Harga Minyak Menguat Karena Harapan Kesepakatan Dagang AS-China
A
A
A
NEW YORK - Harga minyak mentah menyentuh level tertinggi lebih dari tiga bulan pada perdagangan Jumat waktu AS. Kenaikan harga minyak dipicu oleh dua hal: meningkatnya harapan kesepakatan dagang Amerika Serikat dengan China, serta pemotongan produksi oleh OPEC.
Melansir dari Reuters, Sabtu (23/2/2019), para pedagang berharap Washington dan Beijing dapat menyelesaikan konflik dagang mereka, yang telah merusak pertumbuhan ekonomi global.
Harga minyak juga terus mendapat dukungan dari pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia. Mereka sejak Desember lalu, sepakat memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari, demi mengimbangi peningkatan produksi minyak oleh AS yang telah membuat kelebihan pasokan minyak mentah global.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 30 sen menjadi USD57,26 per barel. Merupakan harga penutupan tertinggi sejak medio November. Kenaikan ini juga membukukan kenaikan mingguan sebesar 3%.
Harga minyak mentah berjangka internasional, Brent turun 2 sen menjadi USD67,05 per barel pada pukul 02.30 ET. Namun selama pekan ini, harga Brent telah meningkat sebesar 1,2%.
"Pembicaraan dagang AS dan China telah membuat optimistis harga minyak. Dan kesepakatan akan membantu pertumbuhan ekonomi global. Jadi WTI dapat dengan mudah mencapai target menguat," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Kesepakatan dagang dan pemotongan produksi oleh OPEC serta Rusia, seakan mengimbangi lonjakan produksi minyak mentah AS. Data Administrasi Energi (EIA) menyatakan total produksi minyak AS sepanjang 2019 secara rata-rata 12,5 juta barel per hari.
Dengan harapan membaiknya ekonomi global, Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak bakal tumbuh 1,4 juta barel per hari di 2019. Berdasar hukum supply dan demand, Goldman memperkirakan harga Brent akan berada di rata-rata USD60 hingga USD65 per barel di 2019.
Melansir dari Reuters, Sabtu (23/2/2019), para pedagang berharap Washington dan Beijing dapat menyelesaikan konflik dagang mereka, yang telah merusak pertumbuhan ekonomi global.
Harga minyak juga terus mendapat dukungan dari pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia. Mereka sejak Desember lalu, sepakat memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari, demi mengimbangi peningkatan produksi minyak oleh AS yang telah membuat kelebihan pasokan minyak mentah global.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 30 sen menjadi USD57,26 per barel. Merupakan harga penutupan tertinggi sejak medio November. Kenaikan ini juga membukukan kenaikan mingguan sebesar 3%.
Harga minyak mentah berjangka internasional, Brent turun 2 sen menjadi USD67,05 per barel pada pukul 02.30 ET. Namun selama pekan ini, harga Brent telah meningkat sebesar 1,2%.
"Pembicaraan dagang AS dan China telah membuat optimistis harga minyak. Dan kesepakatan akan membantu pertumbuhan ekonomi global. Jadi WTI dapat dengan mudah mencapai target menguat," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Kesepakatan dagang dan pemotongan produksi oleh OPEC serta Rusia, seakan mengimbangi lonjakan produksi minyak mentah AS. Data Administrasi Energi (EIA) menyatakan total produksi minyak AS sepanjang 2019 secara rata-rata 12,5 juta barel per hari.
Dengan harapan membaiknya ekonomi global, Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak bakal tumbuh 1,4 juta barel per hari di 2019. Berdasar hukum supply dan demand, Goldman memperkirakan harga Brent akan berada di rata-rata USD60 hingga USD65 per barel di 2019.
(ven)