Kinerja Positif Semester I/2019, BRI Target DPK Naik 12%
A
A
A
JAKARTA - Secara konsolidasi, kinerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) pada semester I tahun 2019 tumbuh positif, dimana laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp16,16 triliun atau tumbuh 8,2% yoy. Pencapaian ini didukung oleh penerapan strategi bisnis bank yang konsisten, terlihat dari pertumbuhan kredit dan kualitas kredit yang baik.
Ditambah pertumbuhan alternative income seperti fee based income, recovery dan efisiensi biaya yang cukup terjaga, baik dari sisi biaya operasional maupun biaya pencadangan kredit. Perseroan juga mampu menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal II sebesar Rp945,05 triliun atau tumbuh 12,78%.
Proporsi DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) berupa tabungan dan giro dengan komposisi mencapai 57,35%. "Hingga akhir tahun kami proyeksi DPK dan loan dapat naik kisaran 12%," ujar Haru di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Sementara Corporate Secretary Bank BRI Hari Purnomo menambahkan, selain dengan Digitalisasi proses kredit untuk mempercepat proses pelayanan kredit, BRI juga melakukan penyesuaian suku bunga. Penyesuaian suku bunga kredit BRI tersebut sejalan dengan meningkatnya efisiensi operasional dan penurunan suku bunga simpanan yang telah dilakukan karena penurunan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps pada RDG Bank Indonesia Juli.
Dengan momentum seperti ini BRI berharap dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi sektor rill khususnya untuk segmen mikro dan ritel. Sehingga dengan proses kredit yang cepat dan suku bunga yang murah tentunya dapat memberikan ruang pertumbuhan kredit yang lebih tinggi.
Bank BRI telah melakukan Digitalisasi Proses Kredit sejak Tahun 2018 lalu dengan Aplikasi yang disebut BRISPOT. Terobosan digital Bank BRI ini dinilai ampuh mengakselerasi proses pengajuan kredit mikro menjadi lebih cepat, efisien, paperless dan digital base.
Ditambah pertumbuhan alternative income seperti fee based income, recovery dan efisiensi biaya yang cukup terjaga, baik dari sisi biaya operasional maupun biaya pencadangan kredit. Perseroan juga mampu menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal II sebesar Rp945,05 triliun atau tumbuh 12,78%.
Proporsi DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) berupa tabungan dan giro dengan komposisi mencapai 57,35%. "Hingga akhir tahun kami proyeksi DPK dan loan dapat naik kisaran 12%," ujar Haru di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Sementara Corporate Secretary Bank BRI Hari Purnomo menambahkan, selain dengan Digitalisasi proses kredit untuk mempercepat proses pelayanan kredit, BRI juga melakukan penyesuaian suku bunga. Penyesuaian suku bunga kredit BRI tersebut sejalan dengan meningkatnya efisiensi operasional dan penurunan suku bunga simpanan yang telah dilakukan karena penurunan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps pada RDG Bank Indonesia Juli.
Dengan momentum seperti ini BRI berharap dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi sektor rill khususnya untuk segmen mikro dan ritel. Sehingga dengan proses kredit yang cepat dan suku bunga yang murah tentunya dapat memberikan ruang pertumbuhan kredit yang lebih tinggi.
Bank BRI telah melakukan Digitalisasi Proses Kredit sejak Tahun 2018 lalu dengan Aplikasi yang disebut BRISPOT. Terobosan digital Bank BRI ini dinilai ampuh mengakselerasi proses pengajuan kredit mikro menjadi lebih cepat, efisien, paperless dan digital base.
(akr)