BP Migas paparkan alasan produksi minyak 'loyo'

Rabu, 17 Oktober 2012 - 17:05 WIB
BP Migas paparkan alasan produksi minyak loyo
BP Migas paparkan alasan produksi minyak 'loyo'
A A A
Sindonews.com - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mencatat ada 15 gangguan yang menyebabkan menurunnya produksi minyak mentah Indonesia. Penurunan produksi minyak ini mencapai 52 ribu barel per hari (bph).

Kepala BP Migas R Priyono mengatakan, gangguan tersebut akibat pecahnya pipa TGI di Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan terbakarnya kapal penampung minyak lentera bangsa milik CNOOC yang menyebabkan kehilangan sebanyak 9.000 bph.

"Yang paling tinggi gangguan produksi di semua Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang mencapai 10.100 bph," kata Priyono, saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Pencapaian Lifting Migas 2012, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (17/10/2012).

Priyono menambahkan, gangguan lain yang menyebabkan penurunan produksi minyak adalah terjadinya perpanjangan kontrak yang berdampak pada shifting skenario pemboran milik PHE WMO yang berukuran 5.500 bph. Selain itu juga terjadi penurunan potensi subsurface di lapangan Tunu milik Total E&P Indonesie dan beberapa KKKS yang menyebabkan kekurangan 8.500 bph.

"Mundurnya keputusan perpanjangan kontrak PHE yang membuat mudurnya jadwal pemboran," ungkap Priyono.

Tertundanya pengadaan rig di beberapa KKKS, jelas Priyono, seperti Chevron, Vico, Santos dan Pertamina yang menghilangkan potensi produksi minyak RI sebanyak 5.300 bph. "Sementara itu, keterlambatan proyek juga menjadi penyebab berkurangnya minyak sebanyak 2.500 bph," jelas Priyono.

Priyono menjelaskan, masalah perizinan juga menjadi penyebab berkurangnya minyak sebanyak 1.600 bph. Sementara kendala operasi menghilangkan minyak sebanyak 1.600 bph.

"Lalu, realisasi produksi sumur pengembangan tidak sesuai target yang berpotensi menghilangkan 1.500 bph," tambah Priyono.

Halangan itu masih juga ditambah penutupan lapangan PUO dan Geger Kalong yang dinilai tidak ekonomis sehingga kehilangan minyak sebanyak 700 bph.

"Kehilangan pembeli minyak juga menjadi penyebab hilangnya 700 bph. Terakhir keterbatasan fasilitas sebanya 600 bph," tegas Priyono.

Selain itu masalah pembebasan lahan juga salah satu penyebab berkurangnya produksi yang dialami Pertamina, Medco dan Seleraya sebanyak 2.200 bph.

"Perubahan prioritas pekerjaan yang menghilangkan 2.100 bph. Lalu, perubahan subsurface menghilangkan minyak sebanyak 2.100 bph," tutup Priyono.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9011 seconds (0.1#10.140)