Menperin: Keyakinan Bisnis Sektor Manufaktur Masih Tumbuh
A
A
A
JAKARTA - Industri pengolahan di Tanah Air dinilai masih ekspansif, yang terlihat dari capaian Purchasing Manager’s Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada bulan Juni 2019 yang berada di posisi 50,6. Poin PMI di atas angka 50 menandakan bahwa sejumlah sektor manufaktur masih melakukan upaya perluasan usaha.
"Ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa ekonomi kita masih berjalan cukup baik. Ini salah satunya terlihat dari capaian PMI manufaktur Indonesia yang berada di atas angka 50 atau dinilai ekspansif. Jadi, masih ada kenaikan yang cukup signifikan dari sisi produksi, terutama sektor manufaktur," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Indeks yang dirilis oleh Nikkei setiap bulan tersebut memberikan gambaran tentang kinerja industri pengolahan pada suatu negara, yang berasal dari pertanyaan seputar jumlah produksi, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori, dan waktu pengiriman.
Survei PMI manufaktur dikompilasi dari respons bulanan terhadap kuesioner yang dikirimkan kepada eksekutif pembelian di lebih dari 300 perusahaan industri yang dibagi dalam delapan kategori, yakni logam dasar, kimia dan plastik, listrik dan optik, makanan dan minuman, teknik mesin, tekstil dan busana, kayu dan kertas, serta transportasi.
Menurut Menperin, raihan PMI manufaktur Indonesia yang masih positif itu, menunjukkan pula bahwa pelaku usaha di dalam negeri masih tetap optimistis dan percaya diri untuk terus melakukan ekspansi atau menambah investasinya. "Hal ini sejalan dengan upaya dan komitmen pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, dengan memberikan kemudahan perizinan usaha dan sejumlah insentif baik fiskal maupun nonfiskal," tuturnya.
Airlangga menyampaikan, pemerintah di terus melakukan terobosan kebijakan yang dapat menggairahkan iklim usaha di dalam negeri sehingga turut memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satunya yakni melalui pemberian insentif fiskal berupa diskon pajak kepada sektor industri manufaktur.
"Terobosan tersebut khususnya fasilitas untuk menunjang ekspor dan investasi. Selain itu juga penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui vokasi dan mengaktifkan kegiatan litbang dalam memacu inovasi," paparnya.
Kementerian Perindustrian mencatat, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I/2019, penanaman modal dari sektor industri manufaktur memberikan kontribusi mencapai Rp44,06 triliun.
Adapun empat sektor manufaktur yang menyetor nilai investasi terbesar pada triwulan I/2019, yakni industri makanan sebesar Rp12,77 triliun, disusul industri logam dasar Rp11,46 triliun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia Rp3,58 triliun, serta industri barang galian bukan logam Rp2,59 triliun.
"Ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa ekonomi kita masih berjalan cukup baik. Ini salah satunya terlihat dari capaian PMI manufaktur Indonesia yang berada di atas angka 50 atau dinilai ekspansif. Jadi, masih ada kenaikan yang cukup signifikan dari sisi produksi, terutama sektor manufaktur," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Indeks yang dirilis oleh Nikkei setiap bulan tersebut memberikan gambaran tentang kinerja industri pengolahan pada suatu negara, yang berasal dari pertanyaan seputar jumlah produksi, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori, dan waktu pengiriman.
Survei PMI manufaktur dikompilasi dari respons bulanan terhadap kuesioner yang dikirimkan kepada eksekutif pembelian di lebih dari 300 perusahaan industri yang dibagi dalam delapan kategori, yakni logam dasar, kimia dan plastik, listrik dan optik, makanan dan minuman, teknik mesin, tekstil dan busana, kayu dan kertas, serta transportasi.
Menurut Menperin, raihan PMI manufaktur Indonesia yang masih positif itu, menunjukkan pula bahwa pelaku usaha di dalam negeri masih tetap optimistis dan percaya diri untuk terus melakukan ekspansi atau menambah investasinya. "Hal ini sejalan dengan upaya dan komitmen pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, dengan memberikan kemudahan perizinan usaha dan sejumlah insentif baik fiskal maupun nonfiskal," tuturnya.
Airlangga menyampaikan, pemerintah di terus melakukan terobosan kebijakan yang dapat menggairahkan iklim usaha di dalam negeri sehingga turut memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satunya yakni melalui pemberian insentif fiskal berupa diskon pajak kepada sektor industri manufaktur.
"Terobosan tersebut khususnya fasilitas untuk menunjang ekspor dan investasi. Selain itu juga penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui vokasi dan mengaktifkan kegiatan litbang dalam memacu inovasi," paparnya.
Kementerian Perindustrian mencatat, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I/2019, penanaman modal dari sektor industri manufaktur memberikan kontribusi mencapai Rp44,06 triliun.
Adapun empat sektor manufaktur yang menyetor nilai investasi terbesar pada triwulan I/2019, yakni industri makanan sebesar Rp12,77 triliun, disusul industri logam dasar Rp11,46 triliun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia Rp3,58 triliun, serta industri barang galian bukan logam Rp2,59 triliun.
(fjo)