Jelang Pertemuan OPEC, Harga Minyak Perpanjang Kenaikan
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah naik pada Selasa (4/12/2018), memperpanjang kenaikan dipicu oleh rencana Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang akan memangkas produksi begitu pula dengan Kanada.
Selain itu, harga minyak menguat, setelah para pedagang melihat cairnya sengketa perdagangan Amerika Serikat dengan Republik Rakyat China, yang memberikan harapan pada pertumbuhan ekonomi global.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate naik 40 sen atau 0,8% ke level USD53,35 per barel pada pukul 01:37 GMT. Harga minyak Brent International bertambah 40 sen atau 0,7% menjadi USD62,09 per barel.
Kedua harga acuan minyak mentah dunia ini telah naik hampir 4%, setelah Washington dan Beijing sepakat dalam gencatan sengketa dagang di KTT G20 di Argentina, akhir pekan lalu. Kedua negara akan melakukan negosiasi selama 90 hari sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Kembali ke soal OPEC, organiasi ini akan melakukan pertemuan di markas besarnya di Wina, Austria, pada 6 Desember pekan ini dengan agenda pemangkasan produksi. Dalam pertemuan, OPEC akan membahasnya bersama raksasa produksi minyak non-OPEC yaitu Rusia.
"Kami berharap OPEC dan Rusia sepakat melakukan pemangkasan produksi di Wina pada Kamis mendatang. Pemangkasan sebesar 1,3 juta barel per hari sangat diperlukan untuk meningkatkan kembali harga minyak," tulis bank asal AS, Goldman Sachs. Dengan pemangkasan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari, kata Goldman Sachs, maka bisa mendorong harga Brent di atas USD60 per barel.
Selain OPEC, harga minyak juga melanjutkan reli, setelah Provinsi Alberta di Kanada menyatakan memangkas produksi minyaknya sebesar 325.000 barel per hari demi menyeimbangkan kelebihan pasokan.
Masalah minyak saat ini adalah melonjaknya produksi AS, dimana Negara Abang Sam itu telah melakukan peningkatan produksi besar-besaran, lebih tinggi 2 juta barel per hari pada tahun ini. Sehingga produksi minyak mentah AS sekarang mencapai 11,5 juta barel per hari.
Bank Barclays Inggris menyebut, produksi minyak di Negara Bagian Texas saat ini sudah mencapai 4,69 juta barel per hari sejak September, lebih tinggi dari produksi minyak di Irak sebesar 4,66 juta barel per hari. Irak sendiri merupakan produsen minyak terbesar kedua di OPEC setelah Arab Saudi.
Nah, dengan kesepakatan damai, maka China akan membeli kembali impor minyak mentah dari AS. Sebelumnya, selama perang tarif, China membatalkan pembelian minyak dari AS dan menolehkan pandangannya ke Iran.
Selain itu, harga minyak menguat, setelah para pedagang melihat cairnya sengketa perdagangan Amerika Serikat dengan Republik Rakyat China, yang memberikan harapan pada pertumbuhan ekonomi global.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate naik 40 sen atau 0,8% ke level USD53,35 per barel pada pukul 01:37 GMT. Harga minyak Brent International bertambah 40 sen atau 0,7% menjadi USD62,09 per barel.
Kedua harga acuan minyak mentah dunia ini telah naik hampir 4%, setelah Washington dan Beijing sepakat dalam gencatan sengketa dagang di KTT G20 di Argentina, akhir pekan lalu. Kedua negara akan melakukan negosiasi selama 90 hari sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Kembali ke soal OPEC, organiasi ini akan melakukan pertemuan di markas besarnya di Wina, Austria, pada 6 Desember pekan ini dengan agenda pemangkasan produksi. Dalam pertemuan, OPEC akan membahasnya bersama raksasa produksi minyak non-OPEC yaitu Rusia.
"Kami berharap OPEC dan Rusia sepakat melakukan pemangkasan produksi di Wina pada Kamis mendatang. Pemangkasan sebesar 1,3 juta barel per hari sangat diperlukan untuk meningkatkan kembali harga minyak," tulis bank asal AS, Goldman Sachs. Dengan pemangkasan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari, kata Goldman Sachs, maka bisa mendorong harga Brent di atas USD60 per barel.
Selain OPEC, harga minyak juga melanjutkan reli, setelah Provinsi Alberta di Kanada menyatakan memangkas produksi minyaknya sebesar 325.000 barel per hari demi menyeimbangkan kelebihan pasokan.
Masalah minyak saat ini adalah melonjaknya produksi AS, dimana Negara Abang Sam itu telah melakukan peningkatan produksi besar-besaran, lebih tinggi 2 juta barel per hari pada tahun ini. Sehingga produksi minyak mentah AS sekarang mencapai 11,5 juta barel per hari.
Bank Barclays Inggris menyebut, produksi minyak di Negara Bagian Texas saat ini sudah mencapai 4,69 juta barel per hari sejak September, lebih tinggi dari produksi minyak di Irak sebesar 4,66 juta barel per hari. Irak sendiri merupakan produsen minyak terbesar kedua di OPEC setelah Arab Saudi.
Nah, dengan kesepakatan damai, maka China akan membeli kembali impor minyak mentah dari AS. Sebelumnya, selama perang tarif, China membatalkan pembelian minyak dari AS dan menolehkan pandangannya ke Iran.
(ven)