi nanas dalam kaleng, jus serta konsentrat nanas yang telah dipasarkan ke lebih dari 60 negara tujuan ekspor. “Kami mendapat laporan, nilai ekspornya sudah menembus hingga USD300 juta per tahun,” imbuhnya.

Guna memacu daya saingnya, PT GGP telah mendapatkan fasilitas subkontrak kawasan berikat yang baru diberikan pertama kali oleh pemerintah. Diharapkan fasilitas ini mampu menekan faktor biaya produksi menjadi lebih efisien sehingga mendorong peningkatan hasil panen kelompok tani utamanya produk pisang segar di Kabupaten Tanggamus, Lampung Timur.

“Petani jadi subkontrak kami. Mereka bisa menikmati kualitas pupuk dari kami tanpa membayar biaya depot,” ujar Direktur Marketing PT GGP Yosep Lay. Menurutnya, setiap hari, perusahaan panen nanas sebanyak 1800-2000 ton per hari. “Setiap hari harus ekspor sekitar 40 kontainer,” imbuhnya.

Saat ini, Industri makanan dan minuman mampu menunjukkan kinerja yang gemilang, dengan pertumbuhan sebesar 9,74% pada periode Januari-September tahun 2018.Capaian itu jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,17% di periode yang sama. Selain itu, berkontribusi sebesar 35,73 persen terhadap PDB industri nonmigas.

Selanjutnya, pada semester I tahun 2018, investasi untuk PMDN sektor industri makanan mencapai Rp20,1 triliun dan industri minuman sebesar Rp1,3 triliun. Sedangkan, nilai investasi PMA sektor industri makanan mencapai USD498,07 juta dan sektor industri minuman sebesar USD62,52 Juta.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1330 seconds (0.1#10.140)