Harga Minyak Rebound, Putra Mahkota Saudi Ingatkan Harga Bisa Melambung Tinggi
A
A
A
WASHINGTON - Harga minyak mentah pulih alias rebound pada perdagangan Senin (30/9/2019). Akhir pekan lalu, harga minyak merosot ke level terendah dua minggu karena meningkatnya ketegangan dagang Amerika Serikat dan China. Sehingga mengkhawatirkan prospek ekonomi global.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 14 sen atau 0,3% menjadi USD56,05 per barel. Sebelumnya pada Jumat akhir pekan lalu, harga WTI turun menjadi USD54,75 per barel, harga terendah sejak 13 September 2019.
Harga minyak mentah berjangka Brent Internasional naik 21 sen atau 0,3% menjadi USD62,12 per barel, setelah pada Jumat pekan lalu merosot 1,3% ke level USD60,76 per barel.
Kenaikan harga minyak pada Senin ini merespon pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Minggu kemarin. MBS mengatakan harga minyak dapat melonjak ke "angka yang tidak terbayangkan tingginya" bila dunia tidak bersama-sama menghadang Iran. Namun MBS mengatakan ia akan lebih memilih solusi politik daripada militer.
Sebelumnya, gerakan Houthi Yaman yang mengatakan pada Sabtu (28/9), bahwa mereka telah melakukan serangan besar di perbatasan Saudi selatan yaitu di Najran, dan menangkap banyak pasukan dan kendaraan militer Saudi. Namun pihak berwenang Arab Saudi belum memberi keterangan soal ini.
Ketegangan antara Arab Saudi dan Houthi Yaman yang disokong Iran, bisa membuat harga minyak kembali melambung. Meski demikian, kata Stephen Innes, ahli strategi pasar di SPI Asset Management mengatakan sebagian besar produksi minyak Saudi sudah kembali normal, harga minyak bisa melambat seiring kenaikan tensi perang dagang AS dan China.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mencabut daftar perusahaan-perusahaan China dari bursa efek AS. Dan ini akan menajdi eskalasi besar dari ketegangan perdagangan AS dan China.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 14 sen atau 0,3% menjadi USD56,05 per barel. Sebelumnya pada Jumat akhir pekan lalu, harga WTI turun menjadi USD54,75 per barel, harga terendah sejak 13 September 2019.
Harga minyak mentah berjangka Brent Internasional naik 21 sen atau 0,3% menjadi USD62,12 per barel, setelah pada Jumat pekan lalu merosot 1,3% ke level USD60,76 per barel.
Kenaikan harga minyak pada Senin ini merespon pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Minggu kemarin. MBS mengatakan harga minyak dapat melonjak ke "angka yang tidak terbayangkan tingginya" bila dunia tidak bersama-sama menghadang Iran. Namun MBS mengatakan ia akan lebih memilih solusi politik daripada militer.
Sebelumnya, gerakan Houthi Yaman yang mengatakan pada Sabtu (28/9), bahwa mereka telah melakukan serangan besar di perbatasan Saudi selatan yaitu di Najran, dan menangkap banyak pasukan dan kendaraan militer Saudi. Namun pihak berwenang Arab Saudi belum memberi keterangan soal ini.
Ketegangan antara Arab Saudi dan Houthi Yaman yang disokong Iran, bisa membuat harga minyak kembali melambung. Meski demikian, kata Stephen Innes, ahli strategi pasar di SPI Asset Management mengatakan sebagian besar produksi minyak Saudi sudah kembali normal, harga minyak bisa melambat seiring kenaikan tensi perang dagang AS dan China.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mencabut daftar perusahaan-perusahaan China dari bursa efek AS. Dan ini akan menajdi eskalasi besar dari ketegangan perdagangan AS dan China.
(ven)