Jumlah Pekerja AS Bulan Juni Melonjak 224.000 Orang
A
A
A
WASHINGTON - Mesin ekonomi Amerika Serikat kembali menderu. Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan jumlah tenaga kerja di bulan Juni melonjak sebesar 224.000 orang. Angka tersebut melampaui perkiraan para ekonom yang menaksir sebesar 165.000 penambahan tenaga kerja.
Data tenaga kerja bulan Juni tersebut tumbuh drastis dibandingkan bulan Mei sebelumnya, sebanyak 72.000 orang. Data tenaga kerja bulan Juni menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2019 berjalan.
Melansir dari CNBC, Jumat (5/7/2019), selain kenaikan jumlah tenaga kerja, rata-rata pendapatan per jam pekerja di AS naik 3,1%. Dan tingkat pengangguran berada di level terendah 3,7%.
Pertumbuhan tenaga kerja ini paling banyak disumbang dari sektor manufaktur, selanjutnya layanan bisnis, perawatan kesehatan, konstruksi, dan transportasi.
Data perekonomian tersebut menjadi kado manis bagi Hari Kemerdekaan ke-243 Amerika Serikat yang jatuh pada tanggal 4 Juli kemarin.
Pencapaian ini membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump semringah. Ia menulis di media sosialnya "Jobs, Jobs, Jobs!" Mengutip dari Bloomberg, Trump menambahkan bahwa negara ekonomi terbesar di dunia ini sekarang berada dalam kondisi terbaik yang pernah ada.
Kenaikan jumlah tenaga kerja tersebut membuat para ekonom menjadi pesimis bahwa bank sentral AS, Federal Reserve akan memangkas suku bunga di bulan Juli ini.
Meski begitu, Trump menyerukan Ketua The Fed, Jerome Powell untuk menurunkan suku bunga acuan agar akselerasi ekonomi lebih cepat lagi, mengantisipasi tanda-tanda lain dari perlambatan ekonomi global. Seruan penurunan suku bunga ini juga menjadi salah satu kampanye 2020 Trump yang sudah dimulai sejak sekarang.
Soal pemotongan suku bunga ini, Kepala Ekonom Canadian Imperial Bank of Commerce, Avery Shenfeld, mengatakan tidak yakin The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga di bulan Juli.
"Pemangkasan suku bunga mungkin akan terjadi di bulan-bulan mendatang. Tapi The Fed harus berhati-hati, jangan sampai pemotongan suku bunga terkesan didorong oleh pasar dan Gedung Putih".
Sementara itu, Kepala Penelitian Kebijakan Moneter di Moody’s Analytics Inc., Ryan Sweet, mengatakan dengan pencapaian tenaga kerja maka ada ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga 25 basis poin.
"Masalah pemotongan suku bunga telah menimbulkan perdebatan. Tapi angka kenaikan ini menampik kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja melambat seperti yang diperkirakan sebelumnya. Dan saya rasa pemotongan 25 basis poin adalah moderat," ujarnya.
Terlepas dari wacana pemangkasan suku bunga, Kepala Ekonom Deutsche Bank, Torsten Slok, mengatakan bahwa data tenaga kerja AS merupakan laporan ekonomi yang sangat kuat.
Data tenaga kerja bulan Juni tersebut tumbuh drastis dibandingkan bulan Mei sebelumnya, sebanyak 72.000 orang. Data tenaga kerja bulan Juni menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2019 berjalan.
Melansir dari CNBC, Jumat (5/7/2019), selain kenaikan jumlah tenaga kerja, rata-rata pendapatan per jam pekerja di AS naik 3,1%. Dan tingkat pengangguran berada di level terendah 3,7%.
Pertumbuhan tenaga kerja ini paling banyak disumbang dari sektor manufaktur, selanjutnya layanan bisnis, perawatan kesehatan, konstruksi, dan transportasi.
Data perekonomian tersebut menjadi kado manis bagi Hari Kemerdekaan ke-243 Amerika Serikat yang jatuh pada tanggal 4 Juli kemarin.
Pencapaian ini membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump semringah. Ia menulis di media sosialnya "Jobs, Jobs, Jobs!" Mengutip dari Bloomberg, Trump menambahkan bahwa negara ekonomi terbesar di dunia ini sekarang berada dalam kondisi terbaik yang pernah ada.
Kenaikan jumlah tenaga kerja tersebut membuat para ekonom menjadi pesimis bahwa bank sentral AS, Federal Reserve akan memangkas suku bunga di bulan Juli ini.
Meski begitu, Trump menyerukan Ketua The Fed, Jerome Powell untuk menurunkan suku bunga acuan agar akselerasi ekonomi lebih cepat lagi, mengantisipasi tanda-tanda lain dari perlambatan ekonomi global. Seruan penurunan suku bunga ini juga menjadi salah satu kampanye 2020 Trump yang sudah dimulai sejak sekarang.
Soal pemotongan suku bunga ini, Kepala Ekonom Canadian Imperial Bank of Commerce, Avery Shenfeld, mengatakan tidak yakin The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga di bulan Juli.
"Pemangkasan suku bunga mungkin akan terjadi di bulan-bulan mendatang. Tapi The Fed harus berhati-hati, jangan sampai pemotongan suku bunga terkesan didorong oleh pasar dan Gedung Putih".
Sementara itu, Kepala Penelitian Kebijakan Moneter di Moody’s Analytics Inc., Ryan Sweet, mengatakan dengan pencapaian tenaga kerja maka ada ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga 25 basis poin.
"Masalah pemotongan suku bunga telah menimbulkan perdebatan. Tapi angka kenaikan ini menampik kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja melambat seperti yang diperkirakan sebelumnya. Dan saya rasa pemotongan 25 basis poin adalah moderat," ujarnya.
Terlepas dari wacana pemangkasan suku bunga, Kepala Ekonom Deutsche Bank, Torsten Slok, mengatakan bahwa data tenaga kerja AS merupakan laporan ekonomi yang sangat kuat.
(ven)