BPD Kalsel tambah modal Rp150 M tahun depan
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan (BPD Kalsel) menargetkan tambahan modal dari pemegang saham sebesar Rp150 miliar pada 2014. Tambahan modal ini untuk menuju kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II di 2018.
Direktur Utama BPD Kalsel, Juni Rif'at mengatakan, pada tahun ini perseroan telah memiliki komitmen penambahan modal sebesar Rp300 miliar dari para pemegang saham. Namun penambahan modal yang didapatkan dari pemegang saham baru sebesar Rp150 miliar.
"Tahun ini sudah dapat Rp150 miliar dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, sisanya kami harapkan dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota. Namun kredit akan terus jalan sehingga masih harus menambah modal lagi," ujar Juni, Selasa (5/11/2013).
Menurutnya, tingkat loan to deposit ratio (LDR) sebesar 60 persen dengan rasio kecukupan modal (CAR) 15,2 persen. Saat ini modal inti masih Rp800 miliar. Namun hingga akhir tahun akan pertahankan CAR di kisaran yang sama.
"Posisi CAR tergantung bisnis karena bisa tergerus penyaluran kredit. Pertengahan 2014 ditargetkan modal mencapai Rp1 triliun sehingga CAR mencapai 17 persen. Potensi kredit banyak tapi kita jaga CAR tidak terlalu tertekan," ujarnya.
Dia mengakui perseroan menargetkan untuk meningkatkan pelayanan ke sektor usaha kecil menengah (UKM) serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu perseroan juga akan menggarap proyek yang diperbolehkan otoritas, seperti menghimpun dana dalam valuta asing (valas), menyelenggarakan layanan internet banking, dan menerbitkan kartu kredit.
Penyaluran kredit per September sudah mencapai Rp6 triliun dan hingga akhir tahun bisa mencapai Rp6,5 triliun. Porsinya 60 persen konsumtif dan 40 persen untuk produktif.
"Pada 2018 kita targetkan mencapai buku II tapi 60 persen porsi kredit harus produktif. Kami akan mengandalkan pinjaman sindikasi korporasi dan kredit UMKM. Hingga akhir tahun masih akan ada Rp300 miliar pinjaman baru di sektor telekomunikasi, dan pendukung batu bara seperti tongkang," jelasnya.
Hingga September 2013, penyaluran kredit BPD Kalsel tumbuh sekitar 35 persen menjadi Rp6,07 triliun dari periode sama 2012. Perusahaan menyalurkan kredit sekitar 44,5 persen untuk sektor produktif, sisanya 63,5 persen disalurkan perusahaan untuk sektor konsumtif.
Meski perseroan mencata pertumbuhan kredit cukup tinggi, tetapi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun hanya naik 3,81 persen menjadi Rp8,7 triliun. Pertumbuhan DPK sengaja tidak signifikan karena likuiditas yang masih cukup aman dan perseroan akan lebih melakukan ekspansi kredit hingga akhir tahun.
Bank Kalsel menargetkan kredit yang hendak disalurkan hingga akhir 2013 sebesar Rp6,6 triliun. Meskipun demikian, perseroan tetap menjaga aspek prudent dalam penyaluran kredit. Selain BPD Kalsel juga terdapat BPD lainnya yang akan mendapat suntikan modal untuk mendukung ekspansi bisnisnya.
Direktur Utama BPD Kalsel, Juni Rif'at mengatakan, pada tahun ini perseroan telah memiliki komitmen penambahan modal sebesar Rp300 miliar dari para pemegang saham. Namun penambahan modal yang didapatkan dari pemegang saham baru sebesar Rp150 miliar.
"Tahun ini sudah dapat Rp150 miliar dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, sisanya kami harapkan dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota. Namun kredit akan terus jalan sehingga masih harus menambah modal lagi," ujar Juni, Selasa (5/11/2013).
Menurutnya, tingkat loan to deposit ratio (LDR) sebesar 60 persen dengan rasio kecukupan modal (CAR) 15,2 persen. Saat ini modal inti masih Rp800 miliar. Namun hingga akhir tahun akan pertahankan CAR di kisaran yang sama.
"Posisi CAR tergantung bisnis karena bisa tergerus penyaluran kredit. Pertengahan 2014 ditargetkan modal mencapai Rp1 triliun sehingga CAR mencapai 17 persen. Potensi kredit banyak tapi kita jaga CAR tidak terlalu tertekan," ujarnya.
Dia mengakui perseroan menargetkan untuk meningkatkan pelayanan ke sektor usaha kecil menengah (UKM) serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu perseroan juga akan menggarap proyek yang diperbolehkan otoritas, seperti menghimpun dana dalam valuta asing (valas), menyelenggarakan layanan internet banking, dan menerbitkan kartu kredit.
Penyaluran kredit per September sudah mencapai Rp6 triliun dan hingga akhir tahun bisa mencapai Rp6,5 triliun. Porsinya 60 persen konsumtif dan 40 persen untuk produktif.
"Pada 2018 kita targetkan mencapai buku II tapi 60 persen porsi kredit harus produktif. Kami akan mengandalkan pinjaman sindikasi korporasi dan kredit UMKM. Hingga akhir tahun masih akan ada Rp300 miliar pinjaman baru di sektor telekomunikasi, dan pendukung batu bara seperti tongkang," jelasnya.
Hingga September 2013, penyaluran kredit BPD Kalsel tumbuh sekitar 35 persen menjadi Rp6,07 triliun dari periode sama 2012. Perusahaan menyalurkan kredit sekitar 44,5 persen untuk sektor produktif, sisanya 63,5 persen disalurkan perusahaan untuk sektor konsumtif.
Meski perseroan mencata pertumbuhan kredit cukup tinggi, tetapi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun hanya naik 3,81 persen menjadi Rp8,7 triliun. Pertumbuhan DPK sengaja tidak signifikan karena likuiditas yang masih cukup aman dan perseroan akan lebih melakukan ekspansi kredit hingga akhir tahun.
Bank Kalsel menargetkan kredit yang hendak disalurkan hingga akhir 2013 sebesar Rp6,6 triliun. Meskipun demikian, perseroan tetap menjaga aspek prudent dalam penyaluran kredit. Selain BPD Kalsel juga terdapat BPD lainnya yang akan mendapat suntikan modal untuk mendukung ekspansi bisnisnya.
(izz)