SKK Migas: Keekonomian lapangan tentukan harga gas
A
A
A
Sindonews.com - Harga gas bumi dari satu sumber dengan sumber lainnya, selalu bisa berbeda. Hal ini tergantung dari ‘medan’ yang dihadapi di setiap lapangan gas yang bersangkutan, seperti kegiatan di darat atau laut, kedalaman reservoir, besar atau kecil cadangan, akses dan lokasi apakah remote atau sudah ada infrastruktur.
"Semuanya berpengaruh pada nilai keekonomian lapangan yang membuat harga gas setiap lapangan menjadi berbeda,” jelas Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini dikutip dari situs Ditjen Migas, Rabu (10/7/2013).
Rudi menjelaskan, hal-hal tersebut harus dipahami oleh pengguna gas. Tidak mungkin industri hulu migas menjual gas di bawah harga keekonomian karena akan merugikan negara maupun investor.
“Jika tidak ekonomis, tentu membuat proyek itu tidak berjalan dan akhirnya tidak akan ada gas yang mengalir yang bisa dimanfaatkan,” tambahnya.
Saat ini, harga rata-rata gas ekspor melalui pipa sebesar USD15,6 per MMBTU. Untuk LNG, sebesar USD14,5 per MMBTU. Sedangkan rata-rata harga gas domestik sekitar USD5,8 per MMBTU.
Rudi menegaskan, keberpihakan pemerintah tetap terhadap domestik. Saat ini, jatah gas untuk domestik mendekati 49 persen dari total produksi. Jumlah ini naik signifikan jika dibandingkan 10 tahun lalu dimana pasokan domestik tidak lebih dari 10 persen.
"Semuanya berpengaruh pada nilai keekonomian lapangan yang membuat harga gas setiap lapangan menjadi berbeda,” jelas Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini dikutip dari situs Ditjen Migas, Rabu (10/7/2013).
Rudi menjelaskan, hal-hal tersebut harus dipahami oleh pengguna gas. Tidak mungkin industri hulu migas menjual gas di bawah harga keekonomian karena akan merugikan negara maupun investor.
“Jika tidak ekonomis, tentu membuat proyek itu tidak berjalan dan akhirnya tidak akan ada gas yang mengalir yang bisa dimanfaatkan,” tambahnya.
Saat ini, harga rata-rata gas ekspor melalui pipa sebesar USD15,6 per MMBTU. Untuk LNG, sebesar USD14,5 per MMBTU. Sedangkan rata-rata harga gas domestik sekitar USD5,8 per MMBTU.
Rudi menegaskan, keberpihakan pemerintah tetap terhadap domestik. Saat ini, jatah gas untuk domestik mendekati 49 persen dari total produksi. Jumlah ini naik signifikan jika dibandingkan 10 tahun lalu dimana pasokan domestik tidak lebih dari 10 persen.
(gpr)