Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Versi ADB Hanya 5,1% di 2019

Rabu, 25 September 2019 - 15:45 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Versi ADB Hanya 5,1% di 2019
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Versi ADB Hanya 5,1% di 2019
A A A
JAKARTA - Ekonomi Indonesia diproyeksikan oleh Asian Development Bank (ADB) bakal menjaga laju pertumbuhan cukup baik pada tahun 2019 hingga 2022, berkat konsumsi domestik yang masih tetap kuat. ADB merevisi proyeksi ekonominya untuk Indonesia, dengan pertumbuhan yang menurun tipis ke 5,1% pada tahun ini, atau lebih rendah dari sebelumnya 5,2% pada 2018, sebelum kembali lagi ke 5,2% pada 2020.

Laju pertumbuhan tahun ini yang sedikit lebih lambat mencerminkan penurunan ekspor dan melemahnya investasi domestik. “Konsumsi yang kuat akan membuat Indonesia mampu meneruskan pertumbuhan ekonominya baik tahun ini dan tahun depan,” kata Winfried Wicklein, Direktur ADB untuk Indonesia di Jakarta, Rabu (25/9/2019)

Dia menambahkan, dengan fundamental perekonomian yang masih solid, ditambah posisi fiskal yang dikelola dengan baik, harga-harga stabil, dan cadangan devisa pada posisi cukup aman. "Diperlukan investasi lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan, dengan fokus pada daya saing dan pengembangan sumber daya manusia sebagai kuncinya," jelasnya

Investasi diperkirakan akan terus membaik menjelang akhir tahun, seiring dengan kemajuan pembangunan proyek-proyek strategis nasional untuk meningkatkan jaringan infrastruktur. Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) baru-baru ini juga berpeluang memberikan suntikan tenaga bagi pertumbuhan kredit.

"Pada tahun 2020, investasi swasta akan terus membaik seiring dengan ekspektasi berbagai kebijakan reformasi baru untuk meningkatkan iklim usaha dan mempercepat modernisasi perekonomian," paparnya.

Belanja konsumen diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan yang kuat pada tahun ini dan tahun depan, ditopang oleh naiknya pendapatan rumah tangga, pertumbuhan lapangan kerja, dan inflasi yang rendah. Inflasi kemungkinan akan tetap stabil sebesar 3,2% tahun ini dan 3,3% pada 2020, sehingga akan membantu mempertahankan momentum belanja swasta. Inflasi inti diperkirakan akan tetap terjaga dan harga pangan juga tidak berubah.

Meskipun terjadi perlemahan pertumbuhan di antara para mitra perdagangannya sehingga mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia, defisit transaksi berjalan diperkirakan terkendali pada 2,7% dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini. Namun, investasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai melaju diperkirakan akan menyebabkan defisit transaksi berjalan melebar ke 2,9% PDB pada 2020.

Sektor jasa diperkirakan akan menjaga pertumbuhan tetap tinggi, didorong oleh populasi kaum muda yang terus bertambah sehingga meningkatkan penggunaan jasa online. Di sektor industri, konstruksi kemungkinan akan diuntungkan oleh pembangunan properti perkotaan. Komitmen pemerintah untuk mengadopsi teknologi baru juga akan meningkatkan kemampuan manufaktur dan membawa peningkatan daya saing dalam jangka menengah.

"Risiko eksternal terhadap proyeksi perekonomian Indonesia di antaranya adalah ketegangan perdagangan global dan melemahnya momentum perdagangan, yang harus terus diawasi. Melemahnya investasi juga perlu menjadi perhatian dan Indonesia harus tetap melanjutkan langkah-langkah reformasi guna mendiversifikasi perekonomiannya dan bersiap meraih peluang terkait perubahan rantai pasokan global," paparnya.

ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Pada 2018, ADB memberikan komitmen pinjaman dan hibah baru senilai USD21,6 miliar. Didirikan pada 1966, ADB telah memiliki 68 anggota dimana 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7713 seconds (0.1#10.140)