Ada Kabar Larangan Ekspor Batu Bara, Luhut: Ngarang Aja
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan menegaskan tidak ada larangan ekspor batu bara. Pasalnya, larangan ekspor mineral yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo bukan mencakup batubara.
Adapun larangan yang dimaksud adalah komoditas nikel diekspor mentah-mentah sehingga tidak menghasilkan nilai tambah bagi Indonesia. "Siapa yang bilang, nggak ada (larangan ekspor batu bara) kamu ngarang aja," ujar Luhut kepada media di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Selain itu, dia melanjutkan saat ini sedang menjajaki Australia tertarik berinvestasi ke Indonesia. Ketertarikan itu telah dibicarakan dengan dirinya pada pertemuan World Economic Forum (WEF) yang berlangsung di Davos, Swiss beberapa waktu lalu.
"Itu soal rencana kunjungan presiden ke Australia tanggal 9 dan 10 Februari nanti. Terus yang kedua, besok ada Andrew Forrest (pengusaha Australia). Dia datang kemari setelah kami ketemu di Davos. Dia ternyata lebih cepat daripada yang saya duga. Tadinya saya pikir Februari," jelasnya.
Nantinya, investor Australia akan berinvestasi pada dua sektor utama, yaitu penanganan kebakaran dan hydro power. Adapun invedtasi lebih mengutamakan investasi untuk pengembangan energi ramah lingkungan (green energy) ke Indonesia.
"Jadi mau bekerja sama dengan Indonesia. Dia tertarik bagaimana Indonesia melakukan penanganan itu. Yang kedua, tadi mengenai hydro power. Tadi dia juga membicarakan mengenai kabel tegangan tinggi membawa 1,3 giga listrik yang dihasilkan dari solar panel ke Singapura," jelasnya.
Adapun larangan yang dimaksud adalah komoditas nikel diekspor mentah-mentah sehingga tidak menghasilkan nilai tambah bagi Indonesia. "Siapa yang bilang, nggak ada (larangan ekspor batu bara) kamu ngarang aja," ujar Luhut kepada media di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Selain itu, dia melanjutkan saat ini sedang menjajaki Australia tertarik berinvestasi ke Indonesia. Ketertarikan itu telah dibicarakan dengan dirinya pada pertemuan World Economic Forum (WEF) yang berlangsung di Davos, Swiss beberapa waktu lalu.
"Itu soal rencana kunjungan presiden ke Australia tanggal 9 dan 10 Februari nanti. Terus yang kedua, besok ada Andrew Forrest (pengusaha Australia). Dia datang kemari setelah kami ketemu di Davos. Dia ternyata lebih cepat daripada yang saya duga. Tadinya saya pikir Februari," jelasnya.
Nantinya, investor Australia akan berinvestasi pada dua sektor utama, yaitu penanganan kebakaran dan hydro power. Adapun invedtasi lebih mengutamakan investasi untuk pengembangan energi ramah lingkungan (green energy) ke Indonesia.
"Jadi mau bekerja sama dengan Indonesia. Dia tertarik bagaimana Indonesia melakukan penanganan itu. Yang kedua, tadi mengenai hydro power. Tadi dia juga membicarakan mengenai kabel tegangan tinggi membawa 1,3 giga listrik yang dihasilkan dari solar panel ke Singapura," jelasnya.
(ind)