Swasembada Beras dan Jagung, Mentan: Fakta Empiris Pangan Kita Aman

Sabtu, 19 Januari 2019 - 15:04 WIB
Swasembada Beras dan Jagung, Mentan: Fakta Empiris Pangan Kita Aman
Swasembada Beras dan Jagung, Mentan: Fakta Empiris Pangan Kita Aman
A A A
JAKARTA - Selama empat tahun Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla telah berhasil mencapai swasembada beras dan jagung. Keberhasilan ini ditopang dengan kesuksesan produksi Padi, Jagung dan Kedelai yang terus menunjukan peningkatan melalui program Kementan.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, mengatakan sesuai dengan konsensus negara yang tergabung di Food and Agriculture Organization (FAO), bahwa swasembada yang dimaksud memiliki defenisi jika suatu negara mampu memenuhi pangannya 90% dari kebutuhan.

"Nah kita sudah mampu mewujudkan definisi itu. Secara fakta empiris bahwa pangan kita aman. Untuk beras misalnya, selama 2016 tidak ada impor, yang ada hanya luncuran dari tahun 2015, dimana impor pada tahun itu lebih karena ada elnino terbesar sepajang sejarah," katanya, Sabtu (19/1/2019).

Lebih dari itu, lanjut Amran, selama tahun 2007 pemerintah Indonesia tidak pernah melakukan impor beras jenis medium. Yang ada, saat itu pada tahun 2018 impor 1,7 juta ton, namun hanya sebagai stock beras untuk 1 Januari 2019 yang berjumlah 2,3 juta ton.

"Jadi ada beras impor 1,7 juta, tapi masih didalam gudang. Dengan kata lain kita tidak komsumsi beras impor sejak tahun 2016 sampai dengan 17 Januari 2019. Jadi kalau ditanya apa sih tujuan impor?, ya kami jawab itu untuk menambah stock & supply yang pada gilirannya akan menekan harga," katanya.

Mentan Amran menerangkan, bukti dari itu semua, saat ini pemerintah memiliki banyak stock dan supply beras di Pasar Induk Beras Cipinang yang melimpah ruah hingga 2 kali lipat dari standar. Artinya hukum ekonomi supply demand tidak berlaku untuk mafia," katanya.

Sambung dia mencontohkam, tahun 1984 Indonesia pernah mendapat pengharhagaan swsembada pangan dari FAO. Tapi perlu dicatat, saat itu jumlah penduduk hanya 100 juta lebih dengan kebutuhan impor 414.000 ton.

"Bisa dibandingkan dengan kondiai saat ini. Bahwa harus diakui penduduk Indonesia mencapai 260 juta lebih, tapi kita bisa memenuhi kebutuhan mereka, bahkan expor kita meningkat 29%. Kemudian PDB (Produk Domestik Bruto) dari tahun 2013 sampai 2018 mencapai Rp400 triliun lebih," katanya.

Begitu juga dengan kebutuhan jagung. Kata Amran, impor jagung pada tahun 2014 mencapai 3,5 juta atau setara dengan 10 triliun. Selanjutnya pemerintah menyetop akses impot secara mendadak. Tak lama kemudian, pemerintah berhasil membalikan keadaan dengan mengexpor 380.000 ton pada tahun 2017 dan 2018.

"Disaat yang sama kita import 130.000 ton karena ulah beberapa perusahaan yang mengakibatkan peternak kecil berteriak. Disitulah kita putuskan impor untuk menyelamatkan peternak 2,5 juta," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6324 seconds (0.1#10.140)