Komitmen Investasi Aussie Rp500 Triliun Mangkrak, Ekonom: Realisasi Butuh Waktu
A
A
A
JAKARTA - Kerja sama antara Indonesia dan Australia di bidang ekonomi menurut ekonom seharusnya sudah direalisasikan sejak lama. Selama ini ketertarikan Australia masih sebatas komitmen investasi. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, masih banyak hambatan sampai komitmen menjadi realisasi.
"Selama ini sudah Rp500 triliun komitmen investasi mangkrak. Angka ini cukup signifikan kalau direalisasikan. Jadi dengan kondisi tekanan ekonomi yang tinggi seperti saat ini, investasi baru dari Australia sepertinya bakal butuh waktu lama direalisasikan," ujar Bhima saat dihubungi.
Sementara itu, pengamat media sosial Darmansyah memandang optimistis kerja sama Indonesia-Australia, terutama untuk menambah pemasukan bagi negara. "Ya bagus kalau begitu. Biar enggak cari utang luar negeri," kata Darmansyah.
Sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengundang pelaku bisnis Australia yang hadir pada acara forum Indonesia-Australia Business Roundtable bersama Presiden Jokowi untuk datang ke Indonesia melakukan bisnis, baik di sektor barang, jasa, maupun investasi.
Mendag Agus memanfaatkan di sela-sela mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja ke Canberra, saat menghadiri forum tersebut yang digelar di Canberra Room, Hotel Hyatt, Canberra, Australia, Senin, (10/2/2020). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan bahwa Indonesia siap menjadi negara yang ramah investasi.
Presiden menilai IA-CEPA bukan hanya menghapuskan tarif bea masuk di antara kedua negara, tetapi harus membuka peluang investasi Australia di berbagai sektor. Presiden memastikan bahwa pelaksanaan IA-CEPA akan menguntungkan rakyat kedua negara.
Mendag menambahkan bahwa para pelaku bisnis dapat memanfaatkan IA-CEPA yang sudah selesai ditandatangani dan diratifikasi oleh kedua negara. “Indonesia ingin meningkatkan perdagangan, khususnya ekspor, dan mengejar surplus dengan Australia,” kata Mendag.
Melalui IA-CEPA, Indonesia dapat membeli produk-produk baku atau penolong dari Australia untuk dibuat produk jadinya di Indonesia, kemudian diekspor ke dunia. Sebaliknya, Australia membeli produk-produk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industrinya yang berorientasi ekspor.
"Selama ini sudah Rp500 triliun komitmen investasi mangkrak. Angka ini cukup signifikan kalau direalisasikan. Jadi dengan kondisi tekanan ekonomi yang tinggi seperti saat ini, investasi baru dari Australia sepertinya bakal butuh waktu lama direalisasikan," ujar Bhima saat dihubungi.
Sementara itu, pengamat media sosial Darmansyah memandang optimistis kerja sama Indonesia-Australia, terutama untuk menambah pemasukan bagi negara. "Ya bagus kalau begitu. Biar enggak cari utang luar negeri," kata Darmansyah.
Sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengundang pelaku bisnis Australia yang hadir pada acara forum Indonesia-Australia Business Roundtable bersama Presiden Jokowi untuk datang ke Indonesia melakukan bisnis, baik di sektor barang, jasa, maupun investasi.
Mendag Agus memanfaatkan di sela-sela mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja ke Canberra, saat menghadiri forum tersebut yang digelar di Canberra Room, Hotel Hyatt, Canberra, Australia, Senin, (10/2/2020). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan bahwa Indonesia siap menjadi negara yang ramah investasi.
Presiden menilai IA-CEPA bukan hanya menghapuskan tarif bea masuk di antara kedua negara, tetapi harus membuka peluang investasi Australia di berbagai sektor. Presiden memastikan bahwa pelaksanaan IA-CEPA akan menguntungkan rakyat kedua negara.
Mendag menambahkan bahwa para pelaku bisnis dapat memanfaatkan IA-CEPA yang sudah selesai ditandatangani dan diratifikasi oleh kedua negara. “Indonesia ingin meningkatkan perdagangan, khususnya ekspor, dan mengejar surplus dengan Australia,” kata Mendag.
Melalui IA-CEPA, Indonesia dapat membeli produk-produk baku atau penolong dari Australia untuk dibuat produk jadinya di Indonesia, kemudian diekspor ke dunia. Sebaliknya, Australia membeli produk-produk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industrinya yang berorientasi ekspor.
(akr)