Indonesia Dinilai Butuh Aturan Sanitasi yang Lebih Kuat

Selasa, 07 Mei 2019 - 19:02 WIB
Indonesia Dinilai Butuh Aturan Sanitasi yang Lebih Kuat
Indonesia Dinilai Butuh Aturan Sanitasi yang Lebih Kuat
A A A
JAKARTA - Indonesia dinilai memerlukan ketentuan sanitasi yang lebih kuat terkait dengan penggunaan sarung tangan kesehatan. Berbeda dengan beberapa negara yang telah memiliki aturan yang ketat, pertumbuhan penggunaan sarung tangan kesehatan di Indonesia baru didorong oleh meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat.

Presiden Direktur PT Mark Dynamics lndonesia Tbk Ridwan Goh menjelaskan, berdasarkan data Malaysian Rubber Glove Manufacturers Association (MARGMA), setidaknya ada tiga penggerak peningkatan konsumsi sarung tangan kesehatan.

"Aturan pemerintah, tingkat kemakmuran dan kesadaran akan kesehatan merupakan tiga penggerak utama peningkatan konsumsi sarung tangan kesehatan. Indonesia belum memiliki ketentuan pemerintah yang mendukung peningkatan kesadaran akan kesehatan," kata Ridwan melalui pers rilis, Selasa (7/5/2019).

Negara-negara di Amerika Utara dan Eropa telah menyadari benar fungsi sarung tangan kesehatan dan telah memiliki aturan yang ketat. Namun berbeda dengan beberapa negara Asia, bahkan tiga negara berpenduduk terbesar di Asia belum memiliki ketentuan tersebut sehingga pertumbuhan penggunaan sarung tangan kesehatan lebih karena adanya peningkatan konsumsi dari kelas menengah yang meningkat dan belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

Lebih jauh Ridwan menyatakan, MARGMA sebagai asosiasi produsen sarung tangan karet terbesar di dunia melihat Indonesia merupakan negara dengan potensi pertumbuhan konsumsi sarung tangan kesehatan yang tinggi.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh relatif stabil dibandingkan pertumbuhan ekonomi Asia bahkan dunia, diiringi jumlah penduduk terbesar keempat dunia telah menjadi potensi pertumbuhan konsumsi sarung tangan kesehatan yang tinggi," ungkap Ridwan.

Seperti diketahui bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia akan cenderung menurun dari 3,0% tahun 2018 menjadi 2,9% tahun 2019 dan stabil pada 2,8% di tahun 2020 dan 2021. Pertumbuhan dengan tren serupa terjadi di Asia Timur dan Pasifik serta Asia Selatan.

Indonesia memiliki potensi pertumbuhan produksi sarung tangan kesehatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan global. Berdasarkan data MARGMA, dengan pertumbuhan permintaan hingga 300 miliar sarung tangan tahun 2019 kontribusi pangsa pasar terbesar masih dari Malaysia yaitu 63%, diikuti oleh Thailand dan China dengan l8% dan 10%. Indonesia sendiri dengan potensi karet alam yang tinggi hanya memiliki pangsa pasar 3%.

"Ini merupakan potensi besar bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di industri sarung tangan karet, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja dengan jumlah penduduk saat ini, potensi Indonesia cukup besar," kata Ridwan.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7881 seconds (0.1#10.140)