Lapangan migas lepas pantai picu harga gas naik

Rabu, 24 Juli 2013 - 15:15 WIB
Lapangan migas lepas pantai picu harga gas naik
Lapangan migas lepas pantai picu harga gas naik
A A A
Sindonews.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengklaim pengembangan gas bumi di lepas pantai menjadi pemicu kenaikan harga gas domestik.

Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini mengatakan, pengembangan gas di laut dalam (offshore) memerlukan peralatan yang lebih canggih dibandingkan di onshore. Di Arun dan Bontang harganya masih tergolong murah karena peralatan yang digunakan tidak secanggih di laut dalam.

"Itu saya kira perbedaannya. Wajar jika harganya tidak semurah dulu," kata dia di Jakarta, Rabu (24/7/2013)

Lebih jauh Rudi mengungkapkan, selama ini harga rata-rata gas domestik hanya sekitar USD5 per MMBTU. Sedangkan, harga gas rata-rata internasional saat ini sekitar USD15 per MMBTU.

"Padahal saat ini, harga keekonomian gas berbeda antara lapangan gas yang satu dan lapangan gas lainnya," kata dia.

Selama ini, pemerintah memaksa sektor hulu menjual gasnya dengan harga USD5 per MMBTU. Padahal sebenarnya sudah ada lapangan gas yang menjual harga keekonomian gasnya di atas USD10 per MMBTU dengan formulasi kuota ekspor dan domestik dari suatu lapangan untuk mencapai harga keekonomiannya.

"Boleh gas yang diproduksi 100 persen untuk domestik, asalkan harganya naik," jelasnya.

Sementara itu, President Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz mengatakan, kondisi lapangan migas saat ini tidak seperti dulu. Saat ini lapangan migas di Tanah Air merupakan lapangan kecil, sehingga memiliki harga keekonomian relatif kecil.

"Sehingga perlu harga menarik agar perusahaan mau mengoptimalkan produksi dari lapangan migas yang kecil itu," katanya.

Maka dari itu, lanjut dia, jika harga gas dinaikan maka akan membantu industri hulu migas lebih optimal. Menurutnya dengan kenaikan harga yang diusulkan SKK Migas sebesar 40 persen sudah cukup baik karena mendekati harga keekonomian.

"Saat ini, harga keekonomian gas masih dihitung berdasarkan keekonomian lapangan migasnya karena setiap lapangan migas memiliki nilai keekonomian yang berbeda," kata dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4485 seconds (0.1#10.140)