Petani merugi akibat harga jual gabah turun
A
A
A
Sindonews.com - Harga jual gabah Jawa Barat (Jabar) berpotensi menurun atau di bawah harga jual dari harga pokok petani (HPP) pemerintah. Turunnya harga gabah akibat hujan yang terus mengguyur sejumlah wilayah pada musim panen raya April ini.
Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jabar, Entang Sastraatmadja mengakui, musim hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah Jabar pada musim panen raya merugikan petani. Harga jual gabah diperkirakan akan lebih rendah dari HPP pemerintah sebesar Rp4.200 per kkilogram (kg).
"Apabila kadar air dalam gabah cukup tinggi, harga gabah di pastikan turun. Harganya bisa jadi berkisar Rp4.000 per kg," katanya, Kamis (18/4/2013).
Menurutnya, harga gabah yang bisa diserap Bulog dengan harga Rp4.200 per kg apabila kadar air dalam gabah tidak lebih dari 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen.
Standar tersebut, lanjut dia, sulit terpenuhi apabila musim panen raya berbarengan dengan musim penghujan. Karena, untuk mengeringkan gabah, petani mengandalkan sinar matahari. Sementara, saat ini hujan nyaris terjadi setiap hari. Sayangnya, sebagian besar petani di Jabar belum memiliki alat pengering.
"Pertanian di Jabar sebagian besar masih diolah menggunakan cara-cara tradisional. Mereka tidak memiliki alat pengolahan, pengering, serta lumbung penyimpanan gabah. Akibatnya, walaupun harganya turun, mereka terpaksa menjual," jelasnya.
Mestinya, lanjut Entang, pemerintah melalui penyuluh pertanian memberikan edukasi kepada petani. Sehingga, apabila musim panen bertepatan pada musim penghujang, petani tetap mendapatkan harga jual maksimal.
Pada dasarnya, lanjut dia, petani sangat berkeinginan menjual hasil panen padi dalam bentuk beras. Namun, untuk menjual beras, petani membutuhkan lumbung serta alat pengering. Padahal, dengan menjual beras, petani akan mendapatkan nilai jual lebih tinggi. HPP pemerintah untuk beras mencapai Rp6.600 per kg.
Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jabar, Entang Sastraatmadja mengakui, musim hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah Jabar pada musim panen raya merugikan petani. Harga jual gabah diperkirakan akan lebih rendah dari HPP pemerintah sebesar Rp4.200 per kkilogram (kg).
"Apabila kadar air dalam gabah cukup tinggi, harga gabah di pastikan turun. Harganya bisa jadi berkisar Rp4.000 per kg," katanya, Kamis (18/4/2013).
Menurutnya, harga gabah yang bisa diserap Bulog dengan harga Rp4.200 per kg apabila kadar air dalam gabah tidak lebih dari 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen.
Standar tersebut, lanjut dia, sulit terpenuhi apabila musim panen raya berbarengan dengan musim penghujan. Karena, untuk mengeringkan gabah, petani mengandalkan sinar matahari. Sementara, saat ini hujan nyaris terjadi setiap hari. Sayangnya, sebagian besar petani di Jabar belum memiliki alat pengering.
"Pertanian di Jabar sebagian besar masih diolah menggunakan cara-cara tradisional. Mereka tidak memiliki alat pengolahan, pengering, serta lumbung penyimpanan gabah. Akibatnya, walaupun harganya turun, mereka terpaksa menjual," jelasnya.
Mestinya, lanjut Entang, pemerintah melalui penyuluh pertanian memberikan edukasi kepada petani. Sehingga, apabila musim panen bertepatan pada musim penghujang, petani tetap mendapatkan harga jual maksimal.
Pada dasarnya, lanjut dia, petani sangat berkeinginan menjual hasil panen padi dalam bentuk beras. Namun, untuk menjual beras, petani membutuhkan lumbung serta alat pengering. Padahal, dengan menjual beras, petani akan mendapatkan nilai jual lebih tinggi. HPP pemerintah untuk beras mencapai Rp6.600 per kg.
(izz)