Pertumbuhan Industri Pengolahan 4,87%
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat pertumbuhan industri pengolahan nonmigas periode 2015-2018 mencapai 4,87%. Subsektor pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri makanan dan minuman sebesar 8,71%.
Sektor lainnya, industri barang logam, komputer, barang elektronika, mesin dan perlengkapan tumbuh 4,02%, industri alat angkutan 3,67%, industri kimia 3,4%, dan industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 1,64%.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan non migas mencapai Rp2.555,8 triliun pada 2018 dan terus meningkat setiap tahunnya. "Kontribusi industri manunfaktur mencapai 19,89%, tertinggi dibanding sektor lainnya. Sehingga kalau kita ingin memperbaiki pertumbuhan ekonomi maka yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah sektor industri pengolahan atau manufaktur," ujarnya di Jakarta kemarin.
Adapun lima besar kontribusi sektor industri terhadap PDB nasional 2018 adalah industri makanan dan minuman yakni 6,34%, industri kimia 2,89%, industri barang logam, komputer, barang elektronika, mesin dan perlengkapan 2,16%, industri alat angkut 1,86%, dan industri tekstil dan pakaian jadi 1,13%.
Airlangga melanjutkan, ekspor industri pengolahan nonmigas berkontribusi 72,8% dari total ekspor pada 2018. "Memang terjadi defisit. Ini tentunya perlu kita perbaiki terutama dari investasi dan substitusi impor," ungkapnya.
Pemerintah, kata dia, akan mendorong peningkatan ekspor terhadap industri-industri yang masih mempunyai kapasitas seperti industri automotif, industri tekstil dan produk tekstil, industri makanan dan minuman, serta industri kecil dan menengah (IKM).
Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar mengatakan, pertumbuhan industri pada tahun 2018 diharapkan bisa tumbuh hingga 5%. Hal ini melihat sepanjang kuartal I hingga kuartal III 2018 secara berurutan pertumbuhan industri sebesar 5,03%, 4,41%, dan 5,04%. "Kita masih berharap kemungkinannya, apalagi di akhir bulan dari beberapa sektor industri pasti meningkat tajam karena negara-negara lain banyak membutuhkan barang untuk merayakan natal," ujarnya.
Haris menilai target pertumbuhan industri nonmigas tahun 2019 masih realistis. Menurut dia, proyeksi tahun 2019 lebih rendah dari 2018 mengikuti perkembangan ekonomi dunia. "Semua negara melakukan proteksi, yang dimulai dari Amerika. Ini mempersulit ruang gerak," ungkapnya. (Oktiani Endarwati)
Sektor lainnya, industri barang logam, komputer, barang elektronika, mesin dan perlengkapan tumbuh 4,02%, industri alat angkutan 3,67%, industri kimia 3,4%, dan industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 1,64%.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan non migas mencapai Rp2.555,8 triliun pada 2018 dan terus meningkat setiap tahunnya. "Kontribusi industri manunfaktur mencapai 19,89%, tertinggi dibanding sektor lainnya. Sehingga kalau kita ingin memperbaiki pertumbuhan ekonomi maka yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah sektor industri pengolahan atau manufaktur," ujarnya di Jakarta kemarin.
Adapun lima besar kontribusi sektor industri terhadap PDB nasional 2018 adalah industri makanan dan minuman yakni 6,34%, industri kimia 2,89%, industri barang logam, komputer, barang elektronika, mesin dan perlengkapan 2,16%, industri alat angkut 1,86%, dan industri tekstil dan pakaian jadi 1,13%.
Airlangga melanjutkan, ekspor industri pengolahan nonmigas berkontribusi 72,8% dari total ekspor pada 2018. "Memang terjadi defisit. Ini tentunya perlu kita perbaiki terutama dari investasi dan substitusi impor," ungkapnya.
Pemerintah, kata dia, akan mendorong peningkatan ekspor terhadap industri-industri yang masih mempunyai kapasitas seperti industri automotif, industri tekstil dan produk tekstil, industri makanan dan minuman, serta industri kecil dan menengah (IKM).
Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar mengatakan, pertumbuhan industri pada tahun 2018 diharapkan bisa tumbuh hingga 5%. Hal ini melihat sepanjang kuartal I hingga kuartal III 2018 secara berurutan pertumbuhan industri sebesar 5,03%, 4,41%, dan 5,04%. "Kita masih berharap kemungkinannya, apalagi di akhir bulan dari beberapa sektor industri pasti meningkat tajam karena negara-negara lain banyak membutuhkan barang untuk merayakan natal," ujarnya.
Haris menilai target pertumbuhan industri nonmigas tahun 2019 masih realistis. Menurut dia, proyeksi tahun 2019 lebih rendah dari 2018 mengikuti perkembangan ekonomi dunia. "Semua negara melakukan proteksi, yang dimulai dari Amerika. Ini mempersulit ruang gerak," ungkapnya. (Oktiani Endarwati)
(nfl)