Menilik Kembali Keuntungan dari Divestasi Freeport

Minggu, 24 Februari 2019 - 15:43 WIB
Menilik Kembali Keuntungan...
Menilik Kembali Keuntungan dari Divestasi Freeport
A A A
JAKARTA - Baru-baru ini, akuisisi saham 51% PT Freeport Indonesia (PTFI) kembali ramai menjadi perbincangan. Padahal, proses pengambilalihan saham perusahaan tambang emas dan tembaga yang rampung akhir tahun 2018 itu sudah jelas memberi banyak keuntungan bagi Indonesia.

Untuk menyegarkan kembali ingatan, berikut beberapa keuntungan setelah Holding Industri Pertambangan PT Inalum (Persero) merampungkan akuisisi tersebut pada akhir tahun lalu.

1. Keuntungan finansial. Inalum mengeluarkan USD3,85 miliar (setara Rp54 triliun) untuk akusisi PTFI. Mengutip dokumen Inalum, laba bersih PTFI tiap tahunnya diprediksi akan mencapai di atas USD2 miliar per tahun dari 2023 hingga 2041. Jika Inalum memiliki 51% maka, perusahaan akan diproyeksikan mendulang USD18 miliar (Rp 261 triliun) laba bersih dari PTFI dalam kurun waktu tersebut.

2. Keuntungan manajemen. Mengutip dokumen Inalum, setelah PTFI beroperasi selama 51 tahun, justru sekarang pihak Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan dalam penentuan dividen, anggaran dasar, direksi dan komisaris.

3. Posisi PTFI dibawah pemerintah. Rampungnya akusisi PTFI juga berdampak pada berubahnya operasional PTFI dari berdasarkan Kontrak Karya (KK) jadi berdasarkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Sewaktu beroperasi melalui KK, kedudukan PTFI setara dengan Pemerintah Indonesia dan bahkan KK berlaku layaknya sebuah undang-undang. Dengan beralihnya KK menjadi IUPK, maka status PTFI saat ini berada di bawah pemerintah.

4. Cadangan Emas Terbesar di Dunia. Tambang emas terbesar di dunia ternyata ada di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Mimika, Papua. Namanya tambang Grasberg, dan selama ini dikelola oleh PTFI. Kekayaan tambang tersebut, yang terdiri dari emas, tembaga, dan perak, diperkirakan memiliki nilai lebih dari USD150 miliar atau Rp2.190 triliun. Mengutip dokumen Inalum, emas dan tembaga di tambang bawah tanah Grasberg diperkirakan tidak akan habis hingga 2060.

5. Masyarakat Papua Diuntungkan. Dari 100% saham PTFI, 10%-nya akan dimiliki oleh pemerintah Papua sehingga masyarakat lokal bisa merasakan manfaat langsung dari sumber daya alamnya. Namun hingga kini saham tersebut masih dipegang Inalum dan belum dapat diberikan ke Pemda Papua dikarenakan masih berlangsungnya proses negosiasi antara Pemda Provinsi Papua dengan Pemda Kabupaten Mimika terkait pembentukan BUMD untuk menampung saham tersebut.

6. Penyerapan Tenaga Kerja Lokal. PTFI memiliki kapasitas untuk menyediakan 30.000 lapangan pekerjaan. Tenaga kerja di PTFI saat ini mayoritas orang Indonesia. Hingga Maret 2018, jumlah karyawan di PTFI yang secara langsung direkrut oleh PTFI adalah 7.028. Sekitar 2.888 karyawan adalah orang Papua.

8. Pengembangan Masyarakat Setempat. Kehadiran PTFI menyumbang terhadap pengembangan masyarakat setempat. PTFI di 2018 berkomitmen untuk membangun masyarakat lokal di daerah operasional PTFI. Di 2017, PTFI total menyumbangkan USD44 juta dan USD33 juta di 2016.

9. Sumber Perekonomian Daerah Papua. Sekitar 90% kegiatan ekonomi 300 ribu penduduk Kabupaten Mimika bergantung pada operasional PTFI. Di masa depan, pengembangan ekonomi lokal akan menjadi salah satu prioritas agar masyarakat menjadi mandiri.

10. Alih teknologi dan pengetahuan. Tambang bawah tanah Grasberg yang dioperasikan oleh PTFI adalah tambang yang paling rumit di dunia. Tambang tersebut menjadi tempat belajar terbaik untuk para ahli tambang di Indonesia sehingga pengetahuan mereka dapat diterapkan di tambang bawah tanah lain di Indonesia dan di negara lain.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1005 seconds (0.1#10.140)