Krisis bawang putih, Pemkot Surabaya pasrah

Jum'at, 15 Maret 2013 - 20:23 WIB
Krisis bawang putih, Pemkot Surabaya pasrah
Krisis bawang putih, Pemkot Surabaya pasrah
A A A
Sindonews.com - Melambungnya harga bawang putih di Kota Pahlawan mulai membuat panik Pemkot Surabaya. Mereka tak bisa mengendalikan harga bawang yang setiap harinya merangkak naik.

Warga Surabaya pun kelimpungan mencari harga bawang putih yang seimbang. Mereka harus mengeluarkan kocek Rp100 ribu untuk mendapatkan bawang putih sekilo. “Ini kan tak masuk akal, lha harganya tiap hari selalu naik,” ujar Suyitno, salah seorang penjual nasi goreng di Jalan Kalidami, Jumat (15/3/2013).

Mahalnya harga bawang membuatnya harus memutar otak untuk berdagang. Kalaupun menaikan harga nasi goreng akan mempengaruhi jumlah konsumen tiap hari. “Jadi ya harus hemat saja, nasi goreng harganya tetap Rp7.000 meskipun harga bawang putih naik,” jelasnya.

Pemkot sendiri tak bisa berbuat banyak untuk mengatasi harga bawang putih. Mereka juga kesulitan melakukan operasi pasar untuk membantu kesulitan warganya. Pasalnya, sampai saat ini tidak bisa berbuat banyak untuk mengontrol harga.

“Jujur kami tidak bisa berbuat apa-apa dengan mahalnya bawang putih ini. Sebab, kami tidak mengira sebelumnya akan terjadi seperti ini. Bahkan, ini kejadian pertama yang tidak kami kira sebelumnya,” ujar Plt Kepala Disperdagin Surabaya Agus Eko Saputro.

Dia melanjutkan, pemkot tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak memiliki stok bawang putih. Hal ini beda dengan terjadinya kekurangan bahan kebutuhan pokok lain seperti gula, beras, tepung atau lainnya. Karena itu untuk sementara ini pihak hanya menunggu perkembangan pasar berikutnya.

Namun, pihaknya akan tetap mengupayakan agar harga bawang putih bisa turun. Upaya yang dilakukannya akan mencari informasi soal bawang putih. Utamanya ke provinsi, ini karena masalah bawang putih sedang ditangani provinsi. “Tidak ada jalan lain kecuali ke provinsi,”
katanya.

Disinggung kenapa Pemkot tidak mencari informasi ke daerah lain baik di kota-kota di Jatim atau di daerah luar provinsi, Agus mengatakan, di daerah lain tidak ada produksi bawang putih yang surplus. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan bawang putih di daerahnya sendiri juga kurang.

Ketua Komisi B DPRD Surabaya, M Machmud mengatakan, bawang putih memang bukan kebutuhan pokok seperti beras, gula dan minyak, namun bawang putih tetap dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan memasak. Karena itu pihaknya agar pemkot juga ikut campur mengatasi hal tersebut.

Menurutnya, masalah ini sedang ditangani provinsi, tapi kalau hanya berpangku tangan hanya untuk menunggu sikap dari provinsi itu artinya pemkot kurang kreatif. “Pemkot jangan diam soal bawang putih, kami harap pemkot ikut mencarikan jalan keluarnya,” jelas dia.

Sejalan dengan itu, dia berharap agar pemkot ikut mencari cara supaya bisa menggelar operasi pasar khusus bawang putih. Sebab, bawang putih merupakan kebutuhan masak memasak yang dibutuhkan kaum ibu untuk memasak sayur mayur dan lainnya. “Kalau nggak ada bawang putihnya bisa hambar semua masakan orang Surabaya,” tegasnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6047 seconds (0.1#10.140)