BloSHO, limbah konveksi kaos jadi aksesoris sepatu

Minggu, 09 Juni 2013 - 17:10 WIB
BloSHO, limbah konveksi...
BloSHO, limbah konveksi kaos jadi aksesoris sepatu
A A A
Sindonews.com - Melihat peluang bisnis yang berkembang di masyarakat, lima mahasiswa UGM barhasil kembangkan BloSHO atau Blossom Shoes. Dengan memanfaatkan sisa garmen kaos dan bermodal kreativitas, BloSHO menjadi pionir aksesoris sepatu berbahan daur ulang.

Mereka adalah Putri Prayangsari dan Nuri Ashrissilmi dari prodi Ilmu Keperawatan FK UGM, Rizka Febrias Tuti dari Ilmu Gizi FK UGM, Rion Hidayat dan Hilda Dwi Maharani dari FK UGM.

“Di Yogyakarta, bisnis konveksi kaos menjamur dan banyak diminati. Tapi sisa potongan kaos tidak dimanfaatkan dan akhirnya menjadi limbah. Kamipun tergerak memanfaatkan limbah kaos tersebut,” ujar Putri Prayangsari di UGM, Minggu (9/6/2013).

Dari sekian ide yang bergulir, kelimanya sepakat mengembangkan sisa kaos menjadi aksesoris sepatu. Keputusan tersebut diambil lantaran mahasiswa di Indonesia memiliki karakter ingin selalu tampil gaya tetapi murah. Dengan aksesoris sepatu yang diciptakan BloSHO, mahasiswa dapat tampil berbeda tiap hari karena aksesoris yang dipergunakan dapat dibongkar pasang.

"Dari pihak industri konveksi kaos, kami membeli sisa kain seharga Rp6.000 per kilogram. Bagian-bagian kecil dari kain tersebut kami jahit menjadi bentuk bunga dan motif lainya berukuran kecil-kecil. Untuk asesoris ini semuanya handmade dan bisa menyesuaikan keinginan koonsumen," jelas Putri.

Sebagai pelayanan lebih, kelimanya juga memberikan paket produk berupa aksesoris dan sepatu. Menurut Nuri, sepatu yang mereka sediakan merupakan kreasi perajin sepatu Cibaduyut, Jawa Barat.

“Kami pilih Cibaduyut karena dari survei kami, sementara ini yang termurah ongkos produksinya ya sepatu dari Cibaduyut dan kami sudah dapat menggunakan brand kami sendiri, BloSHO. Sementara waktu sepatu yang kami produksi berjenis flat shoes dan wedges, sedangkan bahannya dari kain jeans,” paparnya.

Nuri mengatakan, harga sepatu dan aksesoris merek mereka berharga Rp150.000 perpasang dan 3 paket aksesoris. Bila dirasa kurang, ruang usaha ini juga menyediakan penjualan untuk aksesoris sepatu saja. “Aksesoris ini dapat dibongkar pasang karena tiap sepatu yang kami produksi memiliki kancing. Jadi kalau bosan, tinggal ganti aksesoris lain,” tuturnya.

Kematangan konsep dan pemasaran mendorong kelimanya menjajal ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk bidang wiraswasta. Beruntung proposal yang dikirim disetujui dan mendapat dana sebesar Rp7,5juta untuk pengembangannya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0635 seconds (0.1#10.140)