Harga Minyak Terus Melambung Akibat Badai Menerjang Teluk Meksiko
A
A
A
SEOUL - Harga minyak dunia terus melambung mendekati level tertinggi enam minggu pada perdagangan Jumat (12/7/2019). Harga minyak terus maju karena produsen minyak Amerika Serikat di Teluk Meksiko memangkas lebih dari setengah produksi mereka, mengantisipasi terjangan badai.
Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka internasional, Brent naik 29 sen atau 0,4% ke level USD66,81 per barel pada pukul 03:00 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate bertambah 31 sen atau 0,5% menjadi USD60,51 per barel. Level tertinggi sejak 23 Mei, yang ketika itu berada di USD60,94 per barel.
Badai tropis Barry yang menerjang di Teluk Meksiko, membuat perusahaan-perusahaan minyak AS telah memangkas produksinya lebih dari 1 juta barel per hari, atau 53% dari produksi di kawasan tersebut. Badai diperkirakan dapat menjadi kategori satu dengan kecepatan angin sekitar 74 mil per jam atau 119 km per jam.
"Harga minyak Brent terus memperpanjang kenaikan dan persediaan minyak AS surut akibat badai di Teluk Meksiko yang menghentikan produksi untuk sementara. Sehingga harga WTI juga meningkat," tulis ANZ Bank dalam catatannya.
Persediaan minyak mentah AS telah menurun selama empat minggu berturut-turut. Pasokan minyak mentah turun 9,5 juta barel dalam seminggu hingga 5 Juli, Administrasi Informasi Energi (EIA) mengatakan, penurunan mencapai tiga kali lipat dari perkiraan analis sebesar 3,1 juta barel.
Kim Kwang-rae, analis komoditas di Samsung Futures di Seoul, mengatakan harga minyak akan terus menggeliat seiring penurunan pasokan minyak mentah AS dan risiko geopolitik di Timur Tengah, yaitu kasus yang melibatkan Iran. WTI dan Brent diperkirakan akan mencapai antara USD65 hingga USD70 per barel.
Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka internasional, Brent naik 29 sen atau 0,4% ke level USD66,81 per barel pada pukul 03:00 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate bertambah 31 sen atau 0,5% menjadi USD60,51 per barel. Level tertinggi sejak 23 Mei, yang ketika itu berada di USD60,94 per barel.
Badai tropis Barry yang menerjang di Teluk Meksiko, membuat perusahaan-perusahaan minyak AS telah memangkas produksinya lebih dari 1 juta barel per hari, atau 53% dari produksi di kawasan tersebut. Badai diperkirakan dapat menjadi kategori satu dengan kecepatan angin sekitar 74 mil per jam atau 119 km per jam.
"Harga minyak Brent terus memperpanjang kenaikan dan persediaan minyak AS surut akibat badai di Teluk Meksiko yang menghentikan produksi untuk sementara. Sehingga harga WTI juga meningkat," tulis ANZ Bank dalam catatannya.
Persediaan minyak mentah AS telah menurun selama empat minggu berturut-turut. Pasokan minyak mentah turun 9,5 juta barel dalam seminggu hingga 5 Juli, Administrasi Informasi Energi (EIA) mengatakan, penurunan mencapai tiga kali lipat dari perkiraan analis sebesar 3,1 juta barel.
Kim Kwang-rae, analis komoditas di Samsung Futures di Seoul, mengatakan harga minyak akan terus menggeliat seiring penurunan pasokan minyak mentah AS dan risiko geopolitik di Timur Tengah, yaitu kasus yang melibatkan Iran. WTI dan Brent diperkirakan akan mencapai antara USD65 hingga USD70 per barel.
(ven)