Lifting Migas Kuartal I-2021 Tak Capai Target, Ini Sebabnya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi lifting migas pada kuartal I-2021 adalah sebesar 1,66 juta boepd (barrel oil equivalent per day). Angka tersebut hanya sekitar 97,3% dari yang ditargetkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 yang sebesar 1,77 boepd.
Adapun rinciannya, untuk realisasi minyak per kuartal I 2021 sebanyak 676,2 ribu barel per hari (bph) atau hanya sekitar 96% dari target APBN sebesar 705 ribu bph. Sementara realisasi lifting gas bumi yaitu sebanyak 5,539 mmscfd atau 98,2% dari target APBN 5.638 mmscfd. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, realisasi lifting migas di kuartal I-2021 ini yang masih di bawah target tidak terlepas dari pengurangan investasi di 2020 lalu. Sehingga, pengeboran minyak juga sangat rendah. "Karena investasinya turun sangat besar membuat pengeboran sangat kurang sehingga di akhir tahun decline-nya (penurunan produksi) rendah banget. Entry poin kita masuk di 2021 ini posisi sudah 699 barel per hari," ujarnya dalam acara konferensi pers virtual, Senin (26/4/2021).
Selain itu lanjut Dwi, ada sedikit pergeseran kegiatan pengeboran ke periode berikutnya atau kuartal II atau III tahu 2021. Sebab, masih ada beberapa lapangan yang masih dalam proses pengadaan dan persiapan. Tak hanya itu, masih ada juga perusahaan yang belum menyelesaikan keputusan investasinya (final investment decision/FID) sehingga pengeboran pun terhambat. Sebagai salah satu contohnya adalah PT Pertamina (Persero). "Namun, karena banyak yang masih urus-urus FID khususnya di Pertamina group, ini agak mundur," ucapnya.
Atas dasar hambatan-hambatan ini lanjut Dwi, dirinya masih meragukan target lifting pada akhir tahun yang sebesar 705 ribu barel akan tercapai. Namun pihaknya juga sudah menyiapkan beberapa strategi yang disiapkan untuk mengejar target lifting tersebut. "Mungkin outlook akhir tahun tidak sampai 705 ribu bph, tapi grand strategi no decline di 2021 ini bisa kita dekatkan sedekat mungkin," kata Dwi.
Sementara itu, rendahnya capaian lifting gas disebabkan kinerja produksi beberapa lapangan tidak sesuai prognosis,seperti kinerja gas non-asso di PHE OSES. Kemudian, mundurnya kontribusi bor beberapa sumur, seperti di PHKT dan Minarak Brantas. Selain itu, ada beberapa kejadian unplanned shutdown di awal tahun. Sebut saja eperti pada Train-1 dan Train-2 BP Berau, Pearl Oil Sebuku, CPGL, PetroChina Jabung. "Tapi memang capaian gas ini lebih baik sebesar 98%, dan bisa lebih baik lagi kalau serapannya optimal," kata Dwi.
Adapun rinciannya, untuk realisasi minyak per kuartal I 2021 sebanyak 676,2 ribu barel per hari (bph) atau hanya sekitar 96% dari target APBN sebesar 705 ribu bph. Sementara realisasi lifting gas bumi yaitu sebanyak 5,539 mmscfd atau 98,2% dari target APBN 5.638 mmscfd. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, realisasi lifting migas di kuartal I-2021 ini yang masih di bawah target tidak terlepas dari pengurangan investasi di 2020 lalu. Sehingga, pengeboran minyak juga sangat rendah. "Karena investasinya turun sangat besar membuat pengeboran sangat kurang sehingga di akhir tahun decline-nya (penurunan produksi) rendah banget. Entry poin kita masuk di 2021 ini posisi sudah 699 barel per hari," ujarnya dalam acara konferensi pers virtual, Senin (26/4/2021).
Selain itu lanjut Dwi, ada sedikit pergeseran kegiatan pengeboran ke periode berikutnya atau kuartal II atau III tahu 2021. Sebab, masih ada beberapa lapangan yang masih dalam proses pengadaan dan persiapan. Tak hanya itu, masih ada juga perusahaan yang belum menyelesaikan keputusan investasinya (final investment decision/FID) sehingga pengeboran pun terhambat. Sebagai salah satu contohnya adalah PT Pertamina (Persero). "Namun, karena banyak yang masih urus-urus FID khususnya di Pertamina group, ini agak mundur," ucapnya.
Atas dasar hambatan-hambatan ini lanjut Dwi, dirinya masih meragukan target lifting pada akhir tahun yang sebesar 705 ribu barel akan tercapai. Namun pihaknya juga sudah menyiapkan beberapa strategi yang disiapkan untuk mengejar target lifting tersebut. "Mungkin outlook akhir tahun tidak sampai 705 ribu bph, tapi grand strategi no decline di 2021 ini bisa kita dekatkan sedekat mungkin," kata Dwi.
Sementara itu, rendahnya capaian lifting gas disebabkan kinerja produksi beberapa lapangan tidak sesuai prognosis,seperti kinerja gas non-asso di PHE OSES. Kemudian, mundurnya kontribusi bor beberapa sumur, seperti di PHKT dan Minarak Brantas. Selain itu, ada beberapa kejadian unplanned shutdown di awal tahun. Sebut saja eperti pada Train-1 dan Train-2 BP Berau, Pearl Oil Sebuku, CPGL, PetroChina Jabung. "Tapi memang capaian gas ini lebih baik sebesar 98%, dan bisa lebih baik lagi kalau serapannya optimal," kata Dwi.
(nng)