China Siap Menaikkan Tarif Produk AS Senilai USD60 Miliar Mulai 1 Juni
A
A
A
WASHINGTON - Persaingan Amerika Serikat dengan Republik Rakyat China tidak ada habisnya. Setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan kenaikan tarif bagi produk impor China mulai akhir pekan lalu, China melakukan langkah pembalasan.
Melansir dari CNBC, Selasa (14/5/2019), Kementerian Keuangan China mengumumkan siap menaikkan tarif produk AS senilai USD60 miliar sebagai pembalasan. Kenaikan tarif ini rencananya berlaku 1 Juni mendatang.
Beijing akan menaikkan tarif terhadap lebih dari 5.000 produk AS hingga 25%. Sedangkan produk lainnya akan dikenakan kenaikan tarif hingga 20%. Sebelumnya produk AS yang masuk ke China dikenakan bea masuk 5% hingga 10%.
Langkah ini kata Kementerian Keuangan China mengikuti keputusan Presiden Trump yang menaikkan bea masuk atas produk China senilai USD200 miliar menjadi 25% dari sebelumnya 10%.
Dua negara ekonomi terbesar dunia ini, belakangan gencar melakukan perang dagang meski beberapa kali melakukan gencatan senjata dengan mengadakan perundingan. Beberapa pihak meminta keduanya mengakhiri konflik karena bisa mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Sementara itu, petani AS yang sebagian besar mendukung Trump dalam Pilpres 2016 akan menderita tamparan tarif dari China. Karena ribuan produk pertanian mereka akan dikenakan tambahan tarif, mulai dari kacang, gula, gandum, daging ayam, dan daging kalkun.
Menanggapi ini, Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan kepada CNBC bahwa kedua negara masih terlibat dalam negosiasi. Mnuchin bahkan mengatakan pemerintah akan melakukan perjalanan ke Beijing untuk melanjutkan pembicaraan.
Sebelumnya, pada Jumat akhir pekan, Gedung Putih mengatakan pengenaan kenaikan tarif kepada China karena Beijing mundur dari kesepakatan utama perjanjian dagang. Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer saat bertemua Wakil PM China Liu He, gagal mencapai kesepakatan.
Pembicaraan utama perjanjian dagang ini soal pencurian kekayaan intelektual AS oleh China yang sering dikeluhkan Trump. Termasuk pemaksaan transfer teknologi dan defisit perdagangan.
Karena tidak sepakat dengan syarat yang diberikan AS, maka Trump melakukan tamparan tarif kepada China. "Tarif ini sangat buruk bagi China. China seharusnya tidak membalas karena hanya akan menjadi lebih buruk!" tulis Trump dalam media sosialnya.
Tidak hanya itu, Trump juga mengkritik Presiden China Xi Jinping yang memilih mundur dari perundingan. "Anda memiliki banyak hal, (perundingan) hampir selesai dan ternyata Anda mundur!"
Jika China melakukan pembalasan, Trump siap melakukan kenaikan lagi sebesar 25% pada barang-barang China senilai USD325 miliar yang masih belum dibayar. Bahkan, Trump mengatakan China akan menanggung beban biaya lebih besar jika melakukan aksi balasan terhadap AS.
Sementara itu, penasihat ekonomi utama Trump, Larry Kudlow, mengatakan AS dan China akan mencoba mencapai kesepakatan dagang pada pertemuan KTT G20 di Jepang pada bulan Juni mendatang. "Kemungkinan kuat" Trump akan bertemu dengan Xi Jinping selama KTT G20 di Jepang.
Melansir dari CNBC, Selasa (14/5/2019), Kementerian Keuangan China mengumumkan siap menaikkan tarif produk AS senilai USD60 miliar sebagai pembalasan. Kenaikan tarif ini rencananya berlaku 1 Juni mendatang.
Beijing akan menaikkan tarif terhadap lebih dari 5.000 produk AS hingga 25%. Sedangkan produk lainnya akan dikenakan kenaikan tarif hingga 20%. Sebelumnya produk AS yang masuk ke China dikenakan bea masuk 5% hingga 10%.
Langkah ini kata Kementerian Keuangan China mengikuti keputusan Presiden Trump yang menaikkan bea masuk atas produk China senilai USD200 miliar menjadi 25% dari sebelumnya 10%.
Dua negara ekonomi terbesar dunia ini, belakangan gencar melakukan perang dagang meski beberapa kali melakukan gencatan senjata dengan mengadakan perundingan. Beberapa pihak meminta keduanya mengakhiri konflik karena bisa mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Sementara itu, petani AS yang sebagian besar mendukung Trump dalam Pilpres 2016 akan menderita tamparan tarif dari China. Karena ribuan produk pertanian mereka akan dikenakan tambahan tarif, mulai dari kacang, gula, gandum, daging ayam, dan daging kalkun.
Menanggapi ini, Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan kepada CNBC bahwa kedua negara masih terlibat dalam negosiasi. Mnuchin bahkan mengatakan pemerintah akan melakukan perjalanan ke Beijing untuk melanjutkan pembicaraan.
Sebelumnya, pada Jumat akhir pekan, Gedung Putih mengatakan pengenaan kenaikan tarif kepada China karena Beijing mundur dari kesepakatan utama perjanjian dagang. Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer saat bertemua Wakil PM China Liu He, gagal mencapai kesepakatan.
Pembicaraan utama perjanjian dagang ini soal pencurian kekayaan intelektual AS oleh China yang sering dikeluhkan Trump. Termasuk pemaksaan transfer teknologi dan defisit perdagangan.
Karena tidak sepakat dengan syarat yang diberikan AS, maka Trump melakukan tamparan tarif kepada China. "Tarif ini sangat buruk bagi China. China seharusnya tidak membalas karena hanya akan menjadi lebih buruk!" tulis Trump dalam media sosialnya.
Tidak hanya itu, Trump juga mengkritik Presiden China Xi Jinping yang memilih mundur dari perundingan. "Anda memiliki banyak hal, (perundingan) hampir selesai dan ternyata Anda mundur!"
Jika China melakukan pembalasan, Trump siap melakukan kenaikan lagi sebesar 25% pada barang-barang China senilai USD325 miliar yang masih belum dibayar. Bahkan, Trump mengatakan China akan menanggung beban biaya lebih besar jika melakukan aksi balasan terhadap AS.
Sementara itu, penasihat ekonomi utama Trump, Larry Kudlow, mengatakan AS dan China akan mencoba mencapai kesepakatan dagang pada pertemuan KTT G20 di Jepang pada bulan Juni mendatang. "Kemungkinan kuat" Trump akan bertemu dengan Xi Jinping selama KTT G20 di Jepang.
(ven)