PPA Rawat Sembilan BUMN Sakit, Dua Sudah Sehat
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero), Iman Rachman, mengatakan PPA telah merawat sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sakit-sakitan alias kondisi keuangan yang buruk.
Hasil perawatan PPA, dari sembilan BUMN tersebut, ada yang sudah sehat, mulai pulih, namun tidak sedikit yang masih sakit.
Dua perusahaan yang sudah sehat itu adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Nindya Karya (Persero). Waskita bahkan sudah bangkit menjadi salah satu pemain besar sektor konstruksi di Indonesia.
Seiring bugarnya kondisi Waskita, PPA sudah mengembalikan Waskita kepada pemerintah. Sedangkan, Nindya Karya masih menjadi anak usaha PPA dan saat ini telah berkontribusi sekitar 80% laba kepada PPA.
Lantas bagaimana cara PPA merawat mereka? "Kami melakukan penyehatan atau restrukturisasi BUMN terdiri dari dua cara. Pertama, menjadikannya anak usaha. Kedua, PPA bertindak menjadi financial controller," ujar Iman di Kementerian BUMN, Kamis (24/10/2019).
Sedangkan yang mulai sehat adalah PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Survey Udara Penas (Persero), dan PT Industri Kapal Indonesia (Persero).
Iman menjelaskan ketiga perusahaan ini memang secara keuangan belum mencetak untung di tahun 2019. "Tapi menariknya, bisnis mereka sudah jalan," terangnya.
Sedangkan yang masih sakit-sakitan dan butuh perawatan adalah PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), PT Industri Gelas (Persero), PT Kertas Kraft Aceh (Persero), dan PT Kertas Leces (Persero). PPA terus melakukan segala upaya untuk menyelamatkan dan menyehatkan empat BUMN tersebut, karena mereka sudah tidak berproduksi.
"Yang menjadi perhatian dan isu adalah Merpati, Industri Gelas, Kertas Leces dan Kertas Kraft Aceh. Mereka sedang restrukturisasi. Kita sedang melihat bagaimana cara mereka bisa berjalan lagi," ujarnya.
Hasil perawatan PPA, dari sembilan BUMN tersebut, ada yang sudah sehat, mulai pulih, namun tidak sedikit yang masih sakit.
Dua perusahaan yang sudah sehat itu adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Nindya Karya (Persero). Waskita bahkan sudah bangkit menjadi salah satu pemain besar sektor konstruksi di Indonesia.
Seiring bugarnya kondisi Waskita, PPA sudah mengembalikan Waskita kepada pemerintah. Sedangkan, Nindya Karya masih menjadi anak usaha PPA dan saat ini telah berkontribusi sekitar 80% laba kepada PPA.
Lantas bagaimana cara PPA merawat mereka? "Kami melakukan penyehatan atau restrukturisasi BUMN terdiri dari dua cara. Pertama, menjadikannya anak usaha. Kedua, PPA bertindak menjadi financial controller," ujar Iman di Kementerian BUMN, Kamis (24/10/2019).
Sedangkan yang mulai sehat adalah PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Survey Udara Penas (Persero), dan PT Industri Kapal Indonesia (Persero).
Iman menjelaskan ketiga perusahaan ini memang secara keuangan belum mencetak untung di tahun 2019. "Tapi menariknya, bisnis mereka sudah jalan," terangnya.
Sedangkan yang masih sakit-sakitan dan butuh perawatan adalah PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), PT Industri Gelas (Persero), PT Kertas Kraft Aceh (Persero), dan PT Kertas Leces (Persero). PPA terus melakukan segala upaya untuk menyelamatkan dan menyehatkan empat BUMN tersebut, karena mereka sudah tidak berproduksi.
"Yang menjadi perhatian dan isu adalah Merpati, Industri Gelas, Kertas Leces dan Kertas Kraft Aceh. Mereka sedang restrukturisasi. Kita sedang melihat bagaimana cara mereka bisa berjalan lagi," ujarnya.
(ven)