Bisnis songkok bordir, datangkan omzet Rp200 juta
A
A
A
Sindonews.com - Songkok, aksesoris kepala yang dipopulerkan Bung Karno tersebut, kini semakin populer bagi kaum pria terutama dalam menyambut hari-hari besar umat muslim atau pun perhelatan besar lainnya.
Mengawali usaha dari cita-cita mempopulerkan aksesoris asli Indonesia ini, sekaligus melanjutkan usaha keluarga, membawa sosok Zaqie Ubaid pada perjalanan menjadi seorang pengrajin songkok dan bordir asli Gresik.
Baginya, Songkok tak hanya menjadi hiasan kepala biasa, melainkan menjadi sebuah hiasan yang menunjukkan identitas diri dan kepribadian bangsa.
Dari dasar pemikiran tersebut kemudian Zaqie berhasil melahirkan karya-karya indah penuh nilai lewat hiasan bordir pada setiap songkok produksinya. Pemikiran tersebut juga yang membawa Zaqie pada pertemuannya dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang kemudian ditindak lanjuti sebagai UKM binaan perusahaan semen plat merah tersebut.
Terbukti, desain songkok dengan hiasan bordir bunga, dan berbagai motif unik lainnya dengan menggunakan benang emas dan benang perak berkilau pada dasaran warna bludru hitam, berhasil memikat para konsumen yang tak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga dari manca negara.
"Sebenarnya kita produksi baru mulai tiga tahun lalu. Ini merupakan bisnis keluarga dan alhamdulillah kita pernah mengekspor ke Serawak, sedangkan sisanya paling banyak di wilayah Surabaya, Jakarta dan Palembang," ujarnya saat ditemui di rumah produksinya yang terletak di Gresik, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Usaha yang dijalani Zaqie ini tergolong ramai peminat. Apalagi ketika mendekati waktu-waktu perayaan akbar umat Muslim, rumah produksinya kebanjiran permintaan. Dalam sebulan, Zaqie dapat meraup omzet Rp150 juta hingga Rp200 juta dengan jumlah produksi rata-rata 500-700 kodi per bulan.
"Paling banyak pembeli mulai ramai saat Maulid Nabi sampai setelah Idul Adha tapi setelah haji biasanya menurun. Paling banyak order itu Jakarta dan Palembang," kata dia.
Padahal, Zaqie mengaku, bisnisnya ini hanya diawali dengan modal awal Rp170 juta dengan karyawan yang hanya berjumlah 4 orang. "Waktu itu karyawan kita baru empat orang, sekarang sudah semakin berkembang, karyawan kita juga makin nambah jadi 18 karyawan," terangnya.
Untuk urusan kualitas, tak perlu khawatir. Songkok yang dibordir menggunakan empat mesin berkualitas ini memiliki tingkat ketahanan yang sangat baik.
Selain itu, kualitas benang yang digunakan untuk membordir pun bukan benang sembarangan, sehingga bukan hanya menghasilkan songkok yang secara visual berpenampilan menarik, tatapi juga tahan lama baik warna dan bentuknya.
Sayangnya, saat ini ketersediaan benang bordir dengan spesifikasi tersebut, diakui Zaqie masih sangat terbatas. Hal tersebut lah yang saat ini menjadi kendala utama bagi usaha kerajinan songkok yang dijalaninya.
"Masalah kami terletak pada benang, supplay masih dapat termonopoli beberapa toko sehingga cenderung lebih susah. Untuk karakteristik benang beberapa merek itu harus bermerek agar kualitas dan warnanya tetap terjaga dari dulu sampai sekarang," tambah dia.
Urusan harga, konsumen bisa menyesuaikannya. Songkok bordir produksi Zaqie yang dipasarkan dengan merek Kendi Mas ini dipatok mulai Rp60 ribu hingga Rp90 ribu per songkok.
Mengawali usaha dari cita-cita mempopulerkan aksesoris asli Indonesia ini, sekaligus melanjutkan usaha keluarga, membawa sosok Zaqie Ubaid pada perjalanan menjadi seorang pengrajin songkok dan bordir asli Gresik.
Baginya, Songkok tak hanya menjadi hiasan kepala biasa, melainkan menjadi sebuah hiasan yang menunjukkan identitas diri dan kepribadian bangsa.
Dari dasar pemikiran tersebut kemudian Zaqie berhasil melahirkan karya-karya indah penuh nilai lewat hiasan bordir pada setiap songkok produksinya. Pemikiran tersebut juga yang membawa Zaqie pada pertemuannya dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang kemudian ditindak lanjuti sebagai UKM binaan perusahaan semen plat merah tersebut.
Terbukti, desain songkok dengan hiasan bordir bunga, dan berbagai motif unik lainnya dengan menggunakan benang emas dan benang perak berkilau pada dasaran warna bludru hitam, berhasil memikat para konsumen yang tak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga dari manca negara.
"Sebenarnya kita produksi baru mulai tiga tahun lalu. Ini merupakan bisnis keluarga dan alhamdulillah kita pernah mengekspor ke Serawak, sedangkan sisanya paling banyak di wilayah Surabaya, Jakarta dan Palembang," ujarnya saat ditemui di rumah produksinya yang terletak di Gresik, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Usaha yang dijalani Zaqie ini tergolong ramai peminat. Apalagi ketika mendekati waktu-waktu perayaan akbar umat Muslim, rumah produksinya kebanjiran permintaan. Dalam sebulan, Zaqie dapat meraup omzet Rp150 juta hingga Rp200 juta dengan jumlah produksi rata-rata 500-700 kodi per bulan.
"Paling banyak pembeli mulai ramai saat Maulid Nabi sampai setelah Idul Adha tapi setelah haji biasanya menurun. Paling banyak order itu Jakarta dan Palembang," kata dia.
Padahal, Zaqie mengaku, bisnisnya ini hanya diawali dengan modal awal Rp170 juta dengan karyawan yang hanya berjumlah 4 orang. "Waktu itu karyawan kita baru empat orang, sekarang sudah semakin berkembang, karyawan kita juga makin nambah jadi 18 karyawan," terangnya.
Untuk urusan kualitas, tak perlu khawatir. Songkok yang dibordir menggunakan empat mesin berkualitas ini memiliki tingkat ketahanan yang sangat baik.
Selain itu, kualitas benang yang digunakan untuk membordir pun bukan benang sembarangan, sehingga bukan hanya menghasilkan songkok yang secara visual berpenampilan menarik, tatapi juga tahan lama baik warna dan bentuknya.
Sayangnya, saat ini ketersediaan benang bordir dengan spesifikasi tersebut, diakui Zaqie masih sangat terbatas. Hal tersebut lah yang saat ini menjadi kendala utama bagi usaha kerajinan songkok yang dijalaninya.
"Masalah kami terletak pada benang, supplay masih dapat termonopoli beberapa toko sehingga cenderung lebih susah. Untuk karakteristik benang beberapa merek itu harus bermerek agar kualitas dan warnanya tetap terjaga dari dulu sampai sekarang," tambah dia.
Urusan harga, konsumen bisa menyesuaikannya. Songkok bordir produksi Zaqie yang dipasarkan dengan merek Kendi Mas ini dipatok mulai Rp60 ribu hingga Rp90 ribu per songkok.
(gpr)