Importir dan pelayanan picu harga bawang merah naik
A
A
A
Sindonews.com - Fluktuatif harga komoditas merupakan hal biasa. Namun, jika lonjakan sering terjadi seperti harga bawang merah, bukan hal biasa. Kenaikan harga disinyalir karena permainan importir dan pelayanan distribusi bawang merah dari pelabuhan yang lamban.
"Dua kemungkinan tersebut diketahui dari kenyataan mandegnya berton-ton bawang merah di pelabuhan. Hal ini membuat distribusi ke konsumen terhenti. Hanya ada dua kemungkinan penyebabnya yakni belum cepatnya pelayanan di pelabuhan atau terjadi kartel antar importir," terang Dekan Fakultas Pertanian UGM, Jamhari, Kamis (21/3/2013).
Menurutnya, ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga. Yaitu, konsumsi, distribusi, dan produksi. Berdasarkan data BPS, 92 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi bawang merah. Sebenarnya, produksi dalam negeri sudah memenuhi 90 persen dari kebutuhan nasional.
"Hanya saja, jika masuk bulan penghujan, produksi kita menurun drastis. Ini membuat bawang merah menjadi komoditas yang butuh importir meski tidak banyak. Namun akhirnya menjadi sedikit terkendala dengan adanya kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor hortikultura," jelasnya.
Dia mengungkapkan, sekitar satu tahun terakhir, pemerintah membatasi impor hortikultura, bukan dalam hal kuantitas, namun pada waktu dan lokasi masuknya komoditas. Hortikultura hanya boleh diimpor pada masa paceklik Dan lokasi masuknya barang hanya boleh melalui tiga pelabuhan, yakni Tanjung Perak, Makassar, dan Belawan.
"Kebijakan ini sempat ditentang karena ditakutkan dapat menimbulkan inflasi. Namun, menurut saya kebijakan ini bagus untuk memacu petani meningkatkan hasil produksi. Jika kebutuhan nasional terpenuhi, pemerintah juga tidak perlu impor bawang merah. Tapi konsekuensinya, jika harga mahal, pemerintah wajib turun tangan sebagai pihak yang berwenang mengendalikan harga," kata dosen Sosial Ekonomi Pertanian ini.
Berbeda dengan bawang merah, produktivitas bawang putih nasional justru sangat minim. Petani bawang putih di Indonesia baru mampu memenuhi 20 persen dari kebutuhan nasional. Hal ini membuat pemerintah mengimpor bawang putih dalam jumlah banyak.
"Untuk kenaikan harganya, dipastikan karena adanya permainan pihak importir maupun budaya pedagang Indonesia. Dimana sebuah komoditas mengikuti harga komoditas serupa. Jadi karena bawang merah naik, bawang putih, cabe dan lain-lain ikut naik," papar dia.
"Dua kemungkinan tersebut diketahui dari kenyataan mandegnya berton-ton bawang merah di pelabuhan. Hal ini membuat distribusi ke konsumen terhenti. Hanya ada dua kemungkinan penyebabnya yakni belum cepatnya pelayanan di pelabuhan atau terjadi kartel antar importir," terang Dekan Fakultas Pertanian UGM, Jamhari, Kamis (21/3/2013).
Menurutnya, ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga. Yaitu, konsumsi, distribusi, dan produksi. Berdasarkan data BPS, 92 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi bawang merah. Sebenarnya, produksi dalam negeri sudah memenuhi 90 persen dari kebutuhan nasional.
"Hanya saja, jika masuk bulan penghujan, produksi kita menurun drastis. Ini membuat bawang merah menjadi komoditas yang butuh importir meski tidak banyak. Namun akhirnya menjadi sedikit terkendala dengan adanya kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor hortikultura," jelasnya.
Dia mengungkapkan, sekitar satu tahun terakhir, pemerintah membatasi impor hortikultura, bukan dalam hal kuantitas, namun pada waktu dan lokasi masuknya komoditas. Hortikultura hanya boleh diimpor pada masa paceklik Dan lokasi masuknya barang hanya boleh melalui tiga pelabuhan, yakni Tanjung Perak, Makassar, dan Belawan.
"Kebijakan ini sempat ditentang karena ditakutkan dapat menimbulkan inflasi. Namun, menurut saya kebijakan ini bagus untuk memacu petani meningkatkan hasil produksi. Jika kebutuhan nasional terpenuhi, pemerintah juga tidak perlu impor bawang merah. Tapi konsekuensinya, jika harga mahal, pemerintah wajib turun tangan sebagai pihak yang berwenang mengendalikan harga," kata dosen Sosial Ekonomi Pertanian ini.
Berbeda dengan bawang merah, produktivitas bawang putih nasional justru sangat minim. Petani bawang putih di Indonesia baru mampu memenuhi 20 persen dari kebutuhan nasional. Hal ini membuat pemerintah mengimpor bawang putih dalam jumlah banyak.
"Untuk kenaikan harganya, dipastikan karena adanya permainan pihak importir maupun budaya pedagang Indonesia. Dimana sebuah komoditas mengikuti harga komoditas serupa. Jadi karena bawang merah naik, bawang putih, cabe dan lain-lain ikut naik," papar dia.
(izz)