Tom Lembong Sebut Perang Dagang Ubah Perilaku Investor
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong meyakini perang dagang antara Amerika Serikat (AS) versus China telah mengubah perilaku investor. Ketidakpastian global dari perang dagang yang tak kunjung usai memunculkan tren kalangan investor untuk melakukan diversifikasi lokasi di banyak wilayah, menghindari lokasi terlalu berpusat di satu kawasan.
"Tanpa menyebut nama, katakanlah seandainya ada sebuah perusahaan internasional yang membuka kebanyakan pabrik atau terlalu berkonsentrasi di negara tertentu, kemudian negara itu dipilih menjadi target 'berantem' nya Donald Trump. Itu merupakan sebuah risiko yang harus ditanggapi, maka dari itu tren ini muncul sebagai bentuk kesadaran para investor," ujar Tom Lembong di Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Menurut Tom Lembong masih cukup banyak negara yang bermasalah dengan stabilitas politik, makro ekonomi, ditambah banyak negara-negara yang mata uangnya anjlok sampai 50%. "Sementara Indonesia tidak ada blunder yang signifikan, tidak ada fluktuasi atau volatilitas yang berlebihan. Kita stabil, rasional, dan pelan-pelan reformis di tengah ketidakpastian global, sehingga Indonesia seperti oasis stabilitas dan akal sehat di kondisi global yang tidak stabil ini," paparnya.
Lebih lanjut, Ia menekankan pemerintah bakal tetap melanjutkan jurus-jurus insentif sebagai upaya menarik para pemilik modal untuk menanamkan uangnya di Tanah Air. Sebut saja tax holiday dan tax allowance, ditambah dengan gagasan para menteri yaitu super deduction.
"Ini saatnya tim ekonomi Presiden merumuskan gagasan baru yang bisa mendorong secara signifikan. Tentunya harus melihat realita di pasar, apa yang sedang trending," imbuhnya.
Sambung dia menekankan "saya berani mengestimasi bahwa dalam 6 bulan ini, OSS akan stabil terlebih dengan adanya perhatian dari Presiden yang langsung cek ke lapangan. Dengan demikian, tidak menjadi alasan bagi orang untuk menyalahkan OSS dalam berinvestasi".
"Tanpa menyebut nama, katakanlah seandainya ada sebuah perusahaan internasional yang membuka kebanyakan pabrik atau terlalu berkonsentrasi di negara tertentu, kemudian negara itu dipilih menjadi target 'berantem' nya Donald Trump. Itu merupakan sebuah risiko yang harus ditanggapi, maka dari itu tren ini muncul sebagai bentuk kesadaran para investor," ujar Tom Lembong di Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Menurut Tom Lembong masih cukup banyak negara yang bermasalah dengan stabilitas politik, makro ekonomi, ditambah banyak negara-negara yang mata uangnya anjlok sampai 50%. "Sementara Indonesia tidak ada blunder yang signifikan, tidak ada fluktuasi atau volatilitas yang berlebihan. Kita stabil, rasional, dan pelan-pelan reformis di tengah ketidakpastian global, sehingga Indonesia seperti oasis stabilitas dan akal sehat di kondisi global yang tidak stabil ini," paparnya.
Lebih lanjut, Ia menekankan pemerintah bakal tetap melanjutkan jurus-jurus insentif sebagai upaya menarik para pemilik modal untuk menanamkan uangnya di Tanah Air. Sebut saja tax holiday dan tax allowance, ditambah dengan gagasan para menteri yaitu super deduction.
"Ini saatnya tim ekonomi Presiden merumuskan gagasan baru yang bisa mendorong secara signifikan. Tentunya harus melihat realita di pasar, apa yang sedang trending," imbuhnya.
Sambung dia menekankan "saya berani mengestimasi bahwa dalam 6 bulan ini, OSS akan stabil terlebih dengan adanya perhatian dari Presiden yang langsung cek ke lapangan. Dengan demikian, tidak menjadi alasan bagi orang untuk menyalahkan OSS dalam berinvestasi".
(akr)