Kemenperin Siapkan Platform Penghubung Ekosistem Bisnis Industri Fashion
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan membuat platform yang menghubungkan ekosistem bisnis industri fashion yang terdiri dari suplier bahan baku, desainer, penjahit dan industri fashion dalam konsep yang dinamai "Fitting Room". Platform tersebut akan dibuat tahun ini sebagai salah satu wujud penerapan digitalisasi sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
"Selain mengintegrasikan supply chain industri fashion, melalui platform ini juga akan memberikan kemudahan kepada konsumen dalam membeli produk fashion sesuai dengan ukuran tubuhnya tanpa harus datang kepada penjahit," jelas Direktur Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin E Ratna Utarianingrum di Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Ratna mengungkapkan, proyek percontohan tersebut bakal diuji coba dahulu kepada IKM fashion di Jawa Barat. "Kami berharap IKM fashion di kota lainnya juga dapat mengimplementasikan industri 4.0," ujarnya. Apalagi, industri fashion nasional mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya.
Kemenperin mencatat, Indonesia mengekspor produk fashion senilai USD14,29 miliar pada tahun 2018 atau meningkat 7,75% dari tahun 2017 yang hanya mencapai USD13,29 miliar. Hal ini disebut menunjukkan bahwa industri fashion Indonesia memiliki daya saing komparatif yang cukup tinggi di pasar internasional.
Selain itu, industri fashion turut mendorong pertumbuhan gemilang di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I/2019, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98%. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07% di periode yang sama.
Sementara itu, Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, pemerintah menyadari produk IKM Indonesia memiliki pasar yang terus meningkat. Karena itu, para penggiat IKM termasuk sektor fashion menjadi salah satu tombak ekonomi kerakyatan yang tahan terhadap krisis ekonomi global.
"Untuk itu, Kemenperin terus berupaya mengembangkan IKM melalui berbagai program, antara lain peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin atau peralatan serta promosi dan pameran batik di dalam dan luar negeri," paparnya.
Gati menambahkan, guna meningkatkan akses pasar bagi pelaku IKM, Kemenperin memiliki program e-Smart IKM yang menjalin kerja sama dengan beberapa marketplace. Melalui program e-Smart ini produk IKM di dorong untuk memasuki pasar online, sehingga memiliki jangkauan pasar yang lebih luas karena dapat diakses oleh konsumen dari berbagai daerah.
"Kami juga mendorong agar para pelaku IKM untuk memperoleh berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR, dan lembaga pembiayaan perbankan atau non perbankan lainnya untuk memperkuat struktur modalnya. Dengan demikian, diharapkan IKM nasional dapat tumbuh signifikan dan daya saingnya meningkat," imbuhnya.
"Selain mengintegrasikan supply chain industri fashion, melalui platform ini juga akan memberikan kemudahan kepada konsumen dalam membeli produk fashion sesuai dengan ukuran tubuhnya tanpa harus datang kepada penjahit," jelas Direktur Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin E Ratna Utarianingrum di Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Ratna mengungkapkan, proyek percontohan tersebut bakal diuji coba dahulu kepada IKM fashion di Jawa Barat. "Kami berharap IKM fashion di kota lainnya juga dapat mengimplementasikan industri 4.0," ujarnya. Apalagi, industri fashion nasional mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya.
Kemenperin mencatat, Indonesia mengekspor produk fashion senilai USD14,29 miliar pada tahun 2018 atau meningkat 7,75% dari tahun 2017 yang hanya mencapai USD13,29 miliar. Hal ini disebut menunjukkan bahwa industri fashion Indonesia memiliki daya saing komparatif yang cukup tinggi di pasar internasional.
Selain itu, industri fashion turut mendorong pertumbuhan gemilang di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I/2019, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98%. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07% di periode yang sama.
Sementara itu, Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, pemerintah menyadari produk IKM Indonesia memiliki pasar yang terus meningkat. Karena itu, para penggiat IKM termasuk sektor fashion menjadi salah satu tombak ekonomi kerakyatan yang tahan terhadap krisis ekonomi global.
"Untuk itu, Kemenperin terus berupaya mengembangkan IKM melalui berbagai program, antara lain peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin atau peralatan serta promosi dan pameran batik di dalam dan luar negeri," paparnya.
Gati menambahkan, guna meningkatkan akses pasar bagi pelaku IKM, Kemenperin memiliki program e-Smart IKM yang menjalin kerja sama dengan beberapa marketplace. Melalui program e-Smart ini produk IKM di dorong untuk memasuki pasar online, sehingga memiliki jangkauan pasar yang lebih luas karena dapat diakses oleh konsumen dari berbagai daerah.
"Kami juga mendorong agar para pelaku IKM untuk memperoleh berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR, dan lembaga pembiayaan perbankan atau non perbankan lainnya untuk memperkuat struktur modalnya. Dengan demikian, diharapkan IKM nasional dapat tumbuh signifikan dan daya saingnya meningkat," imbuhnya.
(fjo)