Mesra di Bisnis, Indonesia Hati-Hati Ambil Langkah Masalah Natuna

Selasa, 14 Januari 2020 - 08:23 WIB
Mesra di Bisnis, Indonesia Hati-Hati Ambil Langkah Masalah Natuna
Mesra di Bisnis, Indonesia Hati-Hati Ambil Langkah Masalah Natuna
A A A
CHINA adalah mitra dagang terbesar Indonesia dengan total perdagangan mencapai US$45,9 miliar sepanjang Januari hingga Agustus lalu. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat nilai ekspor Indonesia ke China sebesar US$23,54 miliar sepanjang Januari hingga November 2019. Pangsa pasar ekspor Indonesia ke China pada periode tersebut sebesar 16,62% dan merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lainnya.

Komoditas yang diekspor pun memiliki kontribusi terbesar terhadap ekspor Indonesia secara keseluruhan. Sebut saja crude palm oil (CPO) atau minyak sawit, batu bara, besi dan baja, bijih tembaga, serta produk dari kayu. Di sisi lain, Indonesia juga banyak mengimpor barang-barang murah dari China. Impor Indonesia dari negeri itu mencapai US$29 miliar pada Januari - Agustus 2019.

Lebih jauh lagi, China juga menjadi sumber pendanaan bagi Indonesia. Utang Indonesia kepada China tercatat US$17,75 miliar atau Rp274 triliun. Angka tersebut merupakan data statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI) yang dirilis Bank Indonesia (BI) per September 2019. Pada bulan sebelumnya, utang Indonesia kepada China sebesar US$17,09 miliar. Saban tahun, utang Indonesia kepada China terus bertambah.

Total keseluruhan utang luar negeri Indonesia per September 2019 sebesar US$202,31 miliar. China menjadi sumber utangan terbesar keempat bagi Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Pemberi kredit terbesar Indonesia adalah Singapura dengan jumlah pinjaman sebesar US$66,49 miliar, disusul Jepang US$29,42 miliar, dan Amerika Serikat (AS) US$22,46 miliar.

Selanjutnya, dalam hal investasi, Indonesia juga banyak berharap dari China. Kini, sejumlah proyek nasional mendapat aliran investasi dari Negeri Panda itu. China merupakan penghuni tetap tiga besar negara yang getol mengalirkan investasi ke dalam negeri bersama Singapura dan Jepang.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada awal masa pemerintahan Joko Widodo, investasi China baru sebesar US$800,02 juta untuk 501 proyek. Pada 2016, meningkat menjadi US$2,66 miliar untuk 1.234 proyek. Pada 2017, aliran investasi China ke Indonesia makin bertambah-tambah menjadi US$3,36 miliar untuk 1.977 proyek. (Baca: Konflik Natuna, Kepala BKPM Sebut Investasi China Stabil)

Lantaran itu, pemerintah memanjakan investor dari China. Jokowi bahkan pernah mengusulkan untuk membentuk pendanaan khusus bagi perusahaan-perusahaan China yang berinvestasi di Indonesia. Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan usul ini khususnya untuk hubungan kerja sama yang telah dijalin kedua negara melalui The Belt and Road Initiative (BRI) atau Jalur Sutra Modern.

Pada 2019, dana investasi dari China yang masuk ke Indonesia mencapai US$3,31 miliar untuk 1.888 proyek. Jumlah tersebut membuat China berada di posisi kedua setelah Singapura sebagai negara dengan realisasi investasi terbanyak di Indonesia. Nilai realisasi investasi Singapura di Indonesia selama periode tersebut mencapai US$5,38 miliar atau Rp75,32 triliun dengan total 4.955 proyek.

Presiden China Xi Jinping, menurut Luhut, telah menyatakan komitmennya untuk menjadi investor terbesar di Indonesia. Luhut mengatakan investasi yang ditanamkan Singapura ke Indonesia pun sejatinya banyak dari China sehingga secara tidak langsung China memiliki investasi yang cukup besar di Indonesia. “Jadi, saya rasa tetap China investor terbanyak ke Indonesia,” kata Luhut.

China juga banyak mendanai proyek infrastruktur di Indonesia. Ambil contoh proyek Bendungan Pelosika di Sulawesi Tenggara. Hibah China dalam proyek itu sebesar 28,19 juta RMB yuan atau sekitar Rp56,1 miliar. China dan Indonesia juga menggarap Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Di luar itu, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman juga telah menyepakati enam proyek dalam program Global Maritime Fulcrum-BRI. Enam proyek tersebut meliputi Kawasan Industri Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Pelabuhan Kuala Tanjung, Kawasan Industri Kualanamu, proyek energi bersih Sungai Kayan (Kalimantan Utara), Kura-kura Island Tech Park (Bali), dan program peremajaan perkebunan kelapa sawit. Total nilai enam proyek tersebut mencapai US$5 hingga US$6 miliar atau Rp70 hingga Rp84 triliun.

Capaian kerja sama ekonomi yang tumbuh pesat ini membuat kedua negara saling bergantung. Pantas saja jika Luhut terkesan hati-hati dalam menyikapi masuknya kapal-kapal Negeri Tirai Bambu di Natuna, zona eksklusif ekonomi (ZEE) Indonesia. “Enggak usah dibesar-besarkan,” ujarnya.
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7560 seconds (0.1#10.140)