Subsidi BBM dipangkas, investasi ke RI meningkat
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Ketua Fraksi Demokrat yang juga Anggota Komisi VII DPR Teuku Riefky Harsya mengatakan, besarnya subsidi BBM berdampak pada mengalirnya investor ke Indonesia karena S&P yang dipercaya oleh pemilik modal internasional sebagai lembaga pemeringkat negara-negara untuk tujuan investasi, belum dapat menaikan rating Indonesia karena resiko keuangan negara dari beban subsidi yang besar.
Menurutnya, jika subsidi dikurangi, maka dapat dipastikan rating Indonesia juga naik. Hal ini akan menyebabkan derasnya arus investasi akan masuk ke Indonesia, tentu berdampak pada langsung pada terbukanya lapangan kerja dan bangkitnya perekonomian.
"Dari sisi pengelolaan energi, kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi akan memperkecil disparitas harga BBM subsidi dengan nonsubsidi. Ini akan mengurangi penyalahgunaan. Sejalan dengan kebijakan energi nasional, perlu mendorong penggunaan energy seperti CNG (gas) untuk kendaraan bermotor," terang Riefky dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/4/2013).
Terkait tahun politik, menjelang Pileg dan Pilpres 2014, lanjut Riefky, justru kenaikan BBM memperlihatkan itikad baik Presiden SBY untuk memperkuat perekonomian Indonesia.
Dengan penyesuainan subsisi atau kenaikan BBM untuk kalangan tertentu, SBY sebetulnya mengambil risiko untuk menjadi sasaran empuk lawan politiknya yang tentu akan memprovokasi publik serta akan memposisikan SBY sebagai presiden yang tidak pro rakyat.
“Justru sebaliknnya, Pemerintahan SBY perlu diacungi jempol karena berani mengambil risiko terhadap citra pemerintah Presiden SBY lebih pentingkan fondasi perekonomian yang lebih kokoh sebagai modal bagi siapapun presiden RI berikutnya (2014-2019) meski harus mempertaruhkan elektabilitas partai Demokrat di 2014," tandasnya.
Menurutnya, jika subsidi dikurangi, maka dapat dipastikan rating Indonesia juga naik. Hal ini akan menyebabkan derasnya arus investasi akan masuk ke Indonesia, tentu berdampak pada langsung pada terbukanya lapangan kerja dan bangkitnya perekonomian.
"Dari sisi pengelolaan energi, kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi akan memperkecil disparitas harga BBM subsidi dengan nonsubsidi. Ini akan mengurangi penyalahgunaan. Sejalan dengan kebijakan energi nasional, perlu mendorong penggunaan energy seperti CNG (gas) untuk kendaraan bermotor," terang Riefky dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/4/2013).
Terkait tahun politik, menjelang Pileg dan Pilpres 2014, lanjut Riefky, justru kenaikan BBM memperlihatkan itikad baik Presiden SBY untuk memperkuat perekonomian Indonesia.
Dengan penyesuainan subsisi atau kenaikan BBM untuk kalangan tertentu, SBY sebetulnya mengambil risiko untuk menjadi sasaran empuk lawan politiknya yang tentu akan memprovokasi publik serta akan memposisikan SBY sebagai presiden yang tidak pro rakyat.
“Justru sebaliknnya, Pemerintahan SBY perlu diacungi jempol karena berani mengambil risiko terhadap citra pemerintah Presiden SBY lebih pentingkan fondasi perekonomian yang lebih kokoh sebagai modal bagi siapapun presiden RI berikutnya (2014-2019) meski harus mempertaruhkan elektabilitas partai Demokrat di 2014," tandasnya.
(gpr)