BRIsyariah Incar Portofolio Bisnis Rp20 Triliun untuk Nasabah di Aceh
A
A
A
JAKARTA - Menangkap peluang diberlakukannya Qanun Lembaga Keuangan Syariah (Qanun LKS) di Provinsi Aceh, PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIsyariah) mulai mengkonversi portofolio bisnis induknya.
Tercatat lebih dari dua juta nasabah dan lebih dari Rp20 triliun portofolio bisnis (pembiayaan dan pendanaan) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) di Aceh menjadi target konversi tersebut.
"Dengan implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah di Aceh, ini akan membawa dampak besar bagi peningkatan kinerja BRIsyariah, baik di segi pendanaan, pembiayaan, maupun laba rugi," ujar Direktur Bisnis Komersil BRIsyariah, Kokok Alun Akbar di Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Melalui implementasi Qanun LKS ini, BRIsyariah berpotensi mendapat tambahan dana murah yang juga merupakan fokus Perseroan di tahun 2019. Peningkatan CASA sangat penting bagi rekomposisi dana pihak ketiga BRIsyariah karena akan berdampak langsung pada penurunan cost of fund atau biaya dana.
Sebagai informsi, BRIsyariah mencatat pada semester I 2019, berhasil menurunkan cost of fund perseroan 30 bps menjadi 4,43%, dari sebelumnya 4,73% di akhir tahun 2018. Keberhasilan ini antara lain kontribusi dari pertumbuhan tabungan payroll serta giro dari transaksional nasabah.
Di sisi pembiayaan, pada paruh kedua 2019, BRIsyariah akan melakukan sejumlah inovasi pembiayaan. Salah satunya peningkatan customer experience melalui perangkat perbankan digital untuk simplifikasi proses dan pertumbuhan bisnis yang lebih optimal di segmen mikro dan konsumer.
Segmen konsumer yang merupakan long-term key growth driver bagi BRIsyariah, di semester I 2019 berhasil tumbuh 21,59% secara yoy, dengan kontribusi terbesar dari pembiayaan Multi Faedah BRIsyariah iB salary based.
Mengenai pembiayaan bermasalah, BRIsyariah sudah mulai menunjukkan perbaikan dibandingkan posisi akhir tahun 2018. Di bawah manajemen yang terpilih pada RUPS bulan April lalu, BRIsyariah menunjukkan perbaikan NPF dari 4,97% pada akhir 2018 menjadi 4,51% di semester I 2019.
Sedangkan laba yang berhasil dibukukan Rp35 miliar merupakan dampak dari langkah konservatif perseroan dalam melakukan pencadangan untuk pembiayaan yang terpengaruh kondisi pasar dan berefek pada sejumlah bank di Indonesia, termasuk BRIsyariah.
Ke depannya, peningkatan kualitas aset akan menjadi perhatian khusus BRIsyariah. Untuk hal tersebut, perseroan telah menetapkan program antara lain perbaikan proses under writing dan pembentukan tim task force untuk menekan NPF.
Tercatat lebih dari dua juta nasabah dan lebih dari Rp20 triliun portofolio bisnis (pembiayaan dan pendanaan) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) di Aceh menjadi target konversi tersebut.
"Dengan implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah di Aceh, ini akan membawa dampak besar bagi peningkatan kinerja BRIsyariah, baik di segi pendanaan, pembiayaan, maupun laba rugi," ujar Direktur Bisnis Komersil BRIsyariah, Kokok Alun Akbar di Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Melalui implementasi Qanun LKS ini, BRIsyariah berpotensi mendapat tambahan dana murah yang juga merupakan fokus Perseroan di tahun 2019. Peningkatan CASA sangat penting bagi rekomposisi dana pihak ketiga BRIsyariah karena akan berdampak langsung pada penurunan cost of fund atau biaya dana.
Sebagai informsi, BRIsyariah mencatat pada semester I 2019, berhasil menurunkan cost of fund perseroan 30 bps menjadi 4,43%, dari sebelumnya 4,73% di akhir tahun 2018. Keberhasilan ini antara lain kontribusi dari pertumbuhan tabungan payroll serta giro dari transaksional nasabah.
Di sisi pembiayaan, pada paruh kedua 2019, BRIsyariah akan melakukan sejumlah inovasi pembiayaan. Salah satunya peningkatan customer experience melalui perangkat perbankan digital untuk simplifikasi proses dan pertumbuhan bisnis yang lebih optimal di segmen mikro dan konsumer.
Segmen konsumer yang merupakan long-term key growth driver bagi BRIsyariah, di semester I 2019 berhasil tumbuh 21,59% secara yoy, dengan kontribusi terbesar dari pembiayaan Multi Faedah BRIsyariah iB salary based.
Mengenai pembiayaan bermasalah, BRIsyariah sudah mulai menunjukkan perbaikan dibandingkan posisi akhir tahun 2018. Di bawah manajemen yang terpilih pada RUPS bulan April lalu, BRIsyariah menunjukkan perbaikan NPF dari 4,97% pada akhir 2018 menjadi 4,51% di semester I 2019.
Sedangkan laba yang berhasil dibukukan Rp35 miliar merupakan dampak dari langkah konservatif perseroan dalam melakukan pencadangan untuk pembiayaan yang terpengaruh kondisi pasar dan berefek pada sejumlah bank di Indonesia, termasuk BRIsyariah.
Ke depannya, peningkatan kualitas aset akan menjadi perhatian khusus BRIsyariah. Untuk hal tersebut, perseroan telah menetapkan program antara lain perbaikan proses under writing dan pembentukan tim task force untuk menekan NPF.
(ven)