Menteri Basuki Sadari Tantangan Kota Tak Hanya Macet-Banjir, Tapi Juga Iklim

Jum'at, 04 Oktober 2019 - 03:09 WIB
Menteri Basuki Sadari...
Menteri Basuki Sadari Tantangan Kota Tak Hanya Macet-Banjir, Tapi Juga Iklim
A A A
JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, tantangan yang dihadapi kota-kota di Indonesia di masa depan tidak hanya kemacetan dan banjir, namun juga perubahan iklim. Sehingga program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) juga bertujuan sebagai perbaikan lingkungan bagi Kota Jakarta.

“Menurut saya NCICD bukan hanya pengendalian banjir, tetapi lebih kepada environmental remediation atau perbaikan lingkungan yang memang sudah melebihi daya dukungnya bagi Jakarta untuk dapat dikembangkan ke depan,” kata Menteri Basuki di Jakarta, Kamis (3/10).

Pada tahun 2014 ke tahun 2018, Kementerian PUPR telah membangun tanggul pantai dan tanggul sungai sebagai fase awal. Tahun 2014, pembangunan tanggul Tahap I dilakukan di Pluit sepanjang 75 meter. Dilanjutkan tahun 2016-2018 pembangunan tahap II sepanjang 4,5 km terdiri dari dua paket. Paket 1 berlokasi di Kelurahan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan sepanjang 2,3 km dan Paket 2 di Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilincing dengan panjang tanggul 2,2 km.

Pembangunan tanggul pantai disambut baik oleh warga setempat. Masyarakat bersyukur pembangunan tanggul pengaman pantai telah memberikan manfaat. Keberadaan tanggul menjadikan banjir akibat pasang air laut atau banjir rob yang seringkali dialami warga sudah jauh berkurang.

“Saya bersyukur karena sudah ditanggul, jadi tidak perlu kawatir. Sebelum ditanggul selalu khawatir kalau air pasang, selalu banjir rob,” kata salah satu warga Muara Baru Emi (45), Rabu (3/10).

Warga Muara Baru yang turut merasakan dampak pembangunan tanggul pantai tersebut salah satunya Iwan (42). Menurutnya sudah beberapa tahun terakhir wilayah tempat tinggalnya tidak lagi terkena musibah banjir. "Sudah empat tahun terakhir ini kayaknya enggak pernah banjir,” kata Iwan.

Nur, salah satu warga asli Muara Baru menambahkan sebelum ada pembangunan tanggul oleh Kementerian PUPR, banjir kerap menggenangi permukiman tempat tinggalnya. Pada tahun 2007, kata dia, menjadi periode banjir yang mungkin terbesar selama dia tinggal di Muara Baru. Nur mengaku terpaksa mengungsi ke tempat lain hingga dua pekan karena rumah tempat tinggalnya terendam banjir.

"Orang-orang bahkan harus sampai naik le atas kapal tongkang untuk menyelamatkan diri. Asalkan ada permukaan yang cukup buat bangun tenda, tidur," ujarnya.

Pembangunan tanggul pantai juga diikuti penataan kawasannya. Nursiyati, Ketua RW 03 Kalibaru merasakan dampak positif karena sekarang warga sekitar memiliki area terbuka untuk melakukan olahraga. “Kehadiran tanggul ini positif untuk warga. Tadinya di sini kumuh. Sekarang bisa dimanfaatkan ibu-ibu senam bersama dan anak-anak juga bisa bermain di sini,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan Kalibaru Syaiful Mansur (50) mengatakan selain sebagai pengaman pantai, pembangunan tanggul dapat menjadi kawasan ruang publik masyarakat di sekitar. “Sebelum dibangun, air laut sering masuk ke daerah permukiman warga sehingga sulit untuk melakukan aktivitas," terangnya.

Harapan Syaiful kawasan tanggul dapat ditata lebih maksimal, misalnya dibangun taman dan sarana bermain bagi anak-anak, termasuk dilengkapi penerangan dan tempat sampah untuk menjaga kebersihan.

“Kalau bisa Pemerintah juga membangun dermaga-dermaga kecil untuk sandar kapal nelayan. Supaya kegiatan ekonomi tidak terganggu, terutama di pesisir pantai kan banyak mata pencaharian nelayan,” jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1427 seconds (0.1#10.140)