Bos IMF Minta Negara Eksportir Minyak Waspadai Proyek Gajah Putih

Minggu, 10 Februari 2019 - 11:30 WIB
Bos IMF Minta Negara Eksportir Minyak Waspadai Proyek Gajah Putih
Bos IMF Minta Negara Eksportir Minyak Waspadai Proyek Gajah Putih
A A A
DUBAI - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde menyebut, negara-negara eksportir minyak belum sepenuhnya pulih dari goncangan harga minyak yang dramatis pada 2014. Karena itu, dia memperingatkan agar eksportir minyak tak menghamburkan uang untuk "proyek gajah putih".

Dari perspektif investasi, proyek gajah putih mengacu pada investasi yang sangat mahal untuk dijalankan sehingga sangat sulit untuk benar-benar menghasilkan keuntungan dari proyek tersebut.

"Dengan pendapatan yang menurun, defisit fiskal hanya turun perlahan-lahan, meskipun ada reformasi signifikan pada sisi pengeluaran dan pendapatan, termasuk pengenalan PPN dan pajak cukai," ujar Lagarde, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (10/2/2019).

Kondisi ini, jelas dia, telah menyebabkan peningkatan tajam dalam utang publik negara eksportir minyak, dari 13% dari PDB (produk domestik bruto) pada 2013 menjadi 33% pada 2018. Lagarde mengatakan, ketidakpastian dalam prospek pertumbuhan untuk eksportir minyak juga mencerminkan langkah-langkah dari negara-negara itu untuk bergeser dengan cepat menuju energi terbarukan.

Menurut dia, ada ruang untuk meningkatkan kerangka fiskal di Timur Tengah dengan beberapa kelemahan yang berasal dari kecenderungan untuk bertindak jangka pendek dan tidak cukupnya kredibilitas.

Lagarde mengatakan, pemerintah di wilayah itu mungkin tergoda untuk lebih menyukai proyek gajah putih daripada berinvestasi pada sumber daya manusia dan potensi produktif.

Arab Saudi, ekonomi terbesar di Timur Tengah, diketahui telah mengumumkan rencana untuk melanjutkan tiga proyek besar, termasuk NEOM, zona ekonomi senilai USD500 miliar yang diumumkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Proyek-proyek ini didukung oleh dana kekayaan negara, yakni Dana Investasi Publik.

Lagarde mengatakan, negara eksportir minyak dapat mengikuti contoh negara-negara kaya sumber daya lainnya seperti Chili dan Norwegia dalam menggunakan aturan fiskal untuk melindungi prioritas, seperti pengeluaran sosial, dari volatilitas harga komoditas.

Di negara-negara importir minyak di kawasan Timur Tengah, kata dia, pertumbuhan ekonomi telah meningkat, tetapi masih di bawah level sebelum krisis keuangan global. Defisit fiskal pun tetap tinggi, dan utang publik meningkat pesat dari 64% PDB pada 2008 menjadi 85% satu dekade selanjutnya. Utang publik saat ini menurutnya melebihi 90% dari PDB di hampir setengah dari negara-negara ini.

Berbicara mengenai ekonomi global, Lagarde mengatakan bahwa IMF tidak melihat resesi global di cakrawala. Tetapi risiko untuk pertumbuhan global meningkat karena ketegangan perdagangan dan pengetatan kondisi keuangan. IMF merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,5% atau lebih rendah 0,2% dari perkiraan yang dilansir sebelumnya, Oktober lalu.

"Ini tidak mengherankan, lingkungan global yang lebih lemah telah berdampak pada kawasan melalui berbagai saluran, perdagangan, pengiriman uang, aliran modal, harga komoditas, dan kondisi pembiayaan," katanya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7451 seconds (0.1#10.140)