10 Ribu Pelaku IKM Ditargetkan Masuk ke Dalam E-commerce

Senin, 02 September 2019 - 23:10 WIB
10 Ribu Pelaku IKM Ditargetkan Masuk ke Dalam E-commerce
10 Ribu Pelaku IKM Ditargetkan Masuk ke Dalam E-commerce
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus melakukan upaya strategis untuk mendorong para pelaku IKM nasional memanfaatkan era digital dengan terlibat di dalam e-commerce. Targetnya bahwa 10 ribu IKM bisa masuk ke pasar online melalui program e-Smart IKM yang digagas Kemenperin sebagai bagian dari pelaksanaan langkah-langkah prioritas yang tertuang di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Pemanfaatan teknologi digital ini untuk memacu IKM nasional bisa berperan di era industri 4.0, seperti terlibat di dalam e-commerce yang diimplementasikan dalam program e-Smart IKM,” papar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (2/9/2019).

Kemenperin menargetkan sebanyak 10 ribu pelaku IKM dari berbagai sektor dapat masuk ke pasar online melalui program e-Smart IKM selama periode tahun 2017-2019. Mereka terdiri atas sektor industri makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fesyen, herbal, kosmetik, serta industri kreatif. “Hingga saat ini, animo peserta cukup tinggi, dengan jumlah peserta yang mengikuti workshop e-Smart IKM telah mencapai sekitar 9.000 pelaku usaha,” ungkap Gati.

Total nilai transaksi e-commerce dari seluruh IKM tersebut, tercatat mencapai Rp2,3 miliar. Dari jumlah ini, sebanyak 31,87 persen atau sekitar Rp755 juta berasal dari sektor industri makanan dan minuman.

Program e-Smart IKM yang diinisiasi Kemenperin sejak dua tahun lalu itu sudah mejalin kerja sama dengan para pelaku e-commerce di Indonesia, seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia. “Jadi, kami mendorong pelaku IKM nasional mampu menembus pasar ekspor di tengah era digital atau maraknya e-commerce,” terangnya.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyampaikan, pelaku IKM nasional agar mampu membuka diri dan berkolaborasi untuk memulai proses transformasi digital. Misalnya dengan bantuan startup sebagai penyedia teknologi (technology provider) atau pemecah masalah (problem solver). “Kolaborasi antar berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengubah tantangan menjadi peluang,” jelas Menperin.

Oleh karena itu, konektivitas menjadi pondasi utama dalam upaya penerapan industri 4.0. “Jadi, inovasi teknologi digital yang dihasilkan merupakan tools yang dapat menjawab kebutuhan industri saat ini,” imbuhnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7081 seconds (0.1#10.140)