PLTU Indramayu Uji Coba Wood Pellets Sebagai Campuran Bahan Bakar Batu Bara

Minggu, 19 Januari 2020 - 13:40 WIB
PLTU Indramayu Uji Coba Wood Pellets Sebagai Campuran Bahan Bakar Batu Bara
PLTU Indramayu Uji Coba Wood Pellets Sebagai Campuran Bahan Bakar Batu Bara
A A A
INDRAMAYU - PLTU Indramayu yang dikelola oleh PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) sedang melakukan uji coba penggunaan wood pellets (pelet kayu) sebagai campuran batu bara untuk menghasilkan listrik. Saat ini penggunaan pelet dari kayu itu sudah mencapai 5% dari keseluruhan batu bara yang dipakai untuk bahan bakar pembangkit.

General Manager UBJOM PLTU Indramayu Ubaedi Susanto menjelaskan, setiap hari PLTU Indramayu rata-rata membutuhkan 4.000 ton batu bara untuk satu unit pembangkit. Sehingga total kebutuhan batu bara untuk 3 unit mencapai 12.000 ton per hari.

Dengan pemanfaatan wood pellets ini, kata Ubaedi, diharapkan dapat menurunkan penggunaan batu bara. "Saat ini masih tahapan uji coba. Kemarin kami coba mencampurkan 5% pelet, dan hasilnya cukup memuaskan," tutur Ubaedi di Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (18/19/2020).

Sasaran inovasi penggunaan pelet ini tak lain untuk menjadikan sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Inovasi ini juga bisa mengurangi sampah dan emisi yang saat ini masih menjadi masalah di beberapa daerah.

Direktur Operasi II PJB Miftahul Jannah menambahkan, uji coba pellet yang bahan bakunya dari sumber-sumber ramah lingkungan ini terus dikembangkan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Dia mengungkapkan, untuk campuran pellets sebesar 5%, dipilih karena mempertimbangkan desain mesin pembangkit.

"Campuran 5% ini tidak perlu mengubah desain mesin. Setelah dites hasilnya bagus dan saya kira ini akan baik untuk menjadikan pembangkit yang ramah lingkungan," katanya.

Sayangnya, untuk sementara ini harga pellet untuk campuran bahan bakar PLTU ini masih terbilang mahal, sekitar Rp1.300 per kg. Sementara bahan bakar batu bara hanya Rp800 per kg.

Saat ini untuk bahan baku pelet di Pulau Jawa mayoritas menggunakan limbah kayu dan sampah organik. Bahan baku lain yang bisa digunakan dan harganya lebih murah adalah cangkang kelapa sawit yang banyak terdapat di daerah Sumatera dan Kalimantan.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9104 seconds (0.1#10.140)