Beli Minyak Banyu Urip, Pertamina Stop Impor dari Beberapa Negara
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) resmi membeli minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebesar 650.000 barel. Tak hanya memperkuat ketahanan energi, pembelian minyak mentah ini mengurangi impor minyak mentah.
Senior Vice President Integrated Supply Chain Pertamina (Persero) Hasto Wibowo, mengatakan, dengan pembelian minyak mentah ini Pertamina tidak perlu lagi mengimpor minyak dari Azerbaijan, Angola dan beberapa negara lainnya. "Dengan adanya suplai ini, kita total sudah tidak mengimpor minyak jenis heavy crude lagi," ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sabtu (21/9/2019).
Pembelian minyak mentah dari ExxonMobil tersebut disaksikan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto yang ikut mengawasi pengapalan perdana minyak mentah di Kapal Alir-Muat Terapung (FSO) Gagak Rimang, Tuban, Jawa Timur, Jumat (20/9) lalu. Penyerapan seluruh produksi minyak mentah domestik dari ExxonMobil, sambung Djoko, dinilai penting dalam memperkuat ketahanan energi nasional terutama mengurangi ketergantungan impor BBM.
"Semoga dengan (penjualan minyak ke domestik) ini, neraca perdagangan kita, khususnya impor jadi berkurang," tuturnya.
Penjualan minyak mentah ini merupakan tambahan volume minyak EMCL yang dijual ke pasar dalam negeri setelah Domestic Market Obligation (DMO) terpenuhi. Produksi minyak mentah Lapangan Banyu Urip telah mencapai 220.000 barel per hari (bph). Minyak tersebut kemudian dialirkan melalui jalur pipa sepanjang 95 kilometer ke Palang, Tuban, kemudian ke Kapal FSO Gagak Rimang di lepas pantai Tuban, Jawa Timur.
Pada kesempatan yang sama, President ExxonMobil Cepu Limited Louise McKenzie mengungkapkan, pengapalan minyak mentah ini untuk mendukung ketersediaan minyak domestik. Dia juga mengapresiasi dukungan pemerintah, pemda serta masyarakat terhadap kegiatan operasi Blok Cepu.
"Kami berterima kasih kepada pemerintah Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, para mitra Blok Cepu, serta masyarakat sekitar yang terus mendukung kegiatan operasi Banyu Urip," ujar Louise.
Senior Vice President Integrated Supply Chain Pertamina (Persero) Hasto Wibowo, mengatakan, dengan pembelian minyak mentah ini Pertamina tidak perlu lagi mengimpor minyak dari Azerbaijan, Angola dan beberapa negara lainnya. "Dengan adanya suplai ini, kita total sudah tidak mengimpor minyak jenis heavy crude lagi," ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sabtu (21/9/2019).
Pembelian minyak mentah dari ExxonMobil tersebut disaksikan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto yang ikut mengawasi pengapalan perdana minyak mentah di Kapal Alir-Muat Terapung (FSO) Gagak Rimang, Tuban, Jawa Timur, Jumat (20/9) lalu. Penyerapan seluruh produksi minyak mentah domestik dari ExxonMobil, sambung Djoko, dinilai penting dalam memperkuat ketahanan energi nasional terutama mengurangi ketergantungan impor BBM.
"Semoga dengan (penjualan minyak ke domestik) ini, neraca perdagangan kita, khususnya impor jadi berkurang," tuturnya.
Penjualan minyak mentah ini merupakan tambahan volume minyak EMCL yang dijual ke pasar dalam negeri setelah Domestic Market Obligation (DMO) terpenuhi. Produksi minyak mentah Lapangan Banyu Urip telah mencapai 220.000 barel per hari (bph). Minyak tersebut kemudian dialirkan melalui jalur pipa sepanjang 95 kilometer ke Palang, Tuban, kemudian ke Kapal FSO Gagak Rimang di lepas pantai Tuban, Jawa Timur.
Pada kesempatan yang sama, President ExxonMobil Cepu Limited Louise McKenzie mengungkapkan, pengapalan minyak mentah ini untuk mendukung ketersediaan minyak domestik. Dia juga mengapresiasi dukungan pemerintah, pemda serta masyarakat terhadap kegiatan operasi Blok Cepu.
"Kami berterima kasih kepada pemerintah Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, para mitra Blok Cepu, serta masyarakat sekitar yang terus mendukung kegiatan operasi Banyu Urip," ujar Louise.
(fjo)